Part 10-Mata Kacamata

3.9K 327 2
                                    

Fix Mama sangat marah padaku. Bahkan setelah aku menjelaskan semuanya Mama tetap tidak mau bicara padaku.

Begitu aku sampai rumah tadi, Mama tidak berbicara apapun. Mama langsung mencomot Brian yang masih terlelap di kursi belakang. Setelah itu Mama masuk kerumah dengan diam seolah tidak melihat ku.

Oke, praduga ku ternyata salah besar. Aku kira Mama bakal ngoceh pajang kali lebar kali tinggi yang udah kaya mau ngukur volume balok gitu, tapi ternyata Mama hanya diam. Dan ini nyesek.

Gea terus mengelus punggungku. Mataku mulai berkaca-kaca.

"Ma, maafin Kay ya," Kataku begitu Mama turun dari kamar Brian.

Mama masih diem.

"Maa," Jangan berkedip, aku gamau terlihat cengeng. Perintahku pada otak agar jangan meminta mataku untuk berkedip.

"Iya gapapa. Tapi kan Mama beliin kamu ponsel buat dipake, biar kalo Mama mau nyari kamu gampang. Mama udah keliling komplek tapi ga nemuin kamu ataupun Brian. Mama telponin ternyata ponsel kamu didalam tas. Mama ga mungkin kan telpon Papa, bisa-bisa Papa khawatir. Mama itu gak kerja disuruh buat jagain kamu dan Brian. Jangan membuat Mama seolah-olah Mama ini lepas tanggungjawab Kay." Mama menepuk pundakku pelan.

"Maafin Kay, Ma. Kay tadi panik jadi lupa sama ponsel."

"Yaudah gapapa. Untung aja kalian udah sampai rumah sekarang." Mama memeluk ku.

"Kenapa emangnya Ma."

"Kalau kalian kenapa-kenapa Mama gak mungkin bisa lanjutin hidup lagi. Juga nanti malam Papa pulang, Mama mau ngomong apa kalo kamu sama Brian gak ada dimanapun."

"Maaf Ma, oh ya kalo gitu kita masak yuk Ma, pasti Papa suka." Kataku merespon dengan semangat kalimat terakhir Mama, 'Papa pulang'.

Mama mengangguk.

"Kalo gitu Kay mau bilang sama Gea dulu." Aku berlari menghampiri Gea yang masih fokus pada layar televisi di depannya.

"Ge, mau ikutan gue sama nyokap masak gak?" Aku duduk disampingnya.

"Masak? Mau mau. Yuk!" Gea langsung mematikan televisi dan berdiri sambil menarik tanganku.

"Elah, sabaaar." Aku bangkit dan berjalan menuju dapur.

---

Aku sudah duduk di meja makan, dengan tangan kanan memegang sendok dan tangan kiri memegang garpu. Keduanya aku ketuk-ketukkan ke atas piring.

"Lo kenapa sih Kay?" Gea menyenggol lenganku.

"Kenapa apanya?" Aku bertanya balik.

"Muka lo galau abis, kaya orang yang abis gantung diri."

"Mana ada orang yang gantung diri terus duduk di meja makan gini."

Gea nyengir, "Iya juga si Kay. Terus lo kenapa dong?" Tanya Gea penasaran. Kayanya nih bocah kepo banget deh.

"Laper." Kataku.

Keynan tadi siang sama siapa si? Apa itu pacarnya? Keliatannya si cantik.

"Katanya mau bantuin Mama, eh malah kamu ngelamun." Mama meletakkan piring berisi daging cacah pedas goreng keatas meja makan.

Aku nyengir menyadari kalo niat bantuin Mama ternyata tidak terealisasikan "Maaf Ma."

Tidak lama setelah itu, bel berbunyi. Aku langsung berlari menghampiri pintu dan membukanya.

"Papaaaaa," sapaku riang.

"Hallo sayang." Papa membalas sapaanku dengan mengelus rambutku.

"Sini Pa tasnya Kay bawain." Aku mengambil alih tas kerja dari tangan Papa.

Key for KayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang