Lami POV
Disinilah kami sekarang. Bali. Pulau seribu keindahan flora dan fauna nya. Chellin, Sam, Ariana, Nathan, dan lain lain termasuk aku dan Mark baru sampai di bandara Ngurah Rai. Banyak turis turis yang bolak balik melewati kami. Setelah mobil sewaan Mark datang, kami masuk dan melaju menuju hotel di sekitar Pantai Kuta milik perusahaan Mark, Vantje's corp.
Tak jarang kami bernyanyi saat berada di mobil sambil tertawa tawa. Aku senang sekali salah satu dari list tempat wisata ku telah terwujud. Saat kami sampai di hotel tersebut, seluruh pegawai menyapa dan hormat pada Mark juga dengan kami. Aku menatap kagum hotel mewah bernuansa artistik yang kental dengan budaya bali ini. Lukisan di pajang di setiap sudut hotel. Chellin yang telah siap dengan DSLR yang ia kalungi sudah memotret lukisan lukisan indah itu.
"Suka gak?" Tanya Mark yang tengah mendorong kopernya disampingku
"Banget, banget, banget sukanya. Makasih ya" kataku sambil tersenyum lebar tapi mataku terus berkeliaran kemana mana
kami semua masuk ke pintu hotel nomor 606. Dan.... ukurannya sangat besar untuk kami semua. Ada 5 kamar tidur, 3 kamar mandi, ruang keluarga. Tapi semua itu langsung hilang dari bayangan ku ketika menatap jendela yang mengarah tepat ke Pantai Kuta.
"Gila, keren banget ini mah" kata Nathan sambil duduk di sofa dengan Ariana.
"Langsung ngadep ke Pantai Kuta juga! Semoga memori kamera gua masih banyak" kata Chellin yang terus mengambil gambar tak mau ketinggalan suasana sementara Sam yang terus merangkulnya hangat di belakang.
Aku tersenyum melihat ekspresi teman teman ku. Ku hirup udara nya, jauh berbeda dengan Jakarta yang banyak polusi. Tiba tiba tangan terjulur merangkul pinggangku. Mark. Dia menaruh dagunya di bahuku. Hembusan nafasnya pun bisa ku rasakan.
"Lexa sama Dave kemana?" Tanyaku
"Di pantai, mau nyusul?" Tanyanya ku jawab anggukan lalu dia langsung menggenggam tanganku ke pantai meninggalkan 2 pasangan disana.
Ku amati pantai yang luas ini. Di penuhi turis turis yang berjemur mengenakan bikini. Ku lepaskan genggaman tangan Mark dan berajalan menuju bibir pantai. Bermain bersama pasir dan air yang menyentuh kaki ku yang telanjang tanpa alas kaki. Angin berhembus membuat rambutku terayun ayun.
Mark datang lalu mengangkatku menggunakan tangannya dan memutar mutar tubuhku. Kami seperti anak kecil disana, akupun sampai tak bisa berhenti tertawa.
"Mark! Turunin!" Teriakku lalu dia menurunkan ku yang sempoyongan
"Bhahahahah muka lo lecek gitu masa" katanya sambil tertawa melihat rambutku yang kemana mana akibat ulahnya.
seketika ide masuk ke otak ku. Ku ambil air menggunakan telapak tangan ku lalu menyiramkan ke mukanya yang masih saja tertawa. Aku langsung berlari karna tau dia pasti akan mengejarku.. aku menengok ke kanan merasa ada yang memperhatikan ku disana.
Tunggu..
.
.
.
MELODY?yang ku perhatikan langsung kabur. Aku mencoba mengejar tapi jaraknya denganku malah makin jauh. Percuma saja aku berlari mengejar. Napas ku sampai naik turun juga sesak. Jadi selama ini, Melody tinggal di Bali? Akhirnya gua nemuin lo, Mel.
"Kenapa lari nya kesini?" Tanya Mark yang ada di belakang ku dengan nafas yang terengah engah
"Ta.. tadi gua liat Melody" jawabku ragu
"Melody? Melody tinggal disini?" Tanya nya lagi
"Gue gak tau. Pokoknya tadi gua liat dia lagi liat ke arah gua" jelasku sambil menunduk.
Mark maraih pundak ku lalu menaikkan dagu ku agar menatapnya. "Gue yakin, dia bakal nemuin lo nantinya"
"Tapi..-"