Part 14-Pelukan

3.6K 276 18
                                    

Kaki mungil ku yang tergolong pendek ku luruskan di sofa depan televisi. Rumah sepi.

Mama, Papa sama Brian pergi ke acara Papa dengan rekan bisnis barunya. Ya ga jauh-jauhlah sama pekerjaan.

Dan kenapa aku gak ikut?
Ini acara nginep karena ada di Bandung dan besok aku ada ulangan matematika sama guru killer–Pak Jones yang nyebelin abis–yang susulannya harus ikut kelas lain. Intinya kesalahan sedikit disetarakan dengan kesalahan abis ngacak-ngacak satu kompleks.

Aku meletakkan buku matematika yang baru saja ingin ku baca ke atas meja karena bel rumah berbunyi.

Dengan malas ku seret kakiku untuk menuju pintu. Heran malam-malam masih aja ada yang keluyuran, ga ada kerjaan apa?

Aku membuka pintu, dan mataku membulat begitu mendapati Keynan sedang tersenyum di depanku.

"Hai?" Sapa Keynan.

"Hmm, ada apa malem-malem ke rumah?" Tanyaku.

Jujur aku sedikit takut karena siang tadi di sekolah aku mengacuhkan telepon darinya, sore tadi aku mengacuhkan sms darinya. Dan lihatlah, sekarang dia muncul dihadapanku seperti macan yang siap menerkam. Mengerikan.

"Mau dengerin cerita lo."

"Cerita?" Tanyaku sambil mengerutkan kening. Sekali-sekali tanpa teka-teki bisa gak sih ini orang.

"Suruh masuk dulu kek."

Aku menghela nafas, lalu mengangguk.

Sekarang aku duduk mengahadap Keynan, yang ditatap malah biasa aja.

"Jadi?" Aku memulai percakapan yang tadi sempat tertunda.

"Jadi kamu harus cerita."

"Cerita apa si, Key? Gue gak ngerti deh." Kataku sambil mengulum bibir. Lagian aku gak tau apa-apa malah suruh cerita. Lo kira gue tukang dongeng pengantar tidur kali.

"Lo kenapa ga angkat telepon gue? Gak bales sms gue, hm?" Tanya Keynan sambil menatapku lekat.

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal dan memutar bola mata mencari jawaban.

"Mm, tadi udah bales kok, tapi pulsanya abis jadi mungkin gak terkirim." Kataku beralasan.

"Lo diapain sama Felsa?" Tanya Keynan sambil menatapku intens.

Sungguh mata Keynan, indah banget!

"Lo itu suruh jawab pertanyaan gue, bukannya ngeliatin gue sambil mupeng gitu. Awas tuh ilernya udah kemana-kemana." Kata Keynan sambil menjitak kepalaku.

Aku memanyunkan bibirku sambil mengelus kepalaku yang kena jitakan Keynan.

Udah bertamu malem-malem, melakukan penganiayaan, udah gitu over PD. Dasar! cibirku dalam hati.

"Felsa? Sapa tuh? Pacar lo? Tenang aja gue baik-baik aja kok. Jadi lo gak usah khawatir." Kataku sambil mengalihkan pandangan kemana saja asal tidak ke mata Keynan. Bisa salah fokus nanti. Duh.

"Gue mau bikin pengakuan sama lo." Kata Keynan. Refleks mataku membulat dan kembali memperhatikan Keynan. Aku menajamkan telingaku agar tidak sampai salah dengar.

"Gue–"

Baru saja Keynan ingin membuka mulut aku meletakkan telunjukku di bibirnya.

"Tunggu dulu, kenapa lo harus cerita sama gue?" Tanyaku penasaran.

"Karena–" Keynan terdiam sebentar. Seperti menimbang kata-kata apa yang tepat, tapi entahlah.

"Karena lo temen gue." Katanya cepet.

"Oke. Ayo cepet cerita." Kataku mantap.

"Iya sabar," Kata Keynan.

"Kay, kalo orang yang pernah nyakitin lo datang lagi lo mau maafin dia gak? Kira-kira apa yang bakal lo lakuin? Terima dia dan mulai dari awal, atau stop dan cukup jadi teman aja? Menurut lo gue mending sama orang di masa lalu gue atau sama seseorang yang menurut gue dia adalah masa depan gue. Menurut lo gimana?" Tanya Keynan panjang lebar.

Eh, aku lupa tadi dia nanya apa aja.

"Kalo menurut gue ya dimaafin lah, semua orang juga pernah salah. Pasti pengen banget dapet kesempatan kedua. Tapi kesempatan kedua kan ga selalu ada buat setiap orang, hanya orang-orang pilihan aja." Aku terdiam sebentar.

Aku gak punya kesempatan kedua.

"Masa lalu adalah seseorang yang bikin lo kuat di masa depan. Masa lalu bukan saja tentang menyakiti hati, tapi ajang memperkuat hati. Lo ga akan pernah tau kan kalo kecewa itu menguatkan tanpa lo ngerasain kecewa dulu. Sama, sakit hati juga gitu. Ga ada satu orangpun yang terbiasa sakit hati. Sebiasa apapun yang namanya sakit hati ga jauh-jauh dari pengen guling-guling." Aku tersenyum, juga menangis?

Keynan menyentuh ujung mataku. Lalu menarikku dalam pelukannya.

"Key, lo tau bagian mana yang paling menyakitkan dari berpisah? Berpisah karena kematian. Ga peduli seberapapun lo merindukannya dia ga akan pernah kembali." Kataku sambil terisak dan tenggelam dalam pelukan Keynan.

"Diamlah Kay. Gue paham kok." Kata Keynan.

Aku merasakan pelukan Keynan semakin menguat. Aku tau dia ingin menyalurkan kekuatan padaku. Jadi aku hanya diam.

Terkadang untuk mengungkapkan sesuatu tidak harus selalu dengan kata-kata.

---

A/N

Sorry pendek:-)
Chapter depan bakal panjang soalnya!
Jangan bosen-bosen bacanya yaaa...
Cintah kalian semuah:-*

Vote! Comment!

Bagian mana yang kalian suka?

Nantikan part 17!!

Key for KayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang