Chapter 12

218K 8.2K 118
                                        

Prilly menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong, pikirannya menerawang pada kejadian tadi siang. Ia masih belum bisa percaya dengan apa yang Ali lakukan padanya. Kenapa Ali menciumnya? Dan kenapa ia tidak bisa menolak? Bukannya ia sudah memutuskan untuk melupakan Ali?. Berbagai pertanyaan berkecambuk dibenak Prilly. Ia mengusap wajahnya, tubuhnya berguling-guling diatas ranjang, dengan perasaan tidak karuan Prilly meraba bibirnya sendiri, bahkan ia masih bisa merasakan kecupan lembut dan penuh kerinduan dari Ali. Sekarang Prilly meragukan dirinya sendiri, sekuat apapun ia menancapkan kebencian untuk Ali dihatinya, tapi nyatanya semua tidak bisa. Rasa bencinya meluap begitu saja tergantikan dengan rasa Cintanya yang sudah ia kubur dalam-dalam untuk Ali, hingga Cinta itu kembali kedasar hatinya, perlahan akan menyebar dan Prilly pasti akan sulit mengontrolnya. Kenapa sulit sekali melupakan Ali?.



Larut dengan pikiran yang berkecambuk, suara bel apartemennya berbunyi. Ia melirik jam di atas nakas yang menunjukan pukul 9 malam. Siapa yang bertamu semalam ini?. Tidak mungkin itu Randy, karena baru saja Prilly diberi kabar oleh Randy, kalau dirinya terbang ke Paris mengurus pekerjaannya.



Lama berfikir, hingga Prilly disentakkan dengan suara bel yang kembali berbunyi, kali ini berkali-kali. Prilly dilanda waspada, pikiran aneh-aneh menyeruak dipikirannya, dengan gerakan pelan. Ia mengambil kemonceng lalu mengacungkannya. Suara bel semakin terdengar jelas, ia mengendap-ngendap kearah pintu, penuh waspada dan hati-hati. Menelan ludah sejenak lalu menghembuskan nafas, menenangkan dirinya. Dengan tegas ia mengacungkan kemonceng ditangannya. Siap memberikan serangan untuk tamu tak diundangnya yang ia yakini akan berbuat jahat.





Matanya menatap waspada, telinganya dipekakan oleh bunyi bel, nampaknya seseorang diluar sana tidak putus asa memencet bel. Dengan gerakan pelan dan penuh waspada Prilly membuka kunci pintu apartemennya, pelan ia memegang handle pintu. Dibukanya perlahan dengan gerakan siap menyerang, saat pintu sudah terbuka dan matanya tidak melihat dengan seksama siapa yang berdiri didepannya, Prilly langsung melayangkan kemonceng ditangannya. Memukuli seseorang dihadapannya dengan membabi buta.





"Rasakan! Rasakan! Rasakan!"


Sekuat tenaganya Prilly memukuli seseorang itu. Mulutnya komat-kamit memarahi seseorang hingga ia baru tersadar saat mendengar suara seseorang itu yang minta ampun. Tubuh Prilly menegang, ia menelan ludah susah payah, mulutnya yang sedari tadi komat-kamit seketika kelu dan tidak bisa berbicara lagi, telapak tangannya terasa dingin. Ali berdiri dihadapan Prilly, memegangi punggungnya sambil meringis kesakitan.


"Sakit, sayang. Aku bukan penjahat" Ali bertutur kata lembut, ia tersenyum walaupun tidak bisa menyembunyikan rasa perih dipunggungnya atas pukulan Prilly.



Prilly bergerak kikuk, tidak tau harus berbuat apa. Namun sorot matanya menatap Ali dengan cemas, tapi ia bisa menyembunyikannya di hadapan Ali. Kenapa Ali bisa berada disini? Dari mana Ali bisa tau apartemennya? Apa Ali menguntitnya tadi siang?.




"Hai"


"Eh?" Prilly semakin kikuk saat Ali melambaikan tangannya dihadapannya, ia meremas ujung t-shirtnya dengan gelisah.



Ali tersenyum lembut "Kenapa?"



Prilly menggeleng, tidak mau bersuara sama sekali. Ia merutuki kebodohannya yang tidak bisa berbuat apapun saat ini, harusnya ia judes, jutek atau kejam pada Ali. Tapi kenapa tidak bisa?.



Ali tersenyum geli melihat tingkah Prilly "Tenaga istriku, kuat juga ternyata, ya. Ini perih dan sakit, tapi tidak apa-apa, yang terpenting aku bisa bertemu kamu"




Ali memegang lengannya yang sedikit memerah kerena terkena pukulan kemonceng dari Prilly. Namun matanya dan senyumnya tidak lepas pada Prilly, begitu tulus dan manis membuat Prilly semakin diambang kegundahan. Ekor matanya menatap lengan Ali, merasa bersalah melihat lengan Ali yang merah dengan bekas memanjang. Ia terlalu bersemangat memukul Ali, yang Prilly fikir orang yang akan berbuat jahat padanya.

CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang