2#sampai bertemu kembali

1K 63 0
                                    

Di suatu tempat yang gelap tanpa ada cahaya, duduklah seorang laki laki yang memakai jubah hitam. Di depan lelaki itu ada seorang bertopeng yang sedang berdiri di depanya.

"Lapor yang mulai, saya berhasil menemukan mereka" ujar pria bertopeng itu. "Benarkah?, kalau begitu kirim 1 monster s class untu membasmi mereka" perintah pria yang duduk itu dingin. "Sesuai perintahmu" ujar pria bertopeng itu, lalu menghilang di kegelapan.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Devan berjalan menyusuri hutan untuk sampai di rumahnya yang berada di bukit belakang sekolah. Sesekali dia bersiul untuk meramaikan suasana.

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan. Setelah dia di seret secara paksa dari acara bersantainya(membolos), dia harus berhadapan dengan beberapa proposal setebal buku sejarah yang harus dia revisi.

'Duaaaar'

Asap membumbung tinggi dari arah ledakan itu. 'Ledakan itu..' devan. Ketika devan menyadari arah ledakan itu, dia segera berlari menuju ledakan itu.

Api melahap sebuah rumah di depan ya. Devan hanya menatap rumahnya dengan tatapan terkejut.

'Goarrrr'

Suara raungan menyeramkan itu membuatnya menoleh ke arah suara itu. Namun belum sempat dia melihat wujud dari mahluk itu, dirinya sudah terpental menabrak sebuah pohon di belakangnya.

"Ah, sakit banget apaan sih tuh" gerutu devan sambil mengelus punggungnya. bayangan yang lebih besar dari dirinya membuat fokusnya teralihkan.

Disana, tepat di depan ya berdiri sesosok monster yang telah menyeringai memperlihatkan gigi kuning nya, dan membawa sebuah kapak berkarat yang sangat tajam.

Monster itu mengayunkan kapak nya untuk menebas kepala devan. Sementara devan hanya pasrah dan mulai menutup matanya.

1

2

3

4

'Eh, apakah aku sudah mati?' Batin devan. Dengan mengumpulkan segenap keberanian yang ada, devan membuka matanya dengan perlahan.

"Hey sampai kapan kau mau tidur" ucap seseorang yang sangat dikenalnya. "Se-sedang apa kau di sini?"tanya devan. "Sudahlah tak usah banyak tanya, ikut aku" perintah siva. "Dimana monsternya?"tanya devan. Sementara siva hanya menunjuk seonggok daging di belakangnya. Devan hanya menatap horor seonggok daging tersebut.

"Kau mau berdiri di sana dan menjadi patung, atau menemui ibumu hah!!!"teriak siva yang ternyata sudah jauh di depanya.

"Hey, tunggu aku!!!"teriak devan. Mereka sampai di sebuah gubug reot yang berada jauh di tengah hutan.

"Masuklah sendiri, aku hanya mengantarmu" ujar siva. "Kau mau kemana?" Tanya devan khawatir. "Aku harus mengurus beberapa urusan" ujar siva.

"Kau tak akan meninggalkan ku kan?" Tanya devan lagi. "Sih dasar bawel, tentu saja tidak, mungkin satu minggu lagi kita akan bertemu" balas siva dengan kesal. Tiba tiba devan memeluknya sangat kencang.

"Aku akan merindukan mu" ujar devan sambil melepaskan pelukanya. "Aku mempunyai sesuatu untuk mu" ujar siva. Dia mengeluarkan sebuah surat dengan lambang perisai dengan 2 pedang yang saling bersilangan di depanya.

"Berikan surat ini untuk ibumu, dan ini untuk mu" ujar siva sambil menyerahkan surat tadi dan sebuah kotak persegi panjang kecil.

"Sekarang pergilah, cepat ibu mu menunggu mu" suruh siva. "Ta-tapi..."
"Sudahlah, cepat jangan buat ibu mu tambah khawatir" ucap siva. "Hah, baiklah" ucap devan sedikit tak rela.

Devan memasuki gubug reyot itu. Di dalam sana sudah terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang berjalan mondar mandir dengan gelisah.

"Ibu?" Panggil devan. Wanita itu menoleh dan menghela nafas lega. "Syukurlah kau tak apa, apa kau terluka?" Tanya ibu devan. "Tidak, tadi siva menitipkan sebuah pesan" ucap devan sambil memberikan surat tadi.

Ibu devan membacanya dengan seksama dan tak terlewat sedikit pun. 1 menit kemudian ibu devan selesai membaca surat itu dan memasukanya kembali ke amplop nya.

"Ibu apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Tanya devan penasaran. Terlihat ibunya menghela nafas panjang.

"Sebenarnya.......
.
.
.
Di lain tempat, siva sedang mengawasi dari luar gubug dengan duduk di salah satu pohon.

Tiba tiba instingnya menjerit mengatakan bahwa ada bahaya di belakangnya. Dengan segera ia menghunuskan pedangnya ke arah belakang dan hampir menebas sesosok berubah hitam.
"Wah, reflek yang bagus tuan putri" puji sosok itu. "Kau! Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya siva datar plus dingin. "Yah, mengawasi anak buah ku, tapi sepertinya mereka gagal menjalankan tugasnya" jawab sosok itu santai.

"Selama aku masih hidup tak akan ku biarkan kau menyentuh mereka seujung jari pun" geram siva sambil mengeratkan peganganya pada gagang pedangnya.

"Well, kita lihat saja nanti" ujar sosok itu lalu menghilang menjadi abu yang di terbangkan oleh angin.

Blue roseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang