XXIII

2K 132 35
                                    


Pratap terkejut karena belum pernah melihat Jalal marah.

"Aku ... melakukan itu untuk balas dendam. Karena kau sudah mencampakkan putriku."

"Aku memutuskan hubungan dengan Benazir secara baik-baik. Kalau kau tidak terima, maka hadapi aku. Jangan menggunakan orang lain untuk balas dendam. Dasar pengecut!" Jalal semakin menekan tangannya ke leher Pratap.

Aarrghh...

Pratap merasakan tenggorakannya tercekat. Dia kehilangan oksigen.

"Aku peringatkan padamu sekali lagi. Kalau kau berani mengganggu Jodha dan anak-anak panti lagi, aku tidak segan membuka kedok busukmu di pemerintahan," ancam Jalal. Pratap melotot.

"A ... apa maksudmu?"


"Aku punya bukti kalau kau juga melakukan korupsi di pemerintahan. Selama ini aku diam karena kau pemegang saham terbesar di perusahaanku, tapi sekarang aku tidak akan menutupi lagi kebusukanmu. Ingat kata-kataku tuan Pratap yang terhormat." Jalal melepaskan tangannya dari leher Pratap dan mendorong pria itu ke bawah. Dia menendang kaki Pratap sampai berbunyi tulang patah. Pratap meraung kesakitan.

Dia memegang lehernya yang sakit sambil menarik nafas dalam. Jalal pergi meninggalkan Pratap.

"Sialan kau, Jalal! Kau pikir aku takut dengan ancamanmu. Ini belum selesai. Kau akan menerima akibatnya!"

¤¤¤

Jodha sedang mengajari anak-anak bernyanyi di ruang aula serba guna. Dia memainkan piano.

Anak-anak berhenti bernyanyi. Jodha mengerutkan keningnya bingung dan ikut menghentikan bermain pianonya.

"Ada apa? kenapa berhenti?"

Reihan menjawab dengan kode menaikturunkan alisnya ke arah belakang. Jodha tidak mengerti.

"Ada apa?" Jodha ikut menaikkanturunkan alisnya mengikuti gaya Reihan.

Bocah kecil itu kembali memberi kode dengan menunjuk orang di belakang Jodha dengan dagunya. Jodha mengerti dan menoleh ke belakang.

Disana ada seorang makhluk tampan sedang bersandar di dekat pintu. Pria itu tersenyum manis sambil tangannya bersedekap di depan dada.

Jodha terkejut kenapa ada Jalal ada disini dengan memamerkan senyum sok manisnya.

"Kenapa kamu ada disini?" tanya Jodha ketus.

"Menunggumu," jawab Jalal santai.

"Kenapa menungguku?"

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Aku sibuk."

Jodha kembali berbalik. Dia masih marah tentang ciuman itu. Jalal tersenyum lalu berjalan mendekat ke Jodha.


"Aku akan menunggumu sampai selesai. Silahkan dilanjutkan menyanyinya." Jalal berjalan menuju barisan anak-anak.

TRUE LOVE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang