Chapter 8

203K 8.2K 173
                                    

Matahari sudah menampak dan suara burung bersiul menandakan bahwa begitu indahnya pagi hari ini. Tapi tidak untuk Ali, sejak semalam matanya tidak lepas menatap Prilly hingga pagi datang. Tidak ada pagi yang indah bagi Ali sebelum Prilly terbangun dari tidur panjangnya. Genggaman tangannya tidak lepas sedikitpun dari tangan Prilly, menatap Prilly yang masih terlihat pucat dengan sendu.




"Sudah pagi, kamu masih saja tidur" Ali mengecup tangan Prilly dengan lembut.





"Sudah pagi, biasanya kamu membuatkan aku sarapan" Ali tersenyum pahit mengingat ia sama sekali tidak pernah menyentuh sarapan yang Prilly buatkan untuknya setiap pagi.





"Sudah pagi, biasanya kamu sudah memakai seragam gurumu. Kamu terlihat begitu cantik dan menggemaskan saat memakai seragam itu. Aku ingin melihatnya lagi, sayang"




"Sudah pagi, biasanya kamu akan menyapaku dengan senyum hangat dan tulus" entah kenapa kini Ali mulai terisak saat otaknya memutar memori luka yang ia torehkan pada hati Prilly.





"Kamu tau, aku begitu merindukan pagi bersamamu. Bukan hanya pagi. Tapi siang, sore, malam, dan setiap waktu aku begitu merindukanmu" kata Ali parau dan serak, begitu menyesakkan dada dan kepiluan hati.







"Bangunlah, sayang. Apa mimpimu terlalu indah hingga membuatmu tidak mau bangun? Apa kamu tidak merindukan aku?" tangis Ali kembali pecah, ia mengecupi punggung tangan Prilly dalam tangis sesaknya lalu mengelusnya dengan lembut.






"Atau aku sangat jahat sehingga kamu tidak mau terbangun dari mimpi indahmu?. Aku-- aku minta maaf" suara Ali tercekat dan parau. Dadanya semakin sesak dan sakit.





"Pagi ini aku mau sarapan buatan kamu, aku mau kamu pakaikan jas Dokter aku, aku mau lihat senyum manis kamu dan melihat binar mata indah kamu. Bukan pagi ini saja tapi pagi seterusnya, sayang. Bangunlah, kumohon" Ali menenggelamkan kepalanya pada tangan Prilly, ia terisak lirih dan begitu sesak. Untuk pertama kalinya hati Ali serapuh dan sesakit ini.





"Aku kangen kamu, kangen banget. Kamu harus tau itu" isak Ali didalam tangis pilunya. Ia menciumi punggung tangan Prilly berkali-kali.
Hingga suara pintu terbuka membuat Ali menoleh mendapati Bram tengah masuk keruang Prilly. Ia kembali menatap Prilly, tidak ingin melepas tatapannya dari Prilly.






Bram nampak menghela nafas panjang lalu menghembuskannya secara kasar melihat kondisi Ali yang jauh dikatakan dari baik-baik saja. Ali terlihat kacau dan begitu rapuh. Sorotan matanya memperlihatkan bahwa sahabatnya ini begitu terluka dan menyesal. Ia menggeleng lalu mengelus bahu Ali.







"Lo brengsek! Dan sialnya lo sahabat gue!" geram Bram membuka suara. Kekesalan yang ingin ia keluarkan pada Ali semenjak melihat Prilly dibawa kerumah sakit dengan keadaan mengenaskan.





"Ya, gue memang brengsek!" kata Ali tersenyum kecut dan penuh luka.






"Nyesel kan lo? Ternyata berharga banget kan Prilly sekarang buat lo? Ya Tuhan, Li" Bram mengusap wajahnya dengan kasar saat melihat Ali kembali menangis.





"Dia berharga buat gue Bram. Dia satu-satunya wanita hebat yang gue kenal, dan gue sangat menyesal udah sakitin dia. Bram, gue nyesel" Ali menatap Bram dengan raut wajah penyesalannya.





Bram menghela nafas "Ya, gue tau lo sangat menyesal. Lihat saja sekarang bagaimana keadaan lo. Mengenaskan!"





Ali kembali menatap Prilly "Dia belum bangun Bram" gumam Ali lirih.








CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang