Kaki mungilnya menyusuri jalan setapak kecil diantara banyak gundukan tanah. Matanya sibuk mencari letak nisan yang bertuliskan nama cinta pertamanya.
Kaynna menelan ludah dengan susah payah. Bulu kuduknya merinding tapi dia tetap berjalan dan berusaha cuek.
Ini hanya kuburan. Di sini banyak orang, hanya saja tidak bisa diajak bicara. Begitu pikirnya.
Sementara di sisi Timur sang surya masih enggan merangkak. Sinarnya masih belum ingin mengusir embun dan gelap. Bahkan bau petrichor sisa hujan semalam masih menusuk hidung.
Kay tersenyum begitu menemukan nisan yang sejak tadi dijelajahinya.
Matanya menangkap bekas bunga tabur yang masih segar, mungkin bunga kemarin. Tangannya menabur bunga baru dan meletakkan satu bucket mawar putih yang dia rangkai khusus.
Kay mengelus nisan di hadapannya dengan lembut, seolah seseorang bisa merasakannya, "Hai apa kabar?" Sapanya sambil melambai.
"Gue harap lo baik dan selalu baik, karena gue disini juga baik. Sorry ya gue sering nyalahin lo untuk apa yang jadi takdir gue." Kay diam sebentar, lalu mengambil setangkai mawar putih yang tadi dia letakkan.
"Gue sedih Dav, gue kira dia bisa kaya lo. Dia bisa jagain gue tanpa nyakitin gue. Gue kira dia ga akan ninggalin gue kaya lo. Gue kira dia baik dan ga bakal nyentuh air mata gue. Tapi ternyata itu hanya perkiraan gue, dan kenyataannya dia pergi tanpa aba-aba." Kaynna menghapus air mata yang berhasil lolos dari pelupuk matanya.
"Ah Dav, sorry ya, gue dateng malah nangis. Gue masih sama kan? Masih cengeng," Kaynna tersenyum dan meletakkan kembali bunga mawarnya,
"Dav, kapan lo pulang? Kapan lo dateng buat hapusin air mata gue? Dulu lo bilang lo bakal jadi orang pertama yang hapusin air mata gue. Kenapa sekarang lo diem aja? Bahkan lo ga muncul sama sekali."
Sinar matahari rupanya sudah tidak ingin bersembunyi terlalu lama, perlahan-lahan cahayanya merangkak naik. Di belakang sana seseorang dengan kaos putih dan hodie abu-abu berjalan dengan tenang. Tubuhnya yang tinggi membentuk siluet menutup cahaya matahari yang baru saja merekah.
Dia telah tepat sampai di belakang Kaynna yang terus saja mengajak bicara nisan di hadapannya. Meminta agar seseorang yang berada di dalam sana kembali untuk menghapus air matanya.
Dia memegang bahu Kaynna.
Bahu Kay menegang, dan secara otomatis dia berhenti bicara.
Lalu merapal tidak jelas.
"Gue mohon Dav, gue tadi bercanda. Lo beneran balik ya? Gue udah ikhlas kok. Gue udah rela lo sama Tuhan. Gue kesini mau doain biar lo tenang disana. Dav, gue ga beneran minta lo pulang."
Bibir Kaynna bergetar ketakutan. Dia ga siap jika benar-benar harus bertemu Dav dalam wujud ghaib.
"Kay?"
Kaynna memejamkan matanya kuat. Bibirnya terus merapalkan doa semoga yang tadi memegang bahunya bukanlah Dava.
Dengan kekuatan penuh Kaynna membalikkan badan dan membuka matanya perlahan.
Dia terus mengatur nafasnya yang kian memburu.
"Kay lo gapapa?" laki-laki dihadapannya mengibaskan tangan di depan muka Kay.
"Ka Dafin? Ah syukurlah..." tubuh Kaynna melorot ke tanah. Dia menghembuskan nafas lega dan jantungnya mulai berdetak normal.
"Iya, lo kira siapa?"
"Dava."
"Lo kangen banget ya sama adek gue?"
Kaynna tersenyum lalu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Key for Kay
Novela JuvenilKaynna. Cewe dingin, cuek, cerdas, namun tak tersentuh. Bahkan tak banyak yang menganggapnya ada. Bagaikan burung merpati yang baru belajar untuk terbang dunia memintanya untuk melakukan segala sesuatu seorang diri. Ditinggalkan oleh orang di masa l...