X

1.7K 112 16
                                    

Jodha bertepuk tangan sambil tersenyum mengejek.

"Wah ... apakah playboy kita sudah insaf?" Jalal geram.

"Menurutmu, kenapa aku melakukan itu? itu semua karenamu."

"Karena aku?" Jodha heran. Bagaimana bisa Jalal putus dengan Bella itu karena dirinya.

Jalal berjalan mendekati Jodha. Mereka berdua berhadapan.

"Kau berhutang penjelasan padaku."

"Penjelasan apa?"

"Kenapa kamu mengikutiku? katakan alasannya?" Jalal menatap Jodha dengan tajam. Jodha menjadi gugup.

"A ... aku mengikutimu karena tidak ada teman untuk diajak berbelanja. Jadi, aku mengikutimu."

Jodha berbohong. Jalal menatap lebih dalam ke mata Jodha. Mencoba mencari kebenaran disana. Jodha semakin gugup.

"Kau bohong."

"Bohong? Apa maksudmu aku berbohong. Aku bicara yang sebenarnya."

Jodha menundukkan pandangannya untuk menghindari tatapan mata Jalal.

Jalal memegang kedua bahu Jodha. "Lihat aku."

Jodha mendongakkan wajahnya dan kembali menatap mata Jalal yang tajam sekaligus menghanyutkan. 

"Katakan yang sebenarnya. Kau mencintaiku, bukan?"

Jantung Jodha serasa berhenti berdetak. Apa benar yang dikatakan Jalal jika Jodha mencintainya.

"A ... ku ... a ... ku."

Ucapan Jodha terbata-bata. Rasanya seperti ada yang mengganjal di tenggorokannya.

"Katakan yang sebenarnya. Kau mencintaiku?"

"Tidak. Aku tidak mencintaimu."

"Kalau kau tidak mencintaiku, kenapa mengikutiku? Alasanmu tidak masuk akal."

Jodha masih terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Baiklah, kalau kau masih diam. Akan kubuktikan kalau kau memang mencintaiku."

Jalal menundukkan wajahnya dan memiringkan kepalanya. Dalam sekejap, dia mencium bibir Jodha. Tangan kirinya memeluk pinggang Jodha. Sedangkan tangan kanannya memegang kepala Jodha agar tidak berontak.

Jodha yang mendapat serangan mendadak, terkejut dan membelalakkan matanya. Dia mencoba berontak tapi Jalal semakin mempererat pelukannya.

Karena Jodha yang tak bisa melawan, runtuh juga pertahanannya. Otaknya menolak, tapi hatinya menikmati setiap sentuhan bibir Jalal.

Jalal melumat bibir Jodha dengan lembut lalu menuntut. Kaki Jodha lemas, dia melingkarkan tangannya di leher Jalal. Kedua tangan Jalal beralih memeluk pinggang Jodha agar mereka semakin dekat.

Untuk sesaat mereka terbuai dalam ciuman hangat ditengah udara yang dingin di kota Sikkim.
Ketika kesadaran Jodha mulai kembali, dia melepaskan ciuman. Jodha menggigit bibir bawah Jalal dengan keras.

"Aw ..."

Jalal mengaduh kesakitan dan memundurkan wajahnya. Jodha mendorongnya. Jalal melihat Jodha yang terengah-engah menatapnya dengan marah.

"Kau jahat, Jalal. Kenapa kau lakukan ini padaku? Ini tidak benar."

Jodha menangis. Dia berlari masuk ke hotel. Jalal mengejarnya.

"Jodha, tunggu."

Jodha terus berlari sambil menangis. Dia tak pedulikan panggilan Jalal. Jodha sampai di lift lalu memencet tombol. Lift pun terbuka. Jalal mengejar, tapi pintu lift sudah tertutup.

Jalal berlari kencang menuju tangga darurat. Dia tidak perduli pada orang-orang yang melihatnya. Tangga demi tangga dia lalui. Seperti atlit yang berlomba lari maraton.

Begitu sampai di lantai tempat Jodha tinggal, dia melihat Jodha sampai di kamarnya.

Saat Jodha akan menutup pintu, kaki Jalal menahannya. Jodha mendorong pintu, tapi kekuatannya tak sebanding dengan Jalal.

"Jodha, tolong dengarkan aku."

"Tidak! Aku tidak mau mendengarkanmu dan bertemu lagi denganmu. Pergi!" Jodha berteriak sambil menangis.

Jodha tidak kuat menahan pintu saat Jalal mendorong pintu dengan paksa.

Jodha mundur ke belakang. Jalal mendekati Jodha. Membuat Jodha takut.

TRUE LOVE (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang