"Lo budek atau apa sih dari tadi gue panggil gak nyahut!"
Ali berjalan kearah Prilly lalu mengambil ponsel Prilly yang tergeletak di atas ranjang. Rahangnya mengeras saat membaca nama yang tertera di layar ponsel Prilly.
"Randy? Jadi ini yang bikin lo gak nyahut panggilan gue dari tadi?!" teriak Ali geram, segera ia matikan panggilan dari Randy, menekan layarnya begitu kencang penuh dengan emosi.
Sedangkan Prilly sedari tadi tidak bisa berbuat apa-apa, ia terlalu takut saat ini. Lidahnya terasa kelu untuk berbicara. Yang membuatnya tidak habis pikir kapan Ali memanggilnya? Kenapa ia tidak mendengar sama sekali?. Atau ini akibat karna dirinya terlalu asik mengobrol dengan Randy hingga tidak mendengar Ali memanggilnya.
"JAWAB GUE PRILLY!! LO PUNYA MULUT KAN?!" geram Ali keras, matanya tersorot amarah yang menggebu-gebu. Gemelutuk giginya terdengar dan urat-urat rahangnya nampak menonjol menandakan bahwa Ali sangat marah besar padanya.
"Maaf kak aku gak tau kalau Kakak manggil aku" jawab Prilly pelan, ia menundukan kepalanya. Debaran jantungnya kian kencang seiring rasa takutnya.
PRANG!
Ali membanting ponsel Prilly kelantai hingga hancur berkeping-keping membuat Prilly mendongak seketika. Matanya terbelalak saat melihat ponselnya sudah remuk karna saat ini Ali menginjak-injaknya. Ia berhamburan kebawah menghalau kaki Ali yang sedang menginjak-nginjak ponselnya dengan marah.
"Jangan kak, ini ponsel aku satu-satunya, jangan" pinta Prilly memohon, air matanya tumpah seketika, ia meringis kesakitan saat jarinya ikut terkena injakan kaki Ali.
"Gara-gara ponsel sialan ini lo gak ngedenger panggilan gue!"
Ali mendorong bahu Prilly hingga Prilly tersungkur menjauh dan ia kembali menginjak ponsel Prilly hingga tidak berbentuk lagi.
Prilly menangis tersedu-sedu, ia menggeleng melihat ponselnya sudah tidak berbentuk lagi. Ia memeluk kedua kakinya, menelusupkan kepalanya pada lututnya sambil menangis.
"Gue udah bilang sama lo berkali-kali kalau gue paling gak suka manggil orang lalu orangnya gak nyahut sama sekali dan lebih parahnya orang itu sedang asik berbicara dengan pacarnya!" teriak Ali geram lalu menendang kepingan ponsel Prilly hingga berserakan diatas lantai. Dadanya bergemuruh penuh emosi, tangannya mengepal.
Prilly yang mendengar ucapan Ali sontak mendongak. Pacar?. Prilly tidak terima dituduh memiliki pacar, apa Ali tidak pernah berfikir bahwa sampai saat ini cintanya untuk Ali tidak pernah berpaling.
"Apa yang kakak bilang? Pacar? Ya tuhan kak pacar yang mana? Aku ini istri kakak mana mungkin aku punya pacar kak! Tega sekali kakak nuduh aku kaya gitu!" ucap Prilly bergetar dan sendu. Tersirat nada penuh kekecewaan dari suaranya, tangisnya semakin menjadi-jadi saat rasa sesak mulai menggerayang dihatinya dan begitu menohok ulu hatinya.
"Oh jadi sekarang lo udah berani ngelawan gue ya?! Bagus!" Ali menyeret tubuh Prilly kedalam kamar mandi lalu menyiramkan air dingin pada tubuh Prilly membuat tubuh Prilly bergetar kedinginan.
"Itu hukumannya kalau lo berani ngelawan gue! Lo pikir lo siapa hah! Jalang!"
Jalang? Prilly seketika mendongak menatap Ali. Ali menyebutnya jalang? Dadanya semakin sesak, hatinya porak poranda seketika. Apa ia begitu rendah dimata Ali?. Bahkan sampai 7 tahun menikah Ali tidak pernah sekalipun menyentuhnya dan sekarang kata-kata itu meluncur dari mulut Ali begitu mulus membuat lubang kesakitan didalam hatinya semakin bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRY WEDDING
FanfictionKadang hati tidak sejalan dengan logika. Kadang Cinta membuat seseorang akan melakukan apapun demi cintanya walau terdengar gila. Mengejarnya penuh obsesi, bermimpi menikah dengannya dan hidup bahagia bersamanya adalah impian semua orang yang memili...