CHAPTER 36

2.1K 229 37
                                    

"Leo" Prilly berteriak, dia terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal, tubuhnya terasa basah, dia bermimpi dan itu seakan nyata.



Ali yang mendengar suara istrinya berteriak, dia terperanjat dari tidurnya, kemudian dengan cemas ia membawa istrinya kedalam pelukan.



"Sayang, kamu kenapa?" suara Ali lembut namun sorot matanya sangat cemas.



Prilly lalu mengadah menatap Ali, tepat di manik matanya, mata Prilly berkaca-kaca.


"Aku takut, Kak" suara Prilly bergetar ada kecemasan di dalamnya.



Ali kemudian merubah posisi tubuhnya, direngkuhnya tubuh Prilly semakin erat, menenangkan.


"Sssttt...ada Kakak disini, tenang sayang" Dikecupnya puncak kepala Prilly. "Kamu hanya mimpi" katanya menenangkan.



Prilly menggeleng. "Tapi itu kaya beneran kak, kaya nyata. Aku liat Leo terluka dia berdarah, darahnya banyak banget..aku takut kalau Leo.." firasatnya tidak enak.


"Ssstttt.. sayang, itu cuma bunga tidur" Ali kemudian menoleh pada jam dinding di kamarnya, kemudian dia kembali menatap istrinya. "Tuh liat sekarang udah mau subuh, kita siap-siap shalat subuh yuk biar kamu tenang dan gak mikirin yang enggak-enggak lagi".



"Tapi, Kak.." Telunjuk Ali sudah berada di bibir Prilly membuat wanita itu tidak bisa melanjutkan ucapannya, kemudian Ali menggeleng.


"Percaya sama Kakak itu cuma mimpi gak bakal jadi kenyataan" dia meyakinkan istrinya yang masih ketakutan, kemudian di kecupnya kening istrinya dengan lembut, penuh sayang.



Perlahan, Prilly mulai tenang kemudian dia memeluk Ali dengan sangat erat. Dihelanya nafas dengan panjang, berharap semua hanya mimpi belaka.

*****


"Sayang, nanti kakak mau aku masakin apa?" Prilly membantu Ali memakaikan jas dokternya.


Ali tersenyum kemudian melilitkan tangannya pada pinggang Prilly. "Aku kangen rendang buatan kamu"


Prilly tersenyum kemudian melingkarkan tangannya pada leher Ali. "Kakak mau aku bikinin rendang?"


Ali lalu mengecup kening istrinya. "Iya, sayang. Boleh kan?".



"Boleh banget dong, aku pasti bakal buatin rendang spesial buat kakak" Dia kemudian mengecup pipi suaminya.



Ali tersenyum. "Makasih, sayangku. Kalau udah cium-cium gini maunya di rumah terus males kemana-mana, maunya berduaan terus, maunya bermesraan terus, maunya..."


"Maunya..maunya..maunya...itu sih maunya kakak.. wlee" Prilly menjulurkan lidahnya pada Ali, kemudian dia beranjak mengambilkan tas kerja Ali.


Ali terkekeh, kemudian dia menghampiri Istrinya lalu memelukanya dari belakang. "Itu juga maunya kamu, kan?"


"Enak aja, enggak"


"Bohong"


"Ih, kakak, itu cuma mau kakak"


"Kamu juga dong sayang"


"Gamau, dasar genit"


"Genit-genit juga kamu kalau kakak serang minta nambah, double lagi paket komplit spesial"


"Astaga"


"Kenapa sayang?" Ali mengooda istrinya dengan nakal.


Prilly kesal. "Jangan sembarangan menuduh, jelas-jelas kakak tuh yang doyan"


CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang