Kaki Prilly melangkah dengan tergesa-gesa, panik dan cemas bercampur menjadi satu. Kabar yang diberikan Randy padanya membuat ia shock seketika, lalu tanpa memikirkan jam terbangnya yang akan segera dilakukan, Prilly lebih memilih melenggang pergi dari bandara dengan perasaan campur aduk. Ia harap kini ia sedang bermimpi, masih belum bisa percaya kalau Ali mengalami kecelakaan.
Ya, Tuhan. Bagaimana itu sampai bisa terjadi? Kenapa disaat ia akan melepas Ali, kejadian ini malah membuatnya akan sulit melupakan Ali.Tubuhnya bergetar dengan telapak tangan yang terasa basah, kakinya terasa berat melangkah menyusuri lorong-lorong berdominasi warna putih itu. Bau obat yang menyengat menyapa indra penciumannya saat satu persatu ruangan ia lewati dan disinilah Prilly saat ini, disebuah rumah sakit tempat Ali dilarikan. Pelipisnya dipenuhi oleh keringat, detak jantungnya berdebar tidak karuan. Gelisah, panik dan cemas membuat perasaannya berkecambuk.
Langkah Prilly terhenti saat mendapati Randy dengan gelisah berjalan mondar-mandir didepan sebuah ruang UGD. Nafasnya tercekat seketika, ia sedang tidak bermimpi. Ali benar-benar mengalami kecelakaan, seketika matanya terasa panas oleh genangan air mata yang mendesak ingin keluar. Walau hubungannya dengan Ali sedang tidak baik, tapi tetap saja ia tidak mau Ali mengalami hal ini.
Tergesa-gesa Prilly menghampiri Randy, disekanya air mata yang berlinang dipipinya. Lalu ia menghirup nafas sebanyak-banyaknya, menengakan perasaannya yang terasa tidak karuan.
"Ran?" Prilly memanggil dengan suara bergetar, kecemasan terlihat dari tatapan matanya. Matanya basah dan merah menahan tangis.
Lalu Randy menoleh menatap Prilly, ia nampak menghela nafas sejenak.
"Ba---bagaimana semua ini bisa sampai terjadi?" tanya Prilly, menatap lurus pada bola mata Randy. Menunggu jawaban dari Randy, membuatnya semakin gelisah dan terselip ketakutan didalamnya.
"Aku tidak tau persis bagaimana kejadiannya. Aku mengantarkan surat cerai yang kamu berikan padaku pagi tadi dan siangnya aku mengantarkannya ke rumah Ali untuk di tanda tangani. Kamu tau, Ali merobek surat cerai kalian. Dia menolak perceraian itu dan katanya dia ingin bertemu denganmu, menjelaskan semuanya. Tapi aku tidak memberitahu dimana kamu berada, sesuai perintahmu. Tapi---" suara Randy melemah dan seketika terhenti, ia menghela nafas sejenak lalu mengusap wajahnya.
"Saat itu kamu menelponku dan Ali mengetahuinya, dia merebut paksa ponselku lalu mengangkat telpon dari kamu, aku tidak tau apa yang kamu katakan melalui telpon yang jelas aku melihat raut wajah Ali menjadi sedih dan terluka lalu tanpa diduga ponselku terjatuh karena tangannya bergetar, bibirnya memucat. Dan setelah itu Ali berlari kencang menuju mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan tinggi--" sejenak Randy terdiam, lalu menatap lemas kearah Prilly membuat mata Prilly berkaca-kaca menyedihkan.
"Karena aku merasa ada yang tidak beres pada akhirnya aku mengikuti Ali dari belakang, susah payah aku mengikuti mobil Ali. Ia mengendarai mobilnya seperti orang gila, seakan sedang mengejar sesuatu yang sangat berharga dan akan hilang bila tidak secepatnya ditemui. Sampai aku sadar arah mobil Ali menuju kemana tapi seketika---" nafas Randy tercekat, tertelan oleh kepanikan, matanya terpejam seolah sedang memutar memori yang sudah tersimpan dikepalanya.
Dan seketika air mata Prilly jatuh tidak terbendung lagi, masih belum percaya dengan apa yang ia dengar. Tiba-tiba dadanya terasa sesak dan sakit. Tangannya bergetar menahan gejolak yang tidak karuan dihatinya, bahu membahu memenuhi hatinya dengan rasa takut yang entah dari mana muncul secara tiba-tiba.
Mata Randy kembali terbuka, menatap bola mata Prilly yang sudah mengabur oleh air mata. Lalu ia kembali menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRY WEDDING
FanfictionKadang hati tidak sejalan dengan logika. Kadang Cinta membuat seseorang akan melakukan apapun demi cintanya walau terdengar gila. Mengejarnya penuh obsesi, bermimpi menikah dengannya dan hidup bahagia bersamanya adalah impian semua orang yang memili...