Chapter 19

195K 7.5K 145
                                    

"Prilly!"



Ali berteriak penuh nada panik dan cemas, seketika tubuhnya bergetar, jantungnya berdegup kencang. Apa yang terjadi?. Ia ingin bergerak, melihat keadaan luar namun kakinya sulit sekali digerakkan. Berkali-kali ia mencoba, berkali-kali pula ia gagal, hingga membuatnya tersiksa dengan rasa cemas yang teramat dalam.


"Ali!!!"


Pekikan Prilly membuat Ali menengok kearah pintu dengan mata merah, perasaannya campur aduk, kakinya bergetar, ia mencoba menggerak-gerakkan tubuhnya dengan susah payah. Semua rasa menjadi satu saat ini hingga membuatnya menjadi panik setengah mati.


Semakin lama terdengar sayup-sayup kebisingan dari luar disertai dengan jeritan Prilly yang memanggil-manggil namanya, seolah diluar sedang terjadi sesuatu yang sangat membahayakan. Dan kini Ali mendengar tangisan Prilly, tangisan yang bercampur dengan ketakutan disertai dengan jeritan meminta tolong.


"Prilly? Apa yang terjadi?" Ali berteriak dari dalam dengan rasa panik yang mendalam, tubuhnya berkeringat, matanya merah penuh ketakutan, ketakutan akan hal yang membahayakan menimpa Prilly saat ini. Ia tersiksa, mencoba menggerakkan seluruh tubuhnya, kakinya terasa ngilu karena terus menerus ia coba untuk digerakkan.


"Jangan! Tolong! Ali!"


Ali tidak bisa menahan dirinya lagi, seluruh tubuhnya mati rasa, tidak bisa digerakkan sama sekali. Ia putus asa dengan rasa sakit yang menikam hatinya, membawanya kedalam jurang yang melukai jiwa hingga membuatnya tersiksa. Ali merutuki dirinya sendiri yang tidak berguna. Demi Tuhan, Prilly membutuhkannya saat ini dan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Tenggorokannya tercekat dengan tangis yang sudah diujung lidah, tangis putus asa yang menyelimuti rasa cemas.


Semakin lama suara gaduh itu terdengar semakin jelas, bunyi-bunyian yang mengerikan membuat tubuh Ali bergetar, ia panik dengan wajah yang sudah pucat. Dengan sekuat tenaganya Ali menggerakkan tubuhnya kembali, hingga ia terjatuh diatas lantai, dengan posisi menelungkup, bibirnya bergetar, matanya merah dan basah karena tangis. Seluruh organ tubuhnya menegang karena rasa cemas. Berada diatas lantai membuat tubuh Ali membeku, mati rasa, ia tidak bisa bergerak dan sangat menyiksa untuknya. Rasa panik menjalar keseluruh tubuhnya, hingga terlihat bergetar dan begitu menyedihkan.

"Jangan! Tolong! Jangan----"

Ali mendongak mendengar suara Prilly yang begitu jelas di indra pendengarannya, membuat seluruh organ tubuhnya memanas, matanya berkobar dengan gemelutuk gigi yang keras. Ali tidak putus asa, sekuat tenaganya ia bergerak, mencoba untuk keluar dari kamar dengan bersusah payah, seluruh tubuhnya terasa sakit dan ngilu, namun tidak membuatnya berhenti sama sekali. Ia menggerakkan tangannya, dijadikan topangan di depan, lalu dengan sekuat tenaganya Ali menyeret dirinya bersusah payah, kakinya benar-benar tidak berguna sama sekali, hanya tangannya bergerak menyeret tubuhnya.


Dan usaha Ali itu tidak sia-sia, kini ia sudah berada di depan pintu, lalu tangan kanannya menggapai knop pintu, membukanya lalu ia kembali menyeret tubuhnya, mencari-cari Prilly. Suhu tubuh Ali terasa panas, keringat bermunculan diseluruh tubuhnya, rasa panik membuncahnya.


Hingga matanya terbelalak saat melihat Prilly dengan kepala yang berdarah berlari-lari ketakutan mengelilingi sofa, dan matanya langsung menangkap seseorang yang mengejar-ngejar Prilly sambil menodongkan pistol kearah Prilly.

"Gue bunuh lo!"


"Grice!"


Ali berteriak, matanya merah menyala penuh kobaran, penuh ancaman dan seketika Grice menoleh kebelakang, mendapati Ali tengah duduk diatas lantai dengan tangan yang menopang di depan. Terlihat sangat mengenaskan, dengan tubuh yang di penuhi oleh keringat. Sedangkan Prilly seketika menatap Ali sendu, wajahnya sudah basah oleh air mata, tatapannya dipenuhi ketakutan membuat Ali meradang dengan emosi yang meledak-ledak karenanya.


CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang