Versi Baru Mahar Terindah: Kehidupan dan Masa Lalunya

24.6K 960 20
                                    


N.B : Versi baru ini memang berbeda dari versi sebelumnya, karena di versi baru, cerita ini dimulai jauh sebelum Hans bertemu Noura, sedangkan di versi lama langsung menceritakan dimana Hans bertemu Noura.

Paragraf italic yang diapit tanda ( ***) itu flashback, ya...


Typo? Sorry...

Happy reading, enjoy my story...

Don't be silent reader, please....


====================================================================


"Selamat malam, Pak Hans." Sapa salah seorang security yang mendapat tugas jaga malam. Hans hanya menganggukkan kepalanya sambil terus berjalan menuju mobilnya.

Sebuah Mercedes Benz berwarna hitam telah menunggunya tepat didepan pintu keluar, seorang petugas berdiri disamping mobil dan membukakan pintu. Petugas itu menutup pintu mobil setelah Hans masuk. Tanpa menunggu waktu lama, mobil mahal tersebut melaju meninggalkan kantor Kencana Routh.

                                                                                       ===ZZZ===

Tatapan mata Hans tertuju pada lampu hias yang berwarna-warni disekitar jalanan Jakarta. Lampu hias tersebut mengingatkannya pada sebuah kenangan manis di usianya yang ke-14. Salah satu kenangan indah dihidupnya, namun kenangan itu juga menjadi salah satu luka dihatinya.

***

"Hans, lihat deh, lampunya bagus." Tunjuk seorang anak perempuan berusia 11 tahun pada untaian lampu hias yang berwarna-warni.

"Kamu suka, Lova?" anak perempuan bernama Lova itu mengangguk. Senyuman mengembang diwajahnya.

"Kalau kamu suka, nanti kalau aku punya uang yang banyak, aku bakalan beliin kamu lampu hias yang seperti itu. Aku bakalan beliin yang ba...nyak buat kamu." Hans merentangkan tangannya mengisyaratkan makna kata 'banyak' yang dibalas senyuman lebar oleh Lova. Mata sipit Lova hampir hilang karena senyuman lebarnya.

"Hans nggak bohong 'kan?" Lova menatap Hans dengan mata yang berbinar-binar. Senyuman Hans mengembang melihat ekspresi Lova. Ia memeluk erat gadis kecil yang ada disampingnya itu.

"Nggak. Aku janji, suatu hari nanti aku akan jadi orang yang sukses. Terus aku bakalan bawa Mama sama kamu pergi dan kita akan tinggal bersama. Nanti aku bakalan beliin lampu hias itu buat hiasan dirumah kita nanti." Lova mendongak menatap Hans, lalu ia kembali tersenyum. Tangan mungil Lova memeluk tubuh Hans dengan erat mengusir dinginnya malam yang menyerang kulit mereka.

Mereka saling diam sambil menatap langit malam yang dipenuhi bintang ditambah lampu hias yang berwarna-warni. Mereka membiarkan perasaan mereka mengudara bersama angin malam yang dingin.

***

"Ma'af, Pak. Kita sudah sampai." Hans meraih tas kerjanya dan membuka pintu mobilnya sendiri. Ia berjalan menuju lobi apartemennya. Kakiku terus melangkah menuju lift, ia terus berjalan tanpa menghiraukan orang yang ada disekitarnya. Ia hanya ingin cepat-cepat sampai ke kamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya diatas tempat tidur.

Setelah memasukkan kode akses, pintu apartemen Hans terbuka. Ia masuk kedalam area pribadinya itu sambil melepas dasinya. Tas kerjanya ia letakkan disofa, jasnya pun sudah tergeletak dipunggung sofa. Ia berjalan menuju wastafel, memutar kran hingga airnya keluar. Ia menadahkan kedua tangannya mengumpulkan air yang keluar dari kran, lalu membasuhkannya pada wajah lelahnya. Ia menatap nyalang pada bayangan yang tampak pada cermin yang ada didepannya. Bayangan tersebut menampakkan wajah seorang lelaki yang lelah. Lelah fisik karena aktivitas pekerjaannya, juga lelah mental karena kenangan masa lalu yang terus menghantamnya.

Mahar Terindah (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang