Ali menyusut air matanya saat sudah berada di luar kamar dan menutup pintu kamar, ia menghela nafas, membuang semua rasa yang ia rasakan, membuncah hatinya, penolakan Prilly atas keberadaannya di sini membuatnya kecil hati, ia terluka, teramat dalam, ia tau semuanya berawal dari kesalahannya, tetapi tidak kah ada sedikitpun niat Prilly untuk memaafkan kesalahannya?. Setidaknya kalau Prilly tidak bisa memaafkannya, bisakah untuk Prilly tidak mengusirnya seperti tadi dan membiarkannya di sini terlebih dahulu, tidakkah Prilly tau betapa Ali sangat merindukannya.
Ali kemudian setelah merasa lebih tenang, ia dengan tergesa-gesa kembali ke meja makan untuk menemui Randy. Di lihatnya Randy yang masih memakan makan malamnya dengan lahap.
"Ran, gue titip Prilly, ya"
Seketika Randy mendongak menatap Ali dengan kening menyeringit, dan ia sudah menemukan Ali mengambil tasnya di ruang tamu, dengan segera Randy menghampiri Ali.
"Lo mau kemana?" Randy bertanya dengan bingung saat Ali sudah menyandang tasnya, dan ketika ia menatap mata Ali yang basah, ia menyadari kalau lelaki di hadapannya ini sedang terluka teramat dalam.
Ali tersenyum. "Gue mau balik", lalu dengan terburu-buru Ali memakai sepatunya. "Bude mana?"
"Lo balik ke Jakarta?" Randy menahan tangan Ali yang sedang memakai sepatu.
Ali mengangguk, memberikan jawaban, kemudian dengan pelan ia melepas tangan Randy yang menahannya, lalu ia kembali memakai sepatunya.
"Kenapa lo pulang? Bukannya lo baru aja dateng? Katanya lo mau bawa Prilly pulang juga"
Ali menghela nafas. "Gak bisa, Ran" kemudian, ia mendongak menatap Randy dengan senyuman, namun senyuman yang di dalamnya penuh kesedihan. "Dia perlu waktu sendiri. Gue gak bisa maksa dia"
Randy mengusap wajahnya. "Gue yakin ada apa-apanya. Gak mungkin lo pulang gitu aja kalau gak ada penyebabnya"
Ali tersenyum lalu menepuk bahu Randy. "Gue titip Prilly, ya. Jaga dia baik-baik, gue percaya sama lo, bilang sama Prilly kalau gue sayang banget sama dia. Gue pamit"
"Tapi...."
"Bude mana, ya?" Ali menyela dengan kepala mengadah kemana-mana mencari keberadaan Bude Aisyah. "Gue juga mau pamit sama Bude"
"Bude lagi keluar"
Ali menatap jam di tangannya, ia mendesah pelan. "Udah gak ada waktu lagi. Bilang ke Bude gue pamit dan bilang juga gue berterima kasih banyak sama dia, Maaf gue gak bisa lama-lama"
"Li?"
"Inget pesan gue, Ran. Jaga Prilly baik-baik di sini" Ali kemudian dengan segera melangkah pergi namun Randy menahan lengannya, membuatnya menoleh kebelakang menatap Randy.
"Lo baik-baik aja, kan?. Kok gue ngerasa ada sesuatu"
Ali tersenyum, ia menggeleng. "Gak ada. Udah gue mau pergi, nanti ketinggalan pesawat"
"Li?"
"Apa lagi?"
"Lo di usir Prilly, ya?"
Ali terdiam, tatapannya tiba-tiba saja kosong, dan Randy memahami perubahan Ali.
"Udah gue duga. Bener-bener deh..."
"Enggak kok, Ran. Gue cuma mau kasih dia waktu sendiri. Itu aja" Ali menyela, ia tersenyum. "Bilang sama dia, kapanpun dia mau pulang, gue siap jemput dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
CRY WEDDING
FanficKadang hati tidak sejalan dengan logika. Kadang Cinta membuat seseorang akan melakukan apapun demi cintanya walau terdengar gila. Mengejarnya penuh obsesi, bermimpi menikah dengannya dan hidup bahagia bersamanya adalah impian semua orang yang memili...