Ali membuka jas dokternya saat sudah sampai dirumah, ia menyimpan tas kerjanya kedalam kamarnya lalu ia kembali kebawah mengambil air dingin. Suara pintu terbuka membuat Ali segera berjalan ke pintu utama, mendapati Prilly baru pulang masih mengenakan seragam gurunya. Nampak begitu anggun namun Prilly nampak terlihat lelah, mungkin aktifitas mengajarnya seharian ini yang membuatnya lelah.
"Kakak? Sudah pulang?" Prilly berjalan kearah Ali yang sedang berdiri diruang tengah sambil menggengam gelas yang berisi air dingin. Ia tersenyum dan raut wajah lelahnya pudar seketika saat melihat Ali.
Ali menatap Prilly datar lalu ia duduk diatas sofa dan menyalakan televisi.
"Kalau gue belum pulang mana mungkin gue ada disini" jawabnya acuh lalu meletakkan gelas yang sedari tadi ia genggam diatas meja.
Prilly tersenyum, ia berjalan kedalam kamarnya. Mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian rumahan lalu kembali menemui Ali yang nampak serius menonton televisi. Ia berdiri disamping Ali.
"Kakak udah makan belum? Aku masakin ya? Kakak mau makan apa?"
Ali melirik Prilly dengan ekor matanya "Gak usah! Kan gue udah bilang kalau gue gak bakal sudi nyicipin masakan lo!" kata Ali ketus.
Prilly malah terkikik mendengar ucapan Ali membuat kening Ali mengkerut.
"Masa? Waktu itu kakak sampai nambah 3 kali pas ada Kak Bram disini. Apa itu yang namanya gak sudi nyicipin masakan aku sampai nambah 3 kali"
Ucapan Prilly membuat Ali tergagap, ia menggaruk tengkuknya.
"Ya gue cuma hargain ajakan Bram buat makan aja, lagian kan yang masak bukan lo doang Bram juga ikut masak kan?"
Prilly tersenyum lagi, ia menghela nafas sejenak.
"Yaudah kalau gitu, aku mau masak enak. Laper. Bener nih kakak gak mau?"
"Apaan sih! Gue bilang enggak ya enggak! Budek ya lo!" geram Ali menatap Prilly kesal sedangkan Prilly terdiam seketika.
"Ya, maaf kak"
Prilly berlalu dari Ali, menuju dapur lalu memasak makanan untuknya saja. Ia tersenyum getir mengingat sikap Ali yang masih belum berubah. Padahal semenjak Bram kemarin kerumahnya, Ali berbeda dengan Ali biasanya. Ia lebih hangat dan baik saat ada Bram. Ya, saat ada Bram saja. Setelah itu Ali kembali lagi menjadi sosok yang mengerikan, namun begitu dia cintai saat ini hingga seterusnya.
Prilly membawa makanannya keatas meja makan, ia mengelus perut laparnya melihat hasil masakannya. Segera ia duduk di kursi meja makan lalu mulai memakan makanannya. Sambil makan, matanya menatap kearah ruang tengah memperhatikan Ali yang masih menonton. Ia tersenyum, andai saja keluarga mereka harmonis pasti saat ini mereka akan makan bersama, mungkin juga akan ada acara suap-suapan yang selalu terfikir dan ia inginkan di dalam benaknya. Namun apa daya, semua yang ia inginkan tidak akan mungkin tercapai kalau sampai saat ini Ali masih belum bisa menerimanya sebagai istri yang selayaknya.
"Dasar aneh! Makan malah melamun!" suara Ali membuat Prilly tersentak dan tersedak seketika. Ia terbatuk-batuk lalu segera meminum air. Sesaat ia merasakan elusan dipunggungnya. Ia tersenyum dalam hati saat mengetahui Ali mengelus punggungnya. Hatinya benar-benar berbunga. Prilly harap ini bukan mimpi.
"Hati-hati dong kalau makan!" omel Ali pada Prilly. Sedangakn Prilly hanya mengangguk sambil menahan senyum. Pasalnya menurut Prilly, Ali mulai perhatian padanya. Apa Ali sudah mulai menerimanya?. Memikirkan itu, hati Prilly bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRY WEDDING
FanfictionKadang hati tidak sejalan dengan logika. Kadang Cinta membuat seseorang akan melakukan apapun demi cintanya walau terdengar gila. Mengejarnya penuh obsesi, bermimpi menikah dengannya dan hidup bahagia bersamanya adalah impian semua orang yang memili...