Prolog

605K 15.4K 746
                                    

"Kakak"

Prilly kembali mengejar Ali, menahan langkah Ali membuat Ali mau tidak mau akhirnya berhenti berjalan.

"Kakak apa kita tidak bisa bersahabat seperti kedua orang tua kita?" tanya Prilly dengan mata sendu. Ini bukan kali pertamnya Ali menghindar darinya, ia ingin sekali bisa dekat dengan Ali. Apa ia tidak pantas berteman dengan Ali?.

Ali nampak menghela nafasnya, menarik tangannya agar terlepas dari cengkraman Prilly. Ia menoleh menatap Prilly dengan datar.

"Kan gue udah bilang, orang tua kita yang bersahabat tapi tidak untuk kita. Lo gak budek kan? Gue udah bilang ini berkali-kali sama lo" kata Ali diiringi dengan geraman kekesalannya.

Prilly menggeleng "Tapi kenapa kak? Semua orang berteman dengan kakak cuma aku yang kakak hindari" ucap Prilly dengan raut wajah sedih.

Ali mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba meredam semua emosinya.

"Harusnya lo pikir mana ada cowok populer segudang prestasi dan banyak diincar oleh semua wanita mau berteman sama lo, hancur reputasi gue tau gak!"

Ucapan Ali mampu membuat Prilly terdiam. Mencerna semua ucapan Ali yang mampu membuat hatinya terasa diremas. Ali benar, dia pria yang populer, cerdas, banyak prestasi dan selalu diincar semua wanita belum lagi ketampanan dan pesonanya membuat semua wanita bertekuk lutut padanya berbanding berbeda dengannya. Prilly hanya gadis biasa yang mungkin tidak banyak dikenali oleh penghuni sekolah ini, ia tidak sepintar Ali, tidak sepopuler Ali. Prestasi apalagi, ia sama sekali tidak pernah mengharumkan nama sekolah seperti yang Ali lakukan.

Tapi apakah ia tidak berhak untuk berteman dengan Ali?.

Langkah Ali membuat lamunan Prilly buyar, ia menggeleng lalu kembali mengejar Ali. Ia tidak akan putus asa, benih cinta yang entah sejak kapan hinggap dihatinya untuk Ali membuat urat malunya tidak pernah hilang untuk mengejar-ngejar Ali.

"Kakak tunggu, aku belum selesai berbicara" Prilly menyamakan langkahnya dengan Ali, ia berusaha menghentikan langkah Ali namun usahanya gagal karna Ali semakin mempercepat langkahnya.

Berkali-kali Ali menggeram, ia tidak suka dikejar seperti ini. Prilly terlalu memalukan untuknya, lihatlah saat ini semua orang menatap mereka. Tidak aneh pemandangan seperti ini bagi mereka karena bukan sekali ini saja Prilly berusaha mengejar-ngejar Ali bahkan setiap hari selalu seperti ini. Entah apa yang ada dikepala gadis itu hingga selalu mengejarnya padahal Ali selalu menghindar dan selalu memakinya.

"Kakak" Prilly menahan tangan Ali sehingga langkah Ali terhenti, ia mengatur nafasnya sejenak karena harus menyamakan langkah Ali tadi.

Ali menggeram, rahangnya tampak mengeras kuat. Bukan saat disekolah saja Prilly mengejarnya bahkan saat pertemuan kedua orang tua mereka Prilly juga selalu mendekatinya. Ali merasa risih.

"Stupid Prilly! Lo udah bikin gue malu!" Ali menghentakkan tangannya dengan kesal lalu kembali berjalan meninggalkan Prilly.

"Kakak aku cinta kakak" teriakan Prilly membuat langkah Ali terhenti dan sontak membuat semua Siswa seketika menatap mereka. Terdengar gunjingan saling berbisik diantara mereka.

Prilly tidak bisa menahannya lagi, ia harus meluapkan semua isi hatinya yang sudah lama terpendam untuk Ali, tidak menghiraukan semua tatapan sinis dan mengejek semua orang padanya karna tujuannya hanya satu mendapatkan cinta Ali.

Sedangkan tangan Ali mengepal kuat, rahangnya mengeras. Amarahnya dapat dilihat dengan jelas. Sesaat ia menenangkan raut wajahnya lalu berbalik badan menghadap Prilly yang tengah memberikan senyumnya padanya.

Berjalan menghampiri Prilly dengan tatapan sulit dibaca membuat degup jantung Prilly berdetak semakin kencang namun senyum dan mata berbinarnya tidak pernah hilang, berharap Ali membalas cintanya. Lihatlah Ali menghampirinya, Prilly yakin Ali akan membalas cintanya. Begitu polos pemikiran Prilly saat ini.

Detakan jantung Prilly semakin kencang saat Ali berdiri dihadapannya, sangat dekat tanpa jarak membuat hati Prilly berbunga-bunga dan terasa hangat.

"Aku pernah mimpi kalau kita menikah, kita hidup bahagia lalu memiliki anak. Kakak tau, anak kita tampan, cantik dan menggemaskan" mata Prilly nampak berbinar menceritakan mimpinya sedangkan Ali masih menatapnya dengan tatapan sulit dibaca.

Terdengar bisikan sinis dari setiap penjuru sekolah yang tidak Prilly hiraukan sama sekali, ia hanya ingin mendengar Ali menerima cintanya yang sudah bersemi di dalam hatinya.

"Oh ya?" Ali mulai bersuara membuat Prilly mengangguk antusias sambil tersenyum.

"Aku senang sekali, kakak juga seneng kan?"

Ali tersenyum simpul "Ya--"

Jawaban Ali membuat mata Prilly semakin berbinar, jelas raut wajahnya begitu bahagia dan pipinya jadi merona.

"Senang karna itu hanya mimpi! Hanya mimpi Prilly!! Dalam kenyataannya gue gak pernah mau kaya di mimpi lo! Gue peringatin sama lo jangan pernah ganggu hidup gue lagi karna apa--" Ali menekan setiap intonasi ucapannya dengan geram sedangkan mata Prilly sudah berkaca-kaca, raut wajah bahagianya terganti dengan kesedihan.

"Ali adalah milik gue!" ucapan seorang wanita membuat mata Prilly mengerjap, mencari keasal suara.

"Grice" gumamnya.

Grice tersenyun kecut dan merendahkan kepadanya, ia berjalan menghampiri Ali lalu merangkul lengan Ali dengan manja.

"Grice pacar gue dan gue akan menikah, memiliki anak dan hidup bahagia hanya bersama Grice bukan sama lo!" teriak Ali di depan wajah Prilly lalu mengecup pipi Grice di depan Prilly.

Air mata Prilly jatuh tidak tertahankan lagi, hatinya bagaikan diremas, ia seakan masuk kedalam jurang yang dipenuhi oleh semak belukar, begitu menyakitkan. Tubuhnya bergetar seiring dengan rasa sesak dan luka yang ditorehkan Ali pada hatinya.

Sedangakan semua Siswa nampak tertawa dan bertepuk tangan seolah tangisan Prilly adalah tontonan yang begitu menarik tidak terkecuali Ali dan Grace, tawa mereka begitu menggema memekakan telinga Prilly.

Tusukan dihati Prilly semakin menjadi-jadi, tangisnya begitu tersedu. Merasa dipermalukan, diremehkan, dan yang paling menyakitkan ditolak mentah-mentah dan begitu kasar. Apa Cinta tulusnya tidak berguna bagi Ali?. Ingat semua perjuangannya yang begitu melupakan urat malu agar bisa berteman dengan Ali. Stupit Prilly, Ali saja tidak mau berteman denganmu apalagi ingin menjadi pacarmu. Kenapa otaknya tidak pernah berfikir kearah sana. Perlahan Ali dan Grice melenggang pergi meninggalkan Prilly yang masih meratapi nasibnya.

Tiba-tiba sebuah tangan merangkul pundak Prilly membuat Prilly menoleh mendapati Randy yang tengah menatapnya iba.

"Kamu jangan menangis, akan aku belikan kamu ice cream kesukaanmu"

Disaat seperti ini Randy hanya bisa berbicara seperti itu pada Prilly, otaknya tidak bisa berfikir sama sekali. Melihat Prilly menangis membuatnya seakan ikut larut dalam kesedihan Prilly.

"Terima kasih Ran, aku harus pergi"

Prilly berlari meninggalkan Randy sambil menangis, semua sorak mengejek menyertai setiap langkah larinya. Tangisnya tidak bisa berhenti sama sekali, luka yang begitu sakit menyayat hatinya.

*****

Diingatkan bahwa story ini khusus diciptakan untuk pecinta BAPER yaa!! Kalau yang tidak suka BAPER aku sarankan jangan membaca karna akan menyakiti perasaan sendiri.

Just fiktif guys, selamat membaca jangan lupa tinggalkan jejak vote+coment kalian yaaa
Semoga berkesan di Prolog ini.

With love,

CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang