"Loh kenapa ada disini kak?"
"Lah kamu juga kenapa disini?"
"Aku nanya duluan kak."
"Hmm, yuk duduk dulu, biar kaka ceritain."
Dafin dan Gea duduk berdampingan di tepi tembok pembatas rooftop rumah sakit tempat Bunda Dafin dirawat.
Semenjak kaki Dafin membawanya entah kemana dan berakhir di rooftop dia sangat suka menghirup udara lalu menghembuskannya dari atas sini. Rasanya seperti beban itu terangkat sendiri dan terbang menjauh tersapu angin.
"Kenapa ka?" tanya Gea tidak sabaran.
"Lo dulu, kenapa lo disini? Lo kabur dari rumah ya? Atau lo ada masalah terus mau bunuh diri sambil loncat dari sini?? Ngaku kamu."
"Eh, kaka sembarangan yaaa. Emang aku sepesimis itu apa sama hidup. Banyak yang sayang dan mengharapkan kehadiranku tau kak." kata Gea sambil memukul lengan Dafin.
"Haha. Kadang kaka heran, apa cuma kaka yang dibiarkan sendirian di tempat seluas ini? Harusnya kaka ngomong kaya gitu sama diri sendiri ya, karena memang kaka yang harusnya mati karena kaka yang sendirian dan pesimis sama hidup." kata Dafin sambil memandang langit yang sudah sempurna gelap tanpa penyinaran cahaya apapun.
"Kaka ngaco deh! Dava pasti gak akan suka kalo kaka kaya gini. Kaka ada masalah apa si? Cerita aja sama Gea. Kalo Gea bisa bantu, Gea bakal bantu." kata Gea sambil menepuk bahu Dafin.
Dafin memejamkan matanya, "Bunda sakit, besok kaka berniat melepas alat bantu hidupnya. Itu berarti Bunda harus nyusul Dava. Karena kalo kaka terus mempertahankan kehidupan Bunda, kaka hanya akan menyakiti Bunda kan?"
Gea menatap laki-laki dihadapannya. Laki-laki yang dia kenal sangat kuat kali ini terlihat sangat rapuh.
"Sabar ya kak."
"Ge?"
"Ya..."
"Kaka boleh peluk kamu gak?"
"Boleh, tapi abis ini bayar yaa??" tanya Gea sambil terkekeh sendiri. Lalu Dafin mengambil tubuhnya mendekat.
"Gimana kabarnya Kay, Ge?" tanya Dafin masih memeluk Gea.
"Banyak yang terjadi sama Kay kak," Gea menarik tubuhnya dari pelukan Dafin. "Ternyata Kay bukan anaknya Om Bima dan Tante Tiana, tapi anaknya adik Om Bima. Rumit gitu lah. Terus Kay juga makin deket sama Keynan, aku suka gemes liatnya."
Dafin diam sebentar, hatinya terasa nyeri. Tapi dia paham, jika pintu satu tertutup pasti ada pintu lain yang menanti untuk dia masuki.
Dafin tersenyum, "Kamu lagi deket sama siapa Ge?"
"Sama kaka. Nih paling berapa jengkal jaraknya kan??" kata Gea sambil melakukan gerakan mengukur dengan jari tangannya.
"Kamu tuh yaaaa. Turun yuk, disini dingin ntar kamu sakit. Eh ya, ngomong-ngomong kamu kenapa ada disini?"
"Jalan-jalan kak, sebenarnya si udah sering kesini, tapi itu dulu pas Mama masih jadi dokter. Aku suka ngabisin waktu disini sambil nunggu Mama selesai kerja." kata Gea sambil berdiri menghadap bangunan dibawahnya.
Sepertinya Dafin tidak menyadari bahwa sebenernya Gea berbohong, dia kesini karena tau Dafin ada disini.
Sahabatnya menganggap laki-laki yang sedang bersamanya saat ini sebagai kakaknya–demi menebus kesalahan pada Dava. Jadi, Gea merasa bertanggung jawab untuk memastikan keadaan kaka sahabatnya dalam keadaan baik.
Mungkin dari hal yang dilakukannya ini dapat membantu.
Misal, membantu menemukan cinta di masa depan mungkin??
KAMU SEDANG MEMBACA
Key for Kay
Teen FictionKaynna. Cewe dingin, cuek, cerdas, namun tak tersentuh. Bahkan tak banyak yang menganggapnya ada. Bagaikan burung merpati yang baru belajar untuk terbang dunia memintanya untuk melakukan segala sesuatu seorang diri. Ditinggalkan oleh orang di masa l...