XI

1.7K 102 9
                                    


"Berhenti! Jangan macam-macam." Jalal berhenti.

"Tolong dengarkan penjelasanku dulu. Maaf  karena sudah lancang menciummu. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku padamu. Aku ... mencintaimu, Jodha."

Jodha terkejut, tapi dia tidak ingin percaya begitu saja.

"Bohong! Kau pasti bohong. Aku tidak percaya padamu. Jangan kau kira aku seperti wanita lain yang bisa dengan mudah tergoda rayuanmu. Aku sudah punya tunangan dan sebentar lagi aku akan menikah."

"Aku tahu, tapi kamu tidak bisa menyembunyikan perasaanmu padaku. Aku tahu kalau kamu menerima tunanganmu itu untuk balas budi padanya, bukan?"

Jalal ingat saat dia dan Jodha berbicara di restoran malam itu.

-

"Apa kamu mencintai calon suamimu?"

"Dia orang yang sangat baik dan sudah berjasa besar pada panti asuhan milik ibuku. Dia donatur tetap disana. Aku kagum padanya."

"Hanya kagum?" Jodha terdiam sejenak.

"Mungkin setelah menikah nanti, aku bisa mencintainya."

"Jadi, kau menikah karena balas budi?"

Pertanyaan Jalal menohok hati Jodha. Mereka saling berpandangan. Jodha mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa kau akan selamanya melajang?"

"Aku juga punya kekasih di Mumbai. Dalam waktu dekat, aku akan bertunangan dengannya."

"Apa kau mencintainya?"

Jodha menanyakan pertanyaan yang tadi diajukan oleh Jalal.

"Aku sudah bilang kalau dalam kamus seorang Jalal tidak ada yang namanya cinta."

"Kenapa kamu mau terikat dengan seorang wanita?"

"Sudahlah. Aku tidak mau membicarakan hal ini lagi."

-

"Katakan padaku kalau kau juga mencintaiku."

"Tidak. Aku tidak mencintaimu." Jodha mengalihkan pandangannya.

"Kalau kamu tidak mencintaiku, untuk apa mengikutiku dan membalas ciumanku. Mulutmu bisa berbohong tapi tatapan matamu mengatakan semuanya." Jodha tidak bisa berkelit lagi.

"Kau bilang kalau dalam kamus seorang Jalal tidak akan pernah ada yang namanya cinta, tapi dengan mudahnya kau berkata mencintaiku. Aku tidak akan tertipu olehmu."

"Itu dulu. Sebelum aku bertemu denganmu. Kini aku sudah menemukan cintaku. Kamulah yang mengajarkan aku, apa itu cinta."

Jodha diam. Dia mencoba mencari kebenaran di mata Jalal.

"Tolong beri aku kesempatan untuk membuktikan cintaku, Jodha. Aku akan memutuskan hubungan dengan calon tunanganku. Aku bersedia terikat dengannya karena ayahnya pemegang saham terbesar di perusahaanku."

Jalal berhenti sebentar untuk melihat reaksi Jodha, tapi Jodha hanya diam.

"Beri aku waktu 6 bulan untuk menyelesaikan masalahku. Aku berjanji setelah itu, aku akan langsung melamarmu."

"Tidak. Aku tidak percaya padamu dan aku tidak akan memberimu waktu ataupun kesempatan."

"Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang. Aku besok akan kembali ke Mumbai. Pikirkan malam ini. Besok aku akan menunggumu di lobi. Jika kamu mencintaiku, pakailah gaun yang kemarin aku berikan. Jika tidak, itu berarti kamu menolakku. Aku akan menunggumu, Jodha. Aku bersumpah demi nenekku kalau aku benar-benar mencintaimu."

Jalal menatap Jodha sebentar lalu membalikkan badannya dan pergi dari sana. Jodha berteriak.

"Aku tidak akan memakai gaun pemberianmu! Aku tidak mencintaimu! Kamu dengar itu!"

Jodha menutup pintu kamarnya dengan keras. Dia bersandar di pintu dan menangis. Dia bergumam.

"Aku tidak mencintaimu. Aku tidak mencintaimu."

Jodha makin terisak. Dia duduk bersandar di pintu sambil kakinya ditekuk dan kepalanya disandarkan ke lututnya.

^^^

Semalaman Jodha tidak bisa tidur. Dia hanya membolak-balikkan badannya di ranjang. Ucapan Jalal terus terngiang di telinganya.

"Aku mencintaimu, Jodha."

Jalal juga tidak bisa tidur. Dia bertanya-tanya. Apakah Jodha akan menerimanya atau tidak?

TRUE LOVE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang