XIV

1.4K 92 13
                                    


Moti menyaksikan televisi berteriak memanggil Jodha.

"Jodha, kemarilah. Ada berita acara pertunangan Jalaluddin Ashwani, si cassanova itu."

Jodha yang mendengar nama Jalal disebut langsung menuju ke depan televisi. Dia ikut melihat acara itu bersama Moti.

"Jalal," batin Jodha sambil tersenyum.

"Baiklah pemirsa, saya akan mulai bertanya pada Pak Jalal." Sang pembawa acara menoleh ke arah Jalal.

"Sebentar lagi anda akan bertunangan dengan putri dari seorang menteri dan juga pemilik saham terbesar di perusahaan anda. Bagaimana perasaan anda?"

"Saya tidak akan bertunangan dengan Benazir," ucap Jalal langsung to the point.

"Apa?"

Benazir dan semua orang yang hadir terkejut. Moti juga  terkejut, tapi tidak dengan Jodha.

"Apa maksud Anda, Pak Jalal? tolong jelaskan."

"Maaf, Benazir. Aku tidak bisa bertunangan denganmu."

"Kenapa, Jalal?" Benazir merajuk dengan gayanya yang manja.

"Maaf. Aku tidak mencintaimu dan akan membatalkan kerjasama dengan ayahmu. Aku mencintai orang lain," ucap Jalal dengan yakin.

"Tidak! Kau tidak bisa melakukan ini padaku." Benazir mulai menangis.

Semua orang mulai berbisik-bisik. Ini adalah sebuah hal yang langka. Putri seorang menteri, batal bertunangan. Hamida terkejut dengan perkataan Jalal sedangkan Bhaksi tersenyum puas melihat Benazir.

"Wah! Hal ini benar-benar diluar dugaan, pemirsa. Ternyata seorang Jalal, sang cassanova bisa menemukan cinta sejatinya. Siapakah wanita beruntung itu, Pak Jalal?"

Pembawa acara bertanya lagi pada Jalal. Dia bahkan tidak memperdulikan Benazir yang menangis.

"Bukan dia yang beruntung, tapi saya yang beruntung mendapatkannya. Karena dialah, saya tahu arti cinta yang sebenarnya."

Moti berseru. "Ah, manis sekali. Siapa kira-kira wanita yang sudah merubahnya?"

Jodha tersenyum. Dia senang sekali bisa melihat wajah Jalal walaupun hanya melalui televisi. Karena dalam 6 bulan kedepan, dia tidak bisa bertemu. Dia akan sangat merindukannya.

Benazir semakin menangis menjadi-jadi. Dia merajuk menghampiri ayahnya.

"Ayah. Aku tidak mau berpisah dengan Jalal. Tolong cegah dia."

Tuan Pratap marah lalu menghampiri Jalal yang akan pergi dari acara ini.

"Hei, Jalal! Apa yang kau lakukan pada putriku? Kau tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Kalau kau sampai pergi dari sini, maka akan kupastikan sahamku kutarik dari perusahaanmu," ancam tuan Pratap.

Jalal yang menghampiri ibu dan adiknya langsung berbalik ke Tuan Pratap.

"Silahkan, Tuan Pratap. Dengan senang hati saya mengizinkan anda menarik saham anda. Maaf, Saya harus pergi."

Jalal lalu menggandeng ibu dan adiknya keluar.

"Kurang ajar kamu, Jalal! Aku pastikan kau akan membayar semua ini!" ancam Tuan Pratap sambil memeluk putrinya yang masih menangis.

Ketika sampai di depan pintu, ada seseorang yang bertepuk tangan. Jalal berhenti dan menoleh.

"Anda hebat, Tuan Jalal. Demi orang yang kaucintai, kau rela mengorbankan harga diri dan kelangsungan perusahaanmu untuknya. Aku salut padamu. Semoga kau bisa bersatu dengan wanita yang kaucintai."

Jalal terkejut karena orang yang bicara dengannya adalah Surya, tunangan Jodha. Surya tidak tahu siapa yang telah dia doakan. Pria itu telah mendoakan tunangannya sendiri bahagia dengan orang lain. Jalal hanya tersenyum menanggapi ucapan Surya. Dia bergegas pergi dengan perasaan lega.

៛៛៛៛៛៛

Akhirnya Jalal bisa bernafas dengan lega setelah mengungkapkan semuanya.

"Jalal, ibu takut dengan ancaman Tuan Pratap. Ibu takut dia balas dendam padamu."

"Ibu tidak perlu khawatir. Aku tidak takut dengan ancamannya. Ibu tenang saja." Jalal menggenggam tangan ibunya untuk menenangkannya.

Ibunya tersenyum melihat Jalal yang yakin akan keputusannya. Hamida menjadi tenang.

"Siapa wanita yang sudah berhasil merubahmu, Nak?"

"Iya, Kak. Kakak kenapa tidak pernah cerita tentang kakak ipar?" Bhaksi menggodanya.

Jalal tersipu malu. Saatnya dia menceritakan tentang Jodha.

"Dia gadis yang aku temui di Sikkim. Dia gadis yang cantik namun sederhana. Karena dialah aku bisa seperti ini." Jalal bercerita dengan sumringah.

"Hm ... kelihatannya dia wanita yang baik. Siapa namanya?" tanya Hamida.

"Jodha."

"Jodha, nama yang bagus. Kapan ibu bisa bertemu dengannya?" Hamida berharap segera bertemu dengan calon menantunya.

"Ibu harus bersabar. 6 bulan lagi dia akan kuperkenalkan pada kalian."

"6 bulan? Lama sekali, Kak."

"Kami sudah berjanji. Aku berharap kalian mau mengerti."

"Baiklah. Apapun keputusanmu ibu pasti mendukung."

"Terima kasih, Bu." Jalal mencium tangan Hamida.

~~~~

Hari berganti. Jalal memulai usahanya lagi dari nol. Dia sering pergi keluar kota untuk mencari investor yang mau menanamkan sahamnya di perusahaan.

Jalal dan Jodha menepati janjinya untuk tidak berkomunikasi selama 6 bulan. Ini sangat berat, tapi mereka harus menjalaninya karena ini ujian buat cinta mereka.

Sedangkan Jodha sibuk dengan panti asuhan. Dia mengajar tarian dan nyanyian di panti. Jodha masih belum berani berterus terang pada Surya tentang hubungannya dengan Jalal.

Hingga suatu hari, ibu Surya datang ke panti untuk menjenguk anak-anak dan silaturahmi dengan Jodha dan ibunya.

Setelah melihat anak-anak panti. Ibu Surya berbincang-bincang dengan Jodha dan Meena.

"Saya sebenarnya datang kesini ingin membicarakan tentang pernikahan anak kita, Bu Meena."

Jodha terkejut. Cepat atau lambat, ibu Surya pasti akan membicarakan hal ini. Dan sudah saatnya dia berbicara jujur.

"Saya punya penyakit jantung dan saya ingin pernikahan anak kita dipercepat sebelum terjadi sesuatu dengan saya," ucap Ibu Surya sedih.

Jodha yang ingin bicara, tidak bisa mengeluarkan suaranya karena ucapan ibu Surya. Akankah dia tega bicara jujur bila ibunya Surya sudah mempunyai amanat seperti itu.

"Itu semua terserah Jodha. Karena dia yang menjalaninya. Bagaimana Jodha?" Meena bertanya.

"I ... iya, Bu. Jika itu memang yang terbaik, aku setuju."

Jodha dilema. Kalau dia menolak, dia takut terjadi sesuatu pada ibu Surya. Jika dia menerimanya, bagaimana dengan Jalal?

Dia tidak mau ada orang yang tersakiti akan keputusannya. Bagaimanapun juga, dia harus memilih.

"Ya tuhan. Apa yang harus kulakukan?"

TRUE LOVE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang