Part 4-An Apologize

5.5K 376 3
                                    

AUTHOR POV

Rumah tampak sepi begitu Kay berhasil masuk kedalam rumah dengan keadaan yang memprihatinkan.

Rambutnya berantakan, baju seragamnya keluar dari rok, dasinya terlepas, dan air menetes dengan deras dari seluruh bagian yang dikenakannya–macam anak yang habis tawuran–benar saja, Kay habis dikeroyok ribuan bahkan berjuta-juta, oke itu belum cukup, bertriliun-triliun butir air hujan. Oke aku mulai lebay(?)

Back to Kaynna.

Bahkan wajahnya kini penuh dengan butiran air. Saat pandangannya mengabur barulah Kay akan mengusap wajahnya.

"Papa kayanya belum pulang meeting, Mama kemana ya?" Kay bergumam sendiri. Lalu kakinya melangkah menaiki tangga dengan tergesa.

Tanpa sadar–karena tetesan air dari bajunya membuat lantai menjadi licin–Kay yang tidak hati-hati tergelincir saat dia berada dipijakan tangga ke-4.

"AAAAAAAA" Secara refleks Kay menangkupkan kedua telapak tangannya ke wajahnya.

Saat dirasa tubuhnya sudah tidak berguling, dia membuka tangan yang menangkup mukanya. Lalu dia memijat kepalanya yang terasa berdenyut.

Kay mencoba duduk, dan memeriksa bagian tubuhnya, takut-takut kalau ada yang lecet.

"Huh, untung jatuhnya gak lebih tinggi lagi. Mana gak ada orang. Bisa-bisa aku ga bakal liat Keynan lagi. Ish, kok aku jadi nyebut-nyebut nama itu sih. Cowo nyebelin bin ngeselin bin ngangenin. Hih, aku mikir apaan sih. Kalo gak liat Keynan emang kenapa? Emang dia nyebelin terus kenapa aku mikirin. Ih ini otak kayanya geser deh gara-gara jatuh tadi makanya rada error. Eh tapi jangan salahin gue juga kali, salahin aja otak gue yang mikir gitu, terus mulut gue yang pake acara ngomong gitu. Elah, ini gue kenapa sih?" Kay terus bergumam tidak jelas sendiri. Sambil sesekali meringis kesakitan.

Setelah dia merasa lebih baik, Kay berdiri kemudian berjalan pelan menaiki tangga menuju kamarnya.

Kaki kanannya terasa ngilu. Tapi dia paksakan untuk berjalan, bahkan Kay menganggap tidak apa-apa.

Begitu sampai kamar, tujuan utama Kay adalah kamar mandi. Rasanya tuh udah lengket dan risih.

Begitu selesai mandi, Kay turun ke dapur untuk membuat hot chocholate.

Baru saja Kay hendak berbelok ke arah dapur bel rumahnya berbunyi, "siapa sih bertamu gatau timing gini. Hujan deras masih aja keluyuran." Kay terus saja menggerutu sampai tepat di depan pitu.

"Hai Kay?" Kay mematung begitu melihat siapa yang ada di hadapannya. Bahkan hanya otot matanya saja jadi malas bergerak. Dia tidak berkedip sedikitpun.

"Kay? Lo gak ngajak gue masuk nih? Di luar dingin loh." Cowo didepannya bersuara, namun Kay tidak mendengar apa pun yang cowo itu katakan. Hanya sekedar untuk mengambil nafas saja rasanya susah. Ini benar-benar sesak.

"Kay, lo baik-baik aja kan?" Cowo itu mengibas-ibaskan tangannya di depan mata Kay. Namun Kay masih tetap diam.

"Kay," Cowo itu mulai tidak sabar dan pastinya bingung.

Dan tanpa aba-aba dia membawa Kay dalam pelukannya. Dia mengelus rambut Kay pelan. Dan membisikan banyak kata yang tidak mampu Kay dengar dengan jelas. Hanya ada suara dengungan yang melewati indra pendengarannya.

Kay masih tetap diam. Bahkan Kay tak membalas pelukan itu. Otaknya terlalu lamban untuk memproses kejadian yang sedang berlangsung.

Setelah menunggu namun tetap tidak ada respon, cowo itu melepas pelukannya. Lalu menatap wajah Kay yang sudah basah. Kay menangis?

Key for KayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang