XII

1.6K 102 10
                                    

Pagi hari langit terlihat begitu cerah seakan-akan ikut menyaksikan kisah cinta dua insan.

Jalal sudah merapikan barang-barangnya untuk kembali ke Mumbai. Dia akan berangkat menuju stasiun.

Jalal duduk di lobi menanti Jodha. Hari ini, Jodha juga akan kembali ke Mumbai karena masa liburannya telah habis.

Seorang supir yang akan mengantarnya datang menghampirinya untuk mengambil barang.

"Pak Jalal, apa anda sudah siap berangkat?"

"Belum. Aku sedang menunggu seseorang. Kau tunggu saja di mobil."

"Baik. Saya permisi."

Jalal masih setia menunggu Jodha. Dia cemas menantinya. Setiap orang yang keluar dari lift, dia kira Jodha.

Tak berapa lama, pintu lift terbuka. Ada beberapa orang keluar dari lift dan salah satu diantaranya adalah Jodha. Jalal melihat Jodha berjalan di belakang beberapa orang. Yang terlihat hanya wajahnya. Jalal masih penasaran dengan baju yang dipakai wanita itu.

Begitu orang yang berada di depan Jodha menyingkir, barulah terlihat seluruh tubuhnya. Jodha memakai gaun anarkali warna hitam pemberian Jalal.

Jodha berjalan dengan anggun. Jalal sesaat terpana melihat penampilan Jodha. Pria itu tersenyum sumringah karena Jodha pada akhirnya menerima cintanya. Dia ingin sekali memeluk Jodha, tapi Jalal menahan dirinya. Dia tidak mau Jodha marah lagi padanya.

Jodha menghampiri Jalal dengan wajah datar. Jalal masih belum berhenti tersenyum. Kini mereka berdua berhadapan.

"Puas kamu sekarang?" ucap Jodha dengan wajah sinis.

"Ya."

"Apa kamu puas sudah memaksakan kehendakmu!" Jodha cemberut.

"Aku bahagia sekali, Jodha. Aku, tidak tahu harus berkata apa."

"Semalaman, aku terus berpikir. Otakku mengatakan tidak, tapi hatiku berkata sebaliknya. Aku ingat ucapan nenek Savitri, bahwa aku harus mendengarkan kata hatiku."

Jodha tersenyum dan tersipu malu. Pipinya merona ketika mengatakan itu.

"Katakan padaku kalau kau mencintaiku. Aku ingin mendengarnya langsung dari bibirmu." Jodha kembali merona.

"Aku mencintaimu, Jalal."

Jalal memeluk Jodha dengan erat seakan tidak mau melepasnya.

Awalnya Jodha ragu untuk membalas pelukan Jalal, tapi akhirnya dengan kemantapan hati, Jodha membalas pelukan Jalal.

Mereka begitu bahagia. Merasakan pelukan penuh cinta. Setelah beberapa saat, Jalal melepaskan pelukannya.

"Aku bahagia, Jodha. Akhirnya aku menemukan cintaku. Aku berjanji akan selalu mencintaimu."

"Aku juga bahagia."

"Dalam waktu 6 bulan akan kubuktikan kalau aku pantas untukmu. Aku akan berusaha keras untuk mencapai impianku lalu aku akan melamarmu dan menjadikanmu milikku."

Jodha terharu mendengarnya. Matanya berkaca-kaca.

"Sekarang tanggal 14 agustus dan dalam 6 bulan kedepan kita akan bertemu tepat tanggal 14 februari," ucap Jodha.

"Hari valentine?" tanya Jalal.

"Iya. Kita akan bertemu di Taj Mahal."

"Kenapa di sana?"

"Karena Taj mahal adalah lambang cinta Shah jahan untuk Mumtaz mahal. Aku ingin cinta kita abadi seperti mereka."

"Baiklah. Aku akan menunggumu disana."

"Tapi aku mempunyai syarat." Jalal mengernyit heran.

"Syarat apa?"

"Dalam waktu 6 bulan; kita tidak boleh bertemu ataupun berkomunikasi. Bila salah satu dari kita tidak datang, maka kita tidak boleh saling memberitahu. Apapun alasannya."

"Syaratmu berat sekali, sayang." Jalal mendengus.

Jodha tersenyum ketika Jalal memanggilnya 'sayang'.

"Anggap saja ini ujian untuk cinta kita. Bagaimana, kamu setuju?"

"Baiklah, aku setuju. Apapun demi kamu." Jalal tersenyum manis.

"Jalal, apa kau suka dengan anak-anak?" tanya Jodha ragu-ragu.

"Iya. Tentu saja aku suka dengan anak-anak. Memang kenapa?" jawab Jalal sambil tersenyum menggoda.

"Tidak apa-apa. Aku hanya bertanya." Jodha tersipu malu.

Jalal menggandeng tangan Jodha. Membawanya menuju ke mobil.

Begitu sampai di stasiun, mereka naik kereta, tapi gerbong mereka berlainan.

Pukul 11 siang. Kereta telah sampai di stasiun Mumbai. Jodha turun terlebih dahulu.

Begitu turun dari kereta, Jodha sudah disambut oleh seseorang.

"Jodha."

Panggil seseorang di depannya.

TRUE LOVE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang