Versi Baru Mahar Terindah: Titik Balik (II)

9.7K 548 22
                                    


Typo? Sorry....

Happy reading, enjoy my story...

Don't be silent readers, please......

======================================================================

Telinga Hans samar-samar mendengar suara dari arah samping tubuhnya, ia merasa lengan serta tubuhnya terguncang. Ia mulai membuka matanya secara perlahan dan mendapati Maria berdiri disamping kirinya. Hans mengerjapkan matanya mencoba menyesuaikan cahaya berskala besar yang menerobos masuk pada matanya. Ia tidak sadar tertidur dikursi karena mendengar lantunan suara dari video yang diputarnya.

"Kamu tidur semalaman disini, Hans?" Hans mengangguk sambil memperbaiki posisi duduknya. Ia mengusap wajahnya, lalu pandangannya tertuju pada laptop yang mati karena kehabisan baterai.

"Kamu kerja semalaman?" tanya Maria melihat Hans yang sedang menatap laptopnya.

"Iya, Bi." Bohong Hans. Ia merasa Maria tidak perlu tahu apa yang membuatnya tertidur dikursi dengan nyamannya setelah belasan tahun. Hans mengakui, suara lantunan dalam bahasa Arab tersebut membuat dirinya tenang dan damai. Bahkan ia bisa tidur dengan nyenyak tanpa mengingat kenangan yang sellau menjadi mimpi buruknya.

"Ya sudah, kamu bersihkan tubuh kamu. Bibi akan membuatkan sarapan untukmu."

Sepeninggal Maria, Hans masuk ke kamar mandi. 20 menit kemudian Hans keluar dengan pakaian rumahnya, celana longgar 3/4 dan kaos dengan lengan pendek. Hans meraih kursi didepan meja makan dan menariknya. Ia mendudukkan dirinya dikursi tersebut sambil melihat Maria yang sedang menyeduh kopi instan.

"Bagaimana perasaanmu sekarang, Hans?" tanya Maria sambil menyodorkan cangkir yang berisi kopi.

"Baik, Bi. Terima kasih." Hans menyeruput kopinya. Maria menarik kursi yang ada didepan Hans dan duduk disana. Ia ikut menyeruput kopinya memecah keheningan antara dirinya dan Hans.

"Bibi harap kamu bisa melupakan masa lalumu tentang Lova, Hans. Sudah cukup waktumu terbuang sia-sia selama ini. Bibi harap kamu bisa menemukan wanita lain untuk menemanimu. Bibi dan Yasmin tidak selamanya bisa menemanimu." Hans memilih diam dan mengalihkan pandangannya kearah jendela yang menampilkan deretan bangunan pencakar langit di Jakarta.

"Bibi hanya khawatir denganmu, Hans. Bibi mengerti perasaanmu, Bibi hanya berharap kamu bisa menemukan kebahagianmu sendiri. Apapun yang membuatmu bahagia, Bibi akan mendukungmu." Hans enggan untuk menanggapi ucapan Maria. Ia kembali menyeruput kopinya. Sedangkan Maria hanya menghela nafasnya, nesehat yang selalu ia ucapkan pada Hans hanya ditanggapi dengan diam. Namun, Maria tahu Hans sedang menyerap kata-katanya.

Suara pemanggang roti terdengar dalam keheningan antara Hans dan Maria, Maria berjalan menuju dapur dan mengambil piring. Ia meletakkan roti yang sudah berubah warna menjadi kecoklatan. Ia membawa piring tersebut ke ruang makan dan meletakkan diatas meja. Hans meraih selai annas dan mengoleskannya diatas roti tersebut, Hans menangkup roti yng sudah ia olesi dengan selai dan memakannya.

Maria melakukan hal yang sama, ia meraih selai kacang dan mengoleskan pada rotinya. Ia melahap rotinya tanpa bicara. Sesekali Maria melirik Hans dari sudut matanya, Maria mendapati Hans diam dengan cukup lama sebelum melahap rotinya. Maria cukup penasaran dengan hal yang bergelayut dikepala Hans. Tetapi ia mengurungkan niatnya untuk menanyakan hal tersebut pada Hans.

Hans memakan rotinya dalam diam. Kepalanya mencerna seluruh ucapan Maria. Ia sendiri sudah merasa lelah, namun sisi lain dalam dirinya memaksa Hans untuk terus mempertahankan kenangannya bersama Lova didalam kepalanya. Hans kembali bergelut dengan kenangan-kenangan yang memenjarakan jiwanya. Rasa tenang dan damai yang menyelimutinya tadi malam hilang entah kemana.ia kembali terperosok kedalam lubang hitam yang terus mencoba menghisapnya. Tawa, tangisan, raut wajah dan janji gadis kecilnya memenui kepala Hans.

Mahar Terindah (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang