Hai, alhamdulillah kondisi aku sudah membaik, terima kasih atas pengertian dan semua doanya.
Sebenarnya masih belum boleh banyak beraktifitas dan memegang ponsel, aku harusnya masih dalam rangka istirahat total, akan tetapi karena aku keras kepala dan tangan udah gatel pengen cepet-cepet next. Akhirnya sembunyi-sembunyi aku berusaha melanjutkan chapter berikutnya hehe lagian bete, tiduran, minum obat, makan juga pait terus nonton TV, itu-itu aja kerjaannya gak ada yang lain kan bosen.Apalagi bunyi notif wattpad bikin imam aku tergoda terus buat mainin wattpad dan lanjut cerita, liat notif jebol bikin kepala pusing jadi agak mendingan *Loh haha
Mumpung Ibu lagi pamit ke rumah Bibi jadi aku langsung cusss lanjutin cerita di ponsel Haha *maapinyaIbu, jadi maklum kalau ada typo ya soalnya aku disini belum sembuh total terus ngetik masih di ponsel. (Alahhh lagi sehat juga sering typo) wkwk
Yaudah yukkkkk... Happy reading!
*****
Hari sudah sore, dan untuk pertama kalinya Ali tidak masuk bekerja karena masalahnya dengan Prilly tadi, pikirannya benar-benar kacau. Ia hanya duduk di samping Prilly sambil mengelus puncak kepalanya, Prilly semenjak tadi masih berbaring di atas ranjang dengan mata tertutup. Entah Prilly benar-benar tertidur atau tidak, akan tetapi tidak sedikitpun ada gerakan saat ia berbaring, nafasnya nampak teratur dan Ali yakini kalau istrinya itu memang tertidur.
Sungguh, Ali tidak menginginkan keadaan seperti ini, ini membuatnya tersiksa teramat dalam. Disini ia serba salah, ia tidak mau melukai Prilly akan tetapi ia juga merasa bersalah karena sudah membuat Grice gila, apalagi tadi ia melihat tubuh Grice yang kejang-kejang. Dokter mengatakan kalau kondisi Grice semakin parah saat bertemu dengan Prilly tadi, karena ketika tadi ada pertengkaran antara Prilly bersama Grice dan bodohnya ketika itu ia tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menenagkan Grice, ia juga tidak sadar karena terlalu panik sampai memeluk Grice di hadapan Prilly. Ali mendesah, bayangkan ketika air mata Prilly berjatuhan dengan penuh luka saat menatapnya membuat dadanya kembali sesak, ia bahkan sudah berjanji tidak akan menyakiti Prilly lagi, tapi nyatanya?. Ali menggeram, kesal pada dirinya sendiri.
Ali tidak mengerti, kenapa Prilly tiba-tiba saja bisa berada disana. Apa Prilly mengikutinya?. Kalau benar, itu tandanya istrinya itu memiliki insting yang kuat, Prilly mungkin merasakan beban yang sedang Ali tanggung, atau Prilly merasakan kalau dirinya sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
Pikiran Ali yang berkecambuk tiba-tiba saja buyar saat merasakan pergerakan dari Prilly, ia kemudian menoleh menatap Prilly sambil tersenyum sedangkan Prilly mengerjapkan matanya.
"Sudah bangun" Ali menyapa dengan lembut sambil mengelus pipi Prilly, penuh kasih sayang.
Prilly terdiam sejenak, menahan perasaan, lalu tanpa menoleh menatap Ali, ia bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju balkon kamarnya.
"Sayang", dengan tergesa Ali mengikutinya dari belakang, ia kemudian menghela nafas berat ketika melihat Prilly berdiri di balkon kamarnya dengan pandangan kedepan. Ia dapat melihat kalau Prilly saat ini benar-benar rapuh dan itu membuat Ali merasakan sesak teramat dalam.
Dengan pelan dan hati-hati, Ali berjalan menghampiri Prilly, dia kemudian memeluk Prilly dari belakang, sedangkan Prilly nampak tidak bergeming dengan tatapan kosong, matanya tiba-tiba saja berkaca-kaca penuh sesak.
"Maafkan aku"Ali berbisik dengan suara serak, terdengar parau sementara itu Prilly masih diam bergeming.
Ali lalu mengecup bahu Prilly dengan lembut, penuh perasaan. "Aku memang salah, aku sudah menyembunyikan semuanya dari kamu. Tapi aku melakukan itu karena aku tidak mau menyakiti kamu.. Aku... Aku hanya ingin menjaga perasaan kamu... Aku sayang kamu"

KAMU SEDANG MEMBACA
CRY WEDDING
FanfictionKadang hati tidak sejalan dengan logika. Kadang Cinta membuat seseorang akan melakukan apapun demi cintanya walau terdengar gila. Mengejarnya penuh obsesi, bermimpi menikah dengannya dan hidup bahagia bersamanya adalah impian semua orang yang memili...