Lo ngapain duduk disitu hah?
Aku mengatakannya dalam hati, sambil memberikan tatapan––pergi dari situ––yang hanya dibalas tatapan juga––gue gak akan pergi lagian bangku ini kosong––olehnya.
Hhh, aku menghembuskan nafas secara kasar, lalu menatap ke depan memperhatikan guru Biologiku itu menerangkan.
4 jam pelajaran telah berlangsung, bel istirahat berbunyi tepat setelah Bu Vega mengucapkan salam.
Tidak butuh waktu lama untuk mengosongkan kelas XII-A2 ini. Dengan gesit mereka berjalan menuju pintu keluar. Entah ke kantin, WC, masjid, atau tempat lainnya.
Ada juga yang datang ke mejaku–jelas bukan untuk mengajaku ke kantin–tapi mungkin cewe itu ingin berkenalan dengan cowok disebelahku. Dan aku tidak ambil peduli selama tidak menyangkutpautkan aku.
"Hai?" Seru salah satu cewe dari kelas sebelah yang aku maksudkan tadi, dan beruntungnya aku lupa namanya.
"Hai." Cowo disampingku tersenyum.
"Eh, siapa nama lo?"
Aku berusaha menajamkan telinga, bersiap mendengarkan nama teman sebangkuku selama pelajaran tadi yang aku tidak tau namanya. Tapi cowok itu tidak menjawab, dari ujung mataku aku melihat dia hanya menunjukkan nametag yang ada dibajunya. "Bisa baca kan?"
Cewe dari kelas sebelah itu mengangguk. "Gue Maya, dan mereka berdua temanku, Ema dan Elsa. Salam kenal." Cewe yang kuingat bernama Maya––setelah dia menyebutkan nama tadi––mengulurkan tangan.
Cowo disampingku mengangguk dan membalas uluran tangannya, dan bergantian bersalaman dengan dua dayang-dayang Maya. "Salam kenal juga." Setelah itu mereka keluar dari kelasku.
Sadar atau tidak mereka–Maya dan dayangnya–menatapku sinis.
Setelah kepergian mereka, tidak ada yang membuka suara diantara kami.
"Lo ga ke kantin?" Itu bukan aku yang ngomong, pasti dialah. Siapa lagi kan?
"Engga. Lo?" Aku masih natap lurus kedepan, tidak berniat untuk menatapnya.
"Kalo gue ke kantin gue ga akan duduk disini dan ngajak lo ngobrol."
Hm, iya juga sih. Dasar Kay bego.
"Lo tiap hari duduk sendi–"
"Engga. Gue punya temen duduk kok" sebelum dia menuntaskan acara bicaranya aku sudah memotongnya terlebih dulu. Aku tidak ingin dia berpikir kita akan duduk berdua terus.
"Oh gitu." Dari ekor mataku, aku melihat dia mengangguk-angguk.
Aku mengeluarkan bekal yang tadi pagi Mama selundupkan ke dalam tasku yang sudah penuh sesak oleh buku pelajaran.
Aku dengan santai menyuapkan roti tawar yang berbalut selai apel–buatan Mama–kedalam mulutku.
Aku mengedarkan pandangan ke seisi kelas. Kosong. Loh dia kemana?
"Lo nyariin gue, Kay?" Begitu aku memutar kepalaku tiba-tiba dia sudah duduk manis tepat disampingku.
"Ga." Aku mendengus, ketahuan. Kan malu.
"Yaudah deh. Gue punya jus apel, lo mau?" Dia menyodorkan segelas jus yang masih utuh.
"Gak." Kapan dia ke kantin? Batinku.
Aku masih tidak menatapnya. Aku mengambil novel yang belum sempat ku baca dari laci meja."Aku dapet dari fans, ga ke kantin.
Bener gamau Kay? Aku minum yah?"Dia punya indra keenam ya? Ko bisa pas gitu jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Key for Kay
Teen FictionKaynna. Cewe dingin, cuek, cerdas, namun tak tersentuh. Bahkan tak banyak yang menganggapnya ada. Bagaikan burung merpati yang baru belajar untuk terbang dunia memintanya untuk melakukan segala sesuatu seorang diri. Ditinggalkan oleh orang di masa l...