Part 24-The same person, but not the feeling

2.9K 224 26
                                    

Kaynna mencoret tanggal 7 di kalender bulan ini. Tepat pada tanggal yang sama seperti saat Keynan menghilang bulan lalu.

Lalu Kaynna melempar spidol merahnya dan berbaring di atas kasur.

"Kalo gue tau lo bakal pergi kaya gini gue ga akan buka hati. Kalo gue tau lo cuma mainin hati gue, gue ga bakal biarin hati gue sejatuh ini. Kalo gue tau lo bakal nyakitin gue kaya gini gue ga akan pernah ijinin lo masuk ke hidup gue. Kalo gue tau, IYA SEMUANYA KALO AJA GUE TAU."

Kaynna melempar bantalnya entah ke arah mana.

Dadanya sesak. Hatinya nyeri. Bahkan di ruang kamarnya yang cukup luas saja dia seperti berebut oksigen.

"Lo kemana si Key?" Rintih Kaynna entah sudah keberapa puluh di hari ini. Entah sudah berapa ribu kali dia menanyakan pertanyaan yang sama.

Kaynna selalu berharap menemukan alasan yang membuatnya percaya bahwa Key-nya akan kembali. Merentangkan tangan dan menariknya kedalam pelukan.

Namun untuk saat ini rasanya itu hanyalah mimpi.

Kaynna menengok ke arah pintu ketika terdengar suara pintu berderit.

Begitu melihat siapa yang datang, raut mukanya dipenuhi berjuta penyesalan karena telah susah payah menengok ke arah pintu, dan ternyata bukanlah sosok yang dia harapkan yang muncul disana.

"Kak," Brian merangsek naik ke atas kasur. Tangannya yang mungil mengelus rambut Kaynna.

"Ayo makan, Papa pulang lhooo." Brian memiringkan kepalanya mencari wajah Kay yang tertutup rambut panjangnya.

"Kaka gak laper dek."

Mendengar kalimat itu Brian menggigit bibirnya dan berhenti menyentuh kaka perempuannya. Kakinya perlahan turun dari atas kasur dan keluar meninggalkan Kaynna.

Brian tau, Kakaknya gamau diganggu.

Setelah pintu itu kembali tertutup rapat Kaynna kembali berbicara sendiri. Terus menyebut nama Keynan seolah-olah yang dia sebut namanya akan mendengar.

"Key, lo harus tanggung jawab untuk semua kesedihanku. Untuk semua rasa yang kamu tinggalkan. Aku ga rela hidup dalam luka untuk kedua kalinya," Kaynna menghapus air mata dengan sisa tenaga yang dia punya.

Lalu tangannya menarik selimut dan perlahan berjalan ke alam mimpi.

Berharap saat terbangun nanti, semuanya baik-baik saja.

---

Tak. Tak. Tak.

Hari ini hari Minggu. Kay rupanya sudah melupakan pantai. Dan sekarang dia sedang berjalan di tepi trotoar sambil menendang kerikil atau apapun yang dia temukan.

Pagi ini cukap ramai. Namun bagi Kay di sekitarnya tak ada siapapun.

"GUE BENCI LO KEEEEEYY!!"

Lalu kakinya menendang kerikil lagi.

Orang-orang di tepi jalan memandang Kay dari atas sampai bawah, lalu berujung dengan gelengan kepala.

Mungkin saja mereka heran.

Kay mulai turun dari trotoar lalu menyebrang jalan. Kakinya tetap melangkah meski melawan arus jalan.

"AWASMINGGIRREMSEPEDAGUEBLONG"

BRAAAAAAK. Kejadian itu hanya berlangsung beberapa detik sebelum terdengar teriakan.

"AW!" Kaynna merintih sambil memegangi lututnya yang mulai berdarah karena mencium aspal.

"Lo bisa naik sepeda gak si? Sakit kan?" Kaynna ngoceh sambil meniup-niup lututnya tanpa menghiraukan cowo yang menabraknya tadi.

"Sorry ya. Tadi gue udah teriak kan, lo suruh minggir karena rem gue blong. Lagian lo juga yang salah. Untung sepeda gue gapapa." Kata cowo yang menabrak Kay sambil memeriksa sepedanya memunggungi Kay.

Key for KayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang