Chapter 2

222K 8.5K 142
                                    

Prilly melirik jam yang melingkar ditangannya sejenak sebelum membuka pintu rumahnya, ia menghela nafas kasar saat mendapati jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Perdana ia pulang selarut ini, sehabis pulang mengajar tadi Randy memberitahunya kalau Ibunya sudah pulang dari Turki dan ingin sekali bertemu dengannya karna besoknya Ibunya akan kembali terbang ke Jerman untuk mengurus cabang perusahaannya disana. Memang sudah lama Prilly tidak mengunjungi Ibu Randy yang sudah ia anggap sebagai Ibunya sendiri. Hingga obrolan kengen-kangenan itu baru berakhir sekitar jam setengah 10 malam dan ia sampai dirumah jam 10 malam. Rasanya rindu sekali sudah lama tidak mengobrol dan memasak dengan Ibu Randy.




Dengan cepat ia mengambil kunci didalam tasnya, tidak sengaja tangannya memutar knop pintu yang sontak membuat pintu mendadak terbuka. Prilly mendongak, keningnya menyeringit. Kenapa pintu rumahnya tidak terkunci?.




Lama memikirkan pintu tidak terkunci hingga ia tidak sadar saat ini Ali sudah berdiri dihadapannya dengan tatapan tajamnya. Menatapnya begitu menusuk dan mengerikan hingga tangan Ali yang mengepal menampakkan urat-uratnya.



Prilly menelan ludahnya payah, rasa takut mulai menjalar keseluruh tubuhnya. Ya Tuhan Ali sudah pulang. Kenapa Prilly tidak terfikir sampai kesitu.




"Bagus ya lo baru pulang!" geraman dari Ali membuat mata Prilly mengerjap, debaran dijantungnya kian kencang bersamaan dengan rasa takutnya.



"Kakak aku--"


PLAK!


Belum sempat Prilly bersuara tamparan keras lebih dulu hinggap dipipinya membuatnya meringis.

"Jadi ini yang lo lakuin selama gue gak ada di rumah hah!" teriak Ali geram.




Mata Prilly berkaca-kaca, ia menatap Ali dengan sendu sambil mengelus pipinya.




"Aku bisa jelasin semuanya Kak--"


"Gak ada yang perlu lo jelasin! Tampang lo sok lugu tapi lo gak ada bedanya dengan wanita jalang diluar sana! Dimana otak lo Prilly heh? Mana ada wanita baik-baik pulang selarut ini apalagi dia sudah menikah!" teriak Ali menggebu-gebu dan begitu kasar.




Prilly tidak bisa membendung air matanya lagi. Dadanya terasa diremas dengan kencang, ulu hatinya bergemuruh sakit saat ucapan Ali itu selalu terngiang dikepalanya. Sesak dan perih seakan membakar hatinya.



"MASUK!"


Ali menarik tangan Prilly dengan kasar lalu membanting pintu rumahnya dengan keras, dihempaskannya tubuh Prilly diatas sofa.




"Lo itu nyusahin gue tau gak! Lo itu musingin hidup gue! Lo itu bener-bener istri gak berguna! Lo pikir apa kata orang diluar sana kalau tau istri dari seorang dokter ternama pulang selarut ini!" teriak Ali dengan keras didepan wajah Prilly. Ia tidak bisa mengontrol amarahnya lagi, dadanya naik turun penuh emosi, menatap Prilly seakan ingin menyiksanya.





Prilly menangis tersedu-sedu. Perlakuan seperti ini bukan sekali saja ia dapatkan. Hal biasa, selalu salah paham dan Ali tidak mau mendengar penjelasannya dan lebih memilih memarahinya dengan keras, memberikan torehan luka dihatinya yang semakin dalam.




"Ini gak seperti yang kakak pikir Kak" suara Prilly terdengar bergetar diiringi dengan tangisan tersedunya, ia menatap Ali penuh luka.



"Aku tadi bertemu dengan Ibu Randy karn--"



Belum sempat Prilly berbicara Ali lebih dulu pergi meninggalkannya tanpa mau mendengar ucapannya.




BUK!


CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang