Chapter 11

212K 8.4K 154
                                    

Hari berlalu begitu saja, tidak terasa setelah sekian lamanya Prilly berada di rumah sakit, kini dokter sudah menganjurkannya untuk pulang. Kondisi Prilly sudah jauh membaik, gadis itu nampak kembali riang setelah proses operasi mata yang ia alami berjalan dengan lancar dan sukses.




Dengan penuh semangat Prilly membereskan semua perlengkapannya selama di rumah sakit kedalam tas, seperti yang dijanjikan Randy, sahabatnya itu sudah menyiapkan sebuah apartemen untuk tempat tinggal barunya. Dan membuat Prilly senang karena apartemen yang akan ia tempati, berdekatan dengan sekolah tempatnya mengajar sehingga Prilly tidak akan bersusah payah jika akan pergi bekerja. Entah bagaimana caranya Randy bisa mendapatkan apartemen itu selama sehari, Prilly tidak tau, ia hanya tau beres saja. Dan Randy mengatakan ia sudah memindahkan semua perlengkapan Prilly yang berada dirumah Ali ke apartemennya. Semudah itu, Randy memang bisa diandalkan.

Tidak ada beban, hanya terlihat senyum manis yang tercetak dibibirnya, bahkan tidak ada sedikitpun ia berniat memikirkan suami jahatnya. Ia sudah tidak peduli lagi dan semua itu karena rasa kecewanya yang teramat dalam dan melambung hingga menemukan titik akhir berhenti berjuang. Cukup selama 7 tahun saja ia menjadi wanita bodoh, mengemis untuk bisa mendapatkan cinta Ali dengan melakukan berbagai cara yang pada akhirnya akan selalu dianggap sampah tidak berguna bagi Ali. Mungkin dulu Prilly tidak ingin berpisah dengan Ali, tapi saat ini semuanya berubah. Ia bukan Prilly dulu lagi. Sekarang wanita bodoh yang selalu dikatakan tidak berguna oleh Ali akan mundur. Mundur memperjuangkan semuanya, ia ingin menggapai kebahagiaannya. Kebahagiaan yang tidak bersifat semu. Dan Prilly akan mencari kebahagiaannya yang sesungguhnya, tentunya bukan bersama Ali. Ia akan membebaskan Ali dari wanita bodoh tidak berguna sepertinya, sudah saatnya ia mencari ketenangan untuk hatinya. Ia sudah tidak bisa menampung rasa sakit dihatinya. Biarlah, kenangannya bersama Ali akan menjadi album kepahitannya yang mungkin sulit dilupakan.



Kenangan? Prilly tersenyum kecut. Semua kenangannya bersama Ali adalah kesakitan, tidak ada sedikitpun kebahagiaan. Dicaci, dimaki, dicampakkan, dikasari, dipukuli, diasingkan, tidak dianggap. Semuanya hanya kesakitan, sepertinya Prilly tudak harus mengingatnya dan benar-benar akan melupakannya semua yang berhubungan dengan Ali. Ia akan membuang semuanya, mengganti memori lukanya dengan memori yang baru.




Namun tidak bisa dipungkiri, jauh didalam lubuk hatinya rasa cinta untuk Ali masih ada. Bagaimanapun, Ali adalah cinta pertamanya. Cinta yang membuatnya ingin memiliki Ali, Cinta yang membuatnya dibenci oleh Ali. Nampaknya Prilly butuh perjuangan untuk mengikis sedikit sisa cintanya yang masih ada untuk Ali.




"Sudah beres?" suara Randy membuat Prilly yang sedang mengemas perlengkapannya seketika menoleh, ia tersenyum lalu kembali melanjutkan kegiatan mengemasnya.




"Sedikit lagi, nah sekarang beres" Prilly menutup resleting tas ranselnya. Senyumnya merekah, sedikit menghembuskan nafas panjangnya lalu kembali menoleh pada Randy yang sedang berdiri menyandar di depan pintu.



"Yaudah, kalau gitu sekarang kita ke apartemen kamu" Randy berjalan kearah Prilly, mengambil tas lalu menggendongnya. Ia tersenyum kearah Prilly memperlihatkan lesung pipinya yang begitu manis membuat Prilly ikut tersenyum padanya.






"Yuk"



Keduanya melenggang keluar, dengan senyum yang menghiasi bibir keduanya. Namun seketika langkah Prilly terhenti saat suara anak kecil memanggilnya, membuat Prilly dan Randy menoleh kebelakang dan menemukan gadis kecil dengan rambut dikuncir dua tengah tersenyum manis padanya.





"Ibu guru Prilly"



Kening Prilly menyeringit, mengamati gadis kecil itu. Ia sama sekali tidak mengenalnya, dan kenapa gadis itu bisa tau pekerjaannya sekaligus namanya. Prilly tidak memiliki murid keturunan arab seperti gadis dihadapannya. Dan-- kening Prilly semakin menyerngit saat mengetahui gadis kecil itu menggunakan pakaian rumah sakit. Apa anak itu sedang sakit?. Batin Prilly bertanya-tanya.





CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang