Part 20-Kencan Pertama

3.3K 257 3
                                    

Setelah seminggu sejak penjelasan Papa dan Mama tentang rahasia dari mataku, semua kegiatan di rumah mulai kembali berjalan normal.

Aku tidak mencari Ayahku ke German. Karena aku tidak punya alasan untuk mencari seseorang yang secara tidak langsung telah membunuh Bunda. Secara perlahan. Bahkan aku masih bisa merasakan kesakitan Bunda.

Aku sudah melihat Bunda. Mm, bukan! Maksudku makam Bunda.

Kemarin sore Papa, Mama dan Brian mengantarkan aku kesana. Aku berdoa semoga Tuhan selalu bersama Bunda.

Nama Bundaku, Farah Ariesta. Cantik kan namanya.

Oh ya, aku menemukan buku diary Bunda. Sekarang buku itu dalam genggaman tanganku.

Aku belum sempat membacanya, dan, sekarang aku akan membacanya.

25-05-97

Senyuman itu memancarkan cahaya
Menyinari sisi gelap yang ku punya
Menjelajah masuk melalui celah
Menggapai sisi yang tak terjamah

Bolehkah aku memiliki cahaya itu?
Satu kali dan selamanya

Bisakah aku mejadi satu-satunya yang kan kau lihat?
Sekarang hingga nanti.

Kamu, cahayaku, Veri.

Aku menghapus air mata yang tanpa terasa mengalir dipipiku.

Drrtt..drrtt...

Aku menutup buku diary Bunda dan berjalan kearah meja untuk mengambil ponselku yang bergetar.

From: Keynan

Jalan yuk!

Setelah membaca isi pesan Key tanpa sadar bibirku melengkung ke atas.

To: Keynan

Yuk. Cepetan. 5 menit harus udah datang.

Aku terkekeh setelah membaca ulang balasanku.

From: Keynan

Gak pake 5 menit, sekarang yuk!

Aku melongo membaca balasan Key. Jangan bilang dia udah disini.

Keynan calling...

Ini anak yaa, gak sabaran banget si. Lagi ngetik dulu woy!

"Sabar elah, gue baru ngetik balesannya. Gak sabaran banget si." cerocosku sambil membebankan tangan ke pilar balkon.

"Balik badan dong."

Aku memutar badan, dan....

Ya Tuhan! Keynan dengan kaos warna hijau, celana pendek dan sepatu converse putih sambil memegang setangkai mawar sedang berdiri dihadapanku dengan senyum lebar yang....positif manis banget!

Aku menganga, Tuhan, makhluk darimana ini??

"Kenapa? Baru sadar kalo gue ganteng banget?" tanya Keynan sambil mendekat ke arahku. Menghapus jarak yang masih tersisa.

"Apaan. Engga wee." kataku sambil memalingkan wajah kemana saja asal engga ke mata Key.

"Yakin? Kalo engga, gak bakal blushing dong."

"Enggaaaaa." aku menggembungkan pipiku.

"Yaudah, nih buat lo."

"Apa?"

"Yaampun, udah berapa lama jomblo si sampe lupa yang namanya bunga mawar???" tanya Key sambil menunjukkan muka dramatis dan mengacak rambutku.

"Lebay! Mm, udah lamaaaaa ajah, jangankan sama bunga mawar, sama yang namanya cinta aja aku lupa." kataku menirukan mimik Keynan yang absurd.

"Huumm, sini aku ajarin."

"Mau gak yaaaaa???" kataku sambil menotolkan jari ke dagu pura-pura berpikir.

"Ngrusak suasana banget si." kata Key sambil mencubit kedua pipiku.

"Aawww, KEY SAKIT!!! AMPUUUUNN"

Key melepaskan cubitannya. Lalu kami tertawa bersama.

"Yuk, katanya mau pergi." kata Key setelah tawa kami mereda sambil mengacak rambutku.

"Key, aku belum mandi." aku nyengir lebar lalu meletakkan bunga mawar ke vas diatas meja belajar.

"Jorok. Mandi sana. Apa perlu gue mandiin?"

"Keynan........MESUM!!!! Isshh" kataku sambil meninju dada Keynan. Key menangkap tanganku lalu menggenggamnya.

"Hehe, bercanda aja kok. Mandi, dandan yang cantik." kata Keynan sambil menyelipkan anak rambutku yang berantakan ke belakang telinga.

"Emang mau kemana?" tanyaku.

"Ra-ha-si-a." lalu Keynan keluar sambil tertawa. Sebelum dia menutup pintu dia mengerling kearahku yang masih mematung di tempat.

Aku geleng-geleng kepala lalu masuk ke kamar mandi.

---

Mobil Keynan memasuki kawasan pantai, yang sedikit jauh dari kawasan ibukota. Tentu saja bukan pantai dimana aku suka menghabiskan waktu untuk menyendiri dan mengenang Dava. Oh ya ampun! Aku hampir lupa tentang Dava.

Katakan, apakah ini pertanda baik?

"Aw..aw..Keeeyyyy!! Turunin gue gak? TURUNIN!!!" kataku berontak setelah mendapati Keynan menggendongku layaknya bridal style. Ini menyebalkan. Bahkan aku gak sadar kalo mobil ternyata sudah sampai. Dan lihatlah, Keynan menggendongku semaunya.

Keynan menculikku!

Memang sejak tadi dia tidak berbicara. Apa aku salah karena membuatnya menunggu sekitar satu jam? Hanya satu jam, yaampun, masa dia marah. BERARTI INI BALAS DENDAM YAA??!!

"Key, jangan marah dong. Iya gue minta maaf tadi kelamaan mandinya. Maafin dong, ya? Ta...tapi jangan buang gue ke pantai yaaaa," kataku

Key tidak menyahut. Dan tetap berjalan santai sambil menggendongku. Padahal aku udah risih jadi pusat perhatian orang-orang.

Aku tidak bisa mendeskripsikan tatapan mereka. Jadi tolong jangan bertanya lebih lanjut.

Key menurunkanku dari gendongannya di atas perahu lalu dia menatapku. Tangannya yang bebas menyelipkan anak rambutku yang berantakan karena tertiup angin ke belakang telinga.

"Kay, gue pernah bilang kalo gue ga punya siapa-siapa, terus lo bilang, kalo masih ada lo."

Aku memperhatikan wajah Keynan, lalu mengangguk.

"Lo mau gak jadi tempat gue pulang? Lo mau gak jadi satu-satunya yang menuhin ruang dihati gue? Lo mau gak bantu gue buat jalan normal di dunia ini?"

Aku speechless, aku bingung harus ngomong apa. Ini.........diluar dugaan!

Oke, Key selalu ada untukku. Bahkan bagian yang paling penting kehadiran Keynan bikin gue sedikit lupa tentang Dava, kedatangan Keynan bikin gue move dan ngerasain kedamaian. Bahkan sisi dingin gue mulai menghangat.

Perlahan namun pasti, dan entah mendapatkan dorongan dari mana aku mengangguk, "Gue mau."

Keynan tersenyum lebar lalu membawaku ke pelukannya.

"Bentar," kataku sambil menarik tubuh dari dekapan Key.

"Apa Kay?"

"Kita gak perlu pacaran kan? Yang penting kita tau hati kita untuk siapa? Aku lupa caranya pacaran."

"Baiklah kalo itu yang kamu mau. Dan kalo masalah kamu lupa pacaran, simple aja, I'll teach you about love." kata Key sambil mengacak rambutku.

Aku menyendarkan kepalaku pada bahu Key. Nyaman.

Dan hatiku menghangat.

Key for KayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang