Chapter 30

163K 7K 478
                                    

Sebelumnya, aku berterima kasih banyak untuk semua Readers yang sudah memberi aku semangat, yang sudah selalu dukung aku kapanpun, yang sudah mengerti perasaan aku. Betapa beruntungnya aku punya kalian, aku tidak bisa membayangkan kalau tidak ada kalian semua, mungkin aku akan berhenti nulis entah sampai kapan.

Untuk itu tidak ada kata selain kata terima kasih banyak kalau saja ada kata lebih dari terima kasih banyak, itulah yang akan aku ucapkan pada kalian, berkat wejangan dan masukan kalian yang dengan tulusnya untuk aku membuat semangat aku terpecut kembali. Kejadian kemarin mungkin belum seberapa, mungkin akan banyak cobaan yang lebih parah, menjadi penulis akan banyak cobaannya, semakin kita berkarya, semakin banyak pula yang berusaha mencari-cari kesalahan karya seorang penulis, apalagi penulis amatiran seperti aku yang moodnya berubah-ubah, dan disitu tinggal dari penulisnya sendiri yang harus benar-benar bodo amat sama komentar apapun yang sama sekali tidak dia lakukan. Tetapi itu semua ada hikmahnya, dibalik cobaan itu ada kalian yang membuat aku bangkit, kalian merangkul aku, aku terharu, dan aku menjadi tau seberapa berartinya tulisan abal-abal aku ini untuk kalian. Terima kasih, terima kasih. Aku sayang kalian! Dan aku tidak mau mengorbankan kalian. 1 : tidak terhingga. Tidak seberapa, masih banyak yang mendukung. Dan masih banyak yang selalu berdiri dibelakang aku untuk membantuku, merangkulku. Aku semangat lagi! Tidak ada beban! Haha

Bagaimanapun, aku sudah memaafkan kesalahan dia. Baiklah, karna kita sama-sama penulis, seharusnya tau bagaimana hati seorang penulis yang sensitif, aku harap kamu mengerti. Aku sudah memaafkan. Kita mulai semuanya dari awal lagi. Bersahabat lebih baik, ya.

Dan terakhir, karena chapter kemarin gantung parah kebangetan, aku tau haha kemarin itu belum selesai tapi tangan sudah keburu pegal, itu chapter paling panjang yang aku buat, sampai 3000 kata lebih, dan sekarang tenang saja aku akan melanjutkannya. Dan ini didedikasikan untuk kalian yang selalu memberiku semangat, chapter ini terbentuk berkat motivasi dan dukungan kalian. Semoga memuaskan.

Happy Reading!

*****

Prilly tergagap dengan jantung yang berdebar-debar, dan hatinya bedesir ketika melihat kondisi Ali yang terlihat sangat berantakan. Kedua matanya di kelilingi lingkaran hitam, sembab dan kosong, bibirnya pucat dan kering, rambutnya sudah tidak rapih lagi, raut wajahnya terlihat begitu menyedihkan dan sangat rapuh, seakan dengan sekali tindakan saja akan meremukkan hatinya, seperti seseorang yang terpuruk kedalam jurang kepedihan yang mendalam.

Jauh di dalam lubuk hati Prilly yang paling dalam, ia mencemaskan kondisi Ali, hatinya goyah dengan perih, sesak sekaligus ngilu. Sudah berapa lama Ali tidak tidur?. Kenapa Ali terlihat sangat kacau sekali?. Pertanyaan itu mencambuk benak Prilly, akan tetapi tidak bisa keluar dari mulutnya, semuanya tertanam di dalam hati.

"Sayang..." Ali dengan tergesa menghampiri Prilly, matanya yang basah begitu sendu sementara itu Prilly terkesiap dan mundur satu langkah, terkejut dan masih belum bisa menerima.

Melihat Prilly yang mundur membuat langkah Ali terhenti seketika, ia menatap Prilly dengan tatapan terluka mendalam, matanya basah dan merah, nampak menahan perasaan yang sudah bergejolak di hatinya.

"Jangan menjauh" Ali memohon dengan suara parau, serak dan sedikit bergetar dan itu membuat tubuh Prilly mematung di ambang pintu, suasana mendadak tegang, menikam hati, menyesakkan dada. "Aku... Sayang, aku mohon jangan menjauh, ya"

Ali kemudian tersenyum getir ketika melihat Prilly tidak lagi melangkah mundur, akan tetapi hatinya berdesir perih ketika ia tidak lagi menemukan tatapan penuh cinta dan kelembutan dari Prilly yang selalu ia dapatkan. "Aku..."

"Siapa?" suara Bude Aisyah membuat ketegangan di antara keduanya cair seketika, Prilly terkesiap dan membalikkan badannya, menemukan Bude Aisyah berdiri di belakangnya.

CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang