Chapter 7

204K 9.4K 522
                                    

Setelah mengantarkan Prilly pulang, Randy memutuskan untuk beristirahat. Selama 3 hari ini ia tidak bisa tidur karena kejadian pernyataan cintanya pada Prilly ketika itu, ia lepas kendali hingga terjadilah permintaan gilanya pada Prilly untuk meninggalkan Ali. Harusnya ia sadar karena Prilly tidak mungkin melakukan itu, Prilly hanya menganggapnya sahabat dan harusnya ia tidak boleh meminta lebih pada Prilly apalagi Prilly adalah istri orang. Sungguh ia menyesali perbuatannya itu hingga tidak mampu menemui Prilly karena rasa bersalahnya. Tapi sekarang ia lega karena kini masalahnya dengan Prilly sudah selesai, ia benar-benar bahagia karena Prilly tidak lagi marah padanya. Setidaknya walaupun Prilly tidak menerima cintanya namun ia masih bisa menjaga gadis yang dia cintai itu.




Seketika langkah Randy terhenti saat matanya menangkap dompet Prilly yang tertinggal di atas sofa. Ia menggeleng lalu mengambil dompet Prilly.

"Kebiasaan, pasti lupa" gumamnya.



Nampaknya Randy harus menunda waktu istirahatnya sejenak, ia harus mengembalikan dompet Prilly karena Prilly pasti membutuhkannya. Kembali Randy keluar dari rumahnya lalu segera masuk kedalam mobil dan mengendarainya menuju rumah Prilly.




Entah kenapa selama diperjalanan menuju rumah Prilly tiba-tiba perasaan Randy menjadi tidak enak, hingga ia melajukan mobilnya semakin kencang karena semakin lama perasaannya semakin tidak karuan. Ada rasa cemas dan khawatir yang kini Randy rasakan, ia tidak tau dari mana perasaan itu tiba-tiba muncul.




Hingga kini tidak terasa mobil Randy sudah sampai didepan pagar rumah Prilly. Ia keluar dari mobilnya sambil membawa dompet Prilly. Sempat ragu saat ia hendak masuk kedalam rumah Prilly mengingat Prilly tidak pernah memperbolehkannya untuk kerumahnya. Namun semakin lama perasaannya semakin tidak enak sehingga ia segera bergegas masuk kedalam rumah Prilly karena kebetulan pagarnya terbuka.



Kaki Randy berjalan dengan bergegas menuju pintu rumah Prilly hingga suara tangisan dan pekikan Prilly membuatnya terlonjak.




"Prilly" gumamnya cemas. Ia segera membuka pintu rumah Prilly dan dompet ditangannya seketika terjatuh saat melihat tubuh Prilly menggelinding dari atas tangga hingga terkapar diatas lantai dengan kepala berlumuran darah.





"Prilly!" pekiknya bersamaan dengan Ali. Seketika mata mereka saling bertemu. Namun kembali menatap Prilly lalu berlari kearah Prilly.





"Prill! Prilly" Ali membawa Prilly yang sudah tidak sadarkan diri kedalam dekapannya. Rasa bersalah dan cemas bercampur aduk dihati Ali. Kesakitan yang tidak pernah ia rasakan saat melihat Prilly tidak berdaya seperti ini.






"Lo apain Prilly brengsek!"

Randy mendorong tubuh Ali lalu mengambil alih tubuh Prilly.



"Prilly ya Tuhan!" Randy menatap Ali yang tidak bergeming dengan tatapan bersalahnya sedangkan Randy menatapnya sangat tajam seakan ingin membunuhnya.



"Bajingan lo! Brengsek! Apa yang udah lo perbuat?!"




Ali menggeleng, ia mengambil alih tubuh Prilly namun didorong oleh Randy hingga ia tersengkur.



"Jangan sentuh dia lagi! Bangsat lo!" Randy membawa Prilly kedalam gendongannya dan bergegas membawa Prilly kedalam mobilnya. Ia panik dan cemas melihat Prilly.






"Biar gue yang bawa Prilly kerumah sakit" Ali menahan tangan Randy saat Randy hendak masuk kedalam kursi kemudi mobil namun Randy mendorong tubuh Ali lalu duduk dikursi kemudinya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.





CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang