Hari sudah malam. Prilly yang sedang membacakan dongeng untuk Leo seketika senyumnya mengembang, melihat Leo ternyata sudah terlelap dalam tidurnya. Segera, Prilly memperbaiki selimut Leo, menariknya hingga sebatas dada, ia mengelus puncak kepala Leo dengan penuh sayang, dikecupnya kening Leo berkali-kali, entah kenapa semenjak sudah bermain basket sore tadi perasaan Prilly menjadi tidak enak, terlebih perasaan yang ia rasakan untuk anak semata wayangnya.
Prilly berusaha membuang semua perasaan cemasnya. Mungkin, ini hanya perasaan yang datang karna hubungannya dengan Ali sedang tidak baik-baik saja. Raut wajah Prilly seketika berubah murung, tidak bisa di pungkiri ia benar-benar merindukan Ali.
Dia membantin, apakah kesalahannya begitu besar hingga Ali sama sekali tidak ingin mengalah untuk tidak lagi merajuk. Prilly benar-benar di landa kegalauan yang benar-benar menyesakkan dada. Di saat perasaannya gundah gulana, ia sangat membutuhkan Ali, tapi ada sebuah gengsi yang membuatnya terkurung di dalam keadaan saat ini.
Prilly menghela nafas, membuang semua beban pikirannya, di tatapnya Leo dengan perasaan berkecamuk, di kecupnya kepala Leo berkali-kali, entah kenapa perasaan cemasnya semakin menjadi-jadi, tiba-tiba saja matanya sudah panas, ingin menangis, tapi Prilly tidak tau kenapa ia ingin sekali menangis.
Lama menatap Leo dengan mata yang sudah basah, ia tersentak ketika mendengar suara deru mobil milik suaminya. Dengan segera Prilly bangkit, berlalu pergi untuk membukakan pintu.
Pintu di buka, di tatapnya lelaki yang sudah mendiami nya 3 hari itu, tatapannya berubah sendu, tiba-tiba saja dadanya begitu sesak. Saat ini, hati Prilly benar-benar merasa kosong, tidak ada penopang di dalamnya. Sekarang perasaan Prilly berkecamuk, gundah gulana entah kenapa.
"Belum tidur?" Suara itu terdengar begitu datar hingga membuat Prilly mengerjapkan matanya berkali-kali, di tatapnya lelaki yang begitu ia rindukan dengan perasaan yang di penuhi sendu. Ternyata Ali sudah berdiri tepat di depannya, menatap Prilly tepat di manik matanya.
"Kakak" suara Prilly bergetar, bercampur rindu. Sungguh! Ia tidak mau dalam kondisi seperti ini. Dilanda dengan perasaan cemas yang entah dari mana datangnya membuat perasaan Prilly tidak terarah.
"Ya, ayo kita masuk" kemudian Ali berlalu pergi, meninggalkan Prilly yang mematung di balik pintu.
Ternyata Ali masih dengan pendiriannya, tiba-tiba saja setetes bening keluar di pelupuk matanya, di sekanya dengan cepat kemudian ia melangkah pergi mengekori Ali dari belakang.
"Kakak" Prilly sudah tidak tahan, ia tidak bisa dalam keadaan seperti ini, dengan segera ia menghadang tepat di depan tubuh Ali hingga suaminya berhenti berjalan.
"Mau sampai kapan seperti ini terus?"
Alis Ali bertaut, wajahnya begitu datar. "Maksudnya?"
Prilly menghela nafas, di tariknya Ali untuk duduk di sofa ruang tamu. "Aku ingin bicara"
"Kakak" Prilly sudah siap dengan semua uneg-unegnya, sekarang ia sudah membuang semua ego nya, ia harus menyelesaikan keadaan yang begitu canggung antara dia dan juga Ali. "Aku minta maaf, karena aku benar-benar sudah keterlaluan"
Hening. Tidak ada jawaban.
Prilly menghela nafas, di tatapnya Ali dengan begitu lekat. "Aku tau, aku sudah sangat tidak punya perasaan karna sudah mempermainkan suamiku, tapi....kakak aku benar-benar menyesal, aku ingin kita tidak lagi seperti ini" matanya berkaca-kaca, di dalamnya tersimpan kecemasan sekaligus penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRY WEDDING
FanfictionKadang hati tidak sejalan dengan logika. Kadang Cinta membuat seseorang akan melakukan apapun demi cintanya walau terdengar gila. Mengejarnya penuh obsesi, bermimpi menikah dengannya dan hidup bahagia bersamanya adalah impian semua orang yang memili...