Mereka hanya mengira itu sebuah nama saja. Blue rose, bunga ajaib yang katanya bisa mengabulkan 1 permintaan kalian. Orang jaman dulu menganggap itu adalah hal yang tabu. Jaman sekarang, legenda itu sudah menghilang seiring dengan berjalanya waktu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Blue Rose
Chapter 24 : Red Tears
(Story#3)
Lucifer.
Malaikat yang jatuh dari surga karena membangkang kepada Tuhan. Tentu saja Luanth mengetahuinya. Namun, yang tidak dia ketahui adalah kenyataan bahwa dia membangkang kepada Tuhan karena seseorang telah menipunya.
"Malaikat itu seperti kertas yang masih putih yang masih terbungkus dengan plastik bersegel. Ketika kau bisa membuka segelnya, maka itu adalah akhir dari kertas putih itu...."
Lelaki itu berkata dengan seringai puas di wajah nya.
"....Begitu juga dengan Malaikat. Ketika kau berhasil meracuni pikiran mereka, maka itu adalah akhir dari sayap putih mereka, hahahaha!!"
Luanth tidak menyukainya. Semua yang dimiliki oleh lelaki itu, Luanth tidak menyukainya. Cara tertawanya, gaya bicaranya, terlebih lagi wajahnya. Wajah penuh sayatan yang terlihat menyeramkan dimatanya. Namun, yang paling tidak dia sukai dari lelaki itu adalah ketika dia mengolok-olok seorang Malaikat dengan mudahnya, seolah mereka bukan apa-apa.
"Dan akhirnya! Aku bisa mendapatkanya! Bunga terkutuk dari Malaikat yang telah terkutu-AGRH!!"
Dalam kedipan mata, Luanth sudah menancapkan pedangnya di perut lelaki itu. "Bisakah kau diam dan tenang? Teriakanmu menyakiti telinga ku"
Lelaki itu mendelik kearah nya.
"Kau! Dasar tidak-AGRH!!!"
Luanth memutar gagang pedangnya. Pria itu kembali menjerit kesakitan. Luanth tidak peduli. Jika dia mau pun sekarang dia bisa memusnahkan 3 kerajaan sekaligus tanpa bantuan orang lain. Heh, jangan remehkan dia. Bahkan tanpa sihir pun, dia masih bisa membunuh orang dengan mudahnya.
Lelaki itu melayangkan tinjunya. Namun belum sempat tinju itu menyentuh permukaan kulitnya, tangan lelaki itu telah lepas dari badanya. Benar, Luanth memotongnya. Seolah kehilangan tanganya bukan hal yang besar, lelaki itu menembakan sihir hitam dari tangan lainya.
Luanth dengan sigap melompat kebelakang dan membelah sihir tersebut dengan pedangnya. Anak berumur 9 tahun yang pandai memainkan pedangnya, itulah Luanth. Luanth memamerkan senyumanya. Senyuman yang terlihat mengerikan untuk anak berumur 9 tahun.
"Apa kau tidak tau nama lain dari White Tower?"
Lelaki itu mengerutkan keningnya.
"Tentu saja aku tau! Kau pikir aku orang bodoh?! Dasar anak kecil!"
Luanth kembali tersenyum. "Jika sudah tau? Kenapa masih nekat datang kesini?" Tanyanya dengan nada santai. Sesekali tanganya akan memutar-mutar pedang nya seolah itu bukanlah mainan berbahaya.