Part 3-Come and Back

6.6K 401 21
                                    

Oke, ini aku buat POV Keynan. Moga ceritanya jadi makin hidup ya. Enjoy it!

---

"Lebih cocokan sama lo." Gue berkata spontan. Gak ada maksud atau tujuan apapun. Ini serius bercanda. Iyalah masa gue tiba-tiba ngomong gitu, emang ada cinta pandangan pertama?

Tapi, gue merasakan ada yang aneh sama cewe dingin disamping gue ini. Gue seperti pernah melihatnya walau sekilas. Bahkan sebelum gue masuk sekolah. Tapi dimana? Atau itu ilusiku saja...

Kalau dilihat-lihat sebetulnya dia tidak begitu dingin, hanya tidak tau bagaimana caranya menyatu dengan kehidupan sekitar. Harus ada yang menariknya.

Ibarat dia berada dilingkaran api, dia tidak tau bagaimana caranya keluar. Dia terlalu takut tersentuh api. Hingga dia hanya meringkuk di balik lingkaran yang dia anggap sebagai zona nyamannya.

Dari yang gue lihat dan dapat gue pahami, dia punya luka yang sangat dalam.

Entah pada masalah keluarganya atau pada masalah percintaannya. Yang jelas hal itu membuat dia menjadi semakin tidak percaya pada lingkungannya dan memutuskan untuk mengurung diri.

Gue bakal melepaskan lo dari sana, Kay. Ini janji gue. Janji seorang Keynan Davian Albar.

Kalian bertanya kenapa gue sepeduli ini? Entahlah. Hanya saja gue, ingin...

Gue menatapnya sekilas.

Dia sedang memandang keluar jendela. Suasana diluar mendung. Dia sedang menatap langit?

Apa yang indah dari langit mendung hah? Dia benar-benar aneh.
Cewe es ini punya sejuta rahasia dan beribu kejutan yang dia siapkan untuk dunia.

Sikapnya yang menantang alam semesta, menunjukkan bahwa dia mampu melakukan apapun sendiri. Sendiri.

Dia mengalihkan pandangan ke gue, segera gue memfokuskan pandangan pada jalan. Karena tidak ingin dia salah mengartikan dengan tatapan barusan.

"Lo ngapain liatin gue tadi?" Duh, ngapain sih Kay tanya begituan.

"Emm, rumah lo dimana?" Segera gue alihkan topik pembicaraan tanpa menggubris pertanyaannya.

"Masih lurus, cafe RedBlack ada di kanan jalan. Gue turun disitu."

"Masih jauh?" Tanya gue memastikan, karena jujur aja gue baru pernah denger nama cafe yang ambigu begitu. Merah engga, hitam engga. Ya keduanya.

"Lumayan."

"Lo laper gak? Gue laper nih. Temenin makan ya?"

"Udah sore, Mama sama Papa pasti nyariin aku."

"Di RedBlack aja, kan jadi lo udah deket inih." Aku masih ngotot.

Karena sesuai janji gue, kalau gue mau ngeluarin dia dari lingkaran api itu maka gue harus punya air untuk memadamkan apinya. Jangan sampai gue ikut terbakar.

Dan langkah pertama adalah lebih mengenal dia luar maupun dalam.

"RedBlack cuma sedia aneka kue sama minuman aja."

"Ya gapapa. Kebetulan ini kan mendung, gue pengen lo temenin gue makan kue sama hot chocholate"

"Tapi Key, gue–"

"Ga ada penolakan." gue memotong ucapannya sebelum dia sempat menyelesaikan alasannya.

"Dih, maksa. Dasar antagonis."

"Gue masih bisa denger Kaynna." Tanpa sadar sudut bibir gue terangkat.

"Key, depan lagi dikit, kanan jalan ya disitu cafenya." Kay menunjuk-nunjuk jalan didepan gue.

Key for KayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang