13# pembukaan event

587 36 0
                                    

Devan mengucek matanya yang masih mengantuk. Andaikan event tidak di mulai jam 5 pagi, dirinya pasti sekarang ini masih bergelung dengan nyaman di atas kasur empuk miliknya.

Sesekali dia menguap tanpa menutup mulutnya dengan tangan. Biasanya, lusi akan mengomeli habis habisan jika di tidak menutup mulutnya ketika menguap.

"Kenapa wajah kalian kusut begitu? Ayo! Semangat!" Luna datang memberi semangat dari arah dapur sambil meletakan beberapa piring berisi lauk pauk.

Devan dan austin saling berpandangan, lalu mengepalkan tangan dan mengangkat tangan mereka dengan gerakan slow motion yang terlihat loyo.

"Semangaaaaa~~"

Riana terkekeh geli ketika mendengar nada tanpa semangat yang di ucapka dua orang lelaki dari kelompoknya.

Tiba-tiba, dia teringat sesuatu ketika melihat salah satu kursi yang kosong di hadapnya.

"Kemana pembimbing kita yang paling 'baik' dari pada yang lain ini?" Dia bertanya dengan sedikit sarkasme. Jujur, dia sebenarnya ingin menguliti hidup-hidup pembimbingnya ini. Dari kemarin, jam latihan mereka di tambah agar mereka tidak ketinggalan team lain.

'Apanya yang ketinggalan? Malahan kita yang mendahului terlalu jauh team yang lain' batinya mencibir saat itu.

"Kemarin katanya, dia tidak akan pulang untuk mengurus event" lusi menjawab sambil mendudukan diri di meja makan.

Lusi lalu memberikan isyarat kepadanya agar membangunkan mereka dengan sihir element nya.

Riana menytujuinya, lalu mengankat tanganya tinggi tinggi. Dalam hitungan detik kemudian, rian mengayunkan tanganya kebawah, bersamaan dengan guyuran air yang mengenai Devan dan austin, yang entah datang dari mana.

__________

Siva menggosokan kedua tanganya agar hangat. Dia bersumpah, akan membuat para peserta event kali ini 'meninkmati' apa yang telah ia buat.

Sesekali dia menghembuskan nafasnya yang membentuk uap putih keudara. Di hutan ini, selalu saja memiliki suhu eksytrim di pagi hari.

"Cepat kumpulkan semua murid!!"

Maka dari itu, dia membuat para murid berkumpul di lapangan yang berada di tengah hutan untuk merasakan 'segar' nya udara di pagi hari ini.

"Kau gila ya, menyuruh mereka berkumpul di hutan dingin ini?"

Tanpa menatapnya pun, siva sudah tau siapa yang melontarkan satu pertanyaan lengkap dengan nada sinis itu.

Hanya ada dua orang yang akan berkata seperti itu kepadanya. Yaitu, Devan dan...,

"Jika kau bertanya tentang kadar kewarasan ku, maka jawabanya, aku masih waras"

Stevan.

Entah kenapa orang ini memiliki sifat yang hampir mirip dengan Devan. Yaitu, selalu bisa membuat nya kesal.

Dan, siva tidak suka itu.

Sifat itu selalu bisa membuat hatinya yang membeku kembali menghangat walau hanya sedikit saja.

Siva tidak suka itu.

Kenapa mereka tidak meninggalkan dia sendiri saja seperti dulu. Seperti...,ketika mereka meninggalkanya di tempat itu.

Dia selalu sendirian, dan itu bagus untuknya. Setidaknya, ketika dia mati nanti, tidak akan ada yang akan mengiringinya dengan tangisan.

"Jangan melamu"

Siva tersentak kaget. Dilirikny orang yang bersandar pada pohon di pinggir lapangan yang sedang menutup matanya.

"Itu urusanku, dan cepatlah pergi dan kumpulkan para murid, biarkan aku 'sendiri' di sini" siva memberi usiran halus berupa perintah kepada stevan.

Blue roseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang