Aku mengganti pakaian sekolah ku dengan pakaian rumah. Lalu aku mengeluarkan buku musik yang kupinjam dari perpustakaan sekolah. Aku membolak-balikan tiap lembar sambil mengangguk-angguk seolah paham dengan isinya, padahal si...enggak!
Aku berbaring diatas kasur dan sesekali merubah posisi.
Baru saja kantuk mulai menelusup ke dalam rasaku, mengoyahkan niatku untuk meneruskan membaca buku yang masih ku pegang erat, suara pintu terbuka menghilangkan rasa kantukku seketika.
"Ka?" Brian memanggilku dengan suara pelan.
"Apa?" Kataku masih berbaring.
"Ka, Brian laper."
Dengan malas aku bangkit lalu duduk, kulihat Brian sedang memegangi perutnya sambil cemberut.
"Bentar." Kataku
"Iya." Brian mengangguk lalu senyumnya merekah.
Setelah mencepol rambut ku asal-asalan aku berdiri dan menggiring Brian untuk meninggalkan kamarku juga.
Aku menuruni tangga sambil menggandeng tangan Brian. Mama belum pulang dari acara arisan, jadi Mama membebankan tanggungjawab ngurus Brian padaku sampe Mama pulang. Sebenarnya dongkol si, orang baru pulang sekolah langsung di suruh ngurus Brian anak hiperaktif yang ga bisa diem. Tapi masa iya aku mau protes, yang ada malah aku yang kena ceramah panjang lebar dari Mama.
Aku membuka kulkas, mataku melebar begitu mendapati tidak ada apapun di dalam kulkas. Maksudku sesuatu yang bisa ku masak. Bahkan telur pun tidak ada, yang ada hanya mie instan.
"Dek, makan mie rebus ya?" Aku mengacungkan sebungkus mie kepada Brian.
Brian menggeleng "Brian mau telor mata sapi."
"Telornya abis dek, makan mie aja ya."
Sekali lagi, Brian menggeleng. "Nggak mau. Kalau ga ada telor mata sapi, Brian gamau makan," sahut Brian dengan muka cemberut.
"Tapi, telornya abis dek. Udah makan mie aja ya?" Aku masih berusaha membujuk.
"Nggak mauuuu...Brian mau makan telor mata sapi..." rengek Brian dengan wajah hampir menangis.
Aku melempar mie itu ke atas kulkas.
"Makan yang ada aja kenapa sih dek?!" Bentakku "kaka cape kalo harus ke supermarket dulu. Udah makan mie aja, kalau kamu gamau, nggak usah makan sekalian!"
Rupanya bentakan ku membuat tangisan Brian yang tadinya hanya gelagat, kini berubah menjadi sungguhan.
Brian sesenggukan dan wajahnya terlihat takut. Aku rasa dia takut karena bentakan ku, bukan karena takut ga akan dikasih makan.
Setelah berusaha menenangkan Brian agar tidak menangis aku bergegas keluar rumah untuk membeli telor. Kebetulan disebrang jalan, tidak begitu jauh dari rumah ada supermarket.
Mama lagi arisan apa nyari mutiara dipasir sih? Lamanya bukan main. Gatau ya aku udah menderita kaya gini. Di sekolah tugas banyak, masa iya di rumah masih aja direcoki sama cunguk satu itu yang ga bisa diem dan liat orang tenang.
---
Aku meletakkan piring berisi nasi dan telor mata sapi seperti yang Brian minta.
Lalu aku berbalik, ingin melanjutkan tidur yang sempat tertunda.
"Kak.."
Aku menoleh, "hm?"
"Suapin." Brian menatapku dengan tatapan memohon.
Aku tidak berkata apapun. Aku meraih piring itu dan mulai memasukkan suap demi suap ke mulut Brian. Dia terus mengunyah, dan sesekali dia akan mengoceh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Key for Kay
Fiksi RemajaKaynna. Cewe dingin, cuek, cerdas, namun tak tersentuh. Bahkan tak banyak yang menganggapnya ada. Bagaikan burung merpati yang baru belajar untuk terbang dunia memintanya untuk melakukan segala sesuatu seorang diri. Ditinggalkan oleh orang di masa l...