Devan pov
Hari ini, sekolah membebaskan semua muridnya. Mungkin jika tidak ada latihan sialan itu, aku sudah membolos dari tadi.
"Jangan melamun, jika kau dalam pertarungan sesunguhnya, kau harus memfokuskan dirimu"
Ugh! Aku benci mengatakan ini, tapi memang dasarnya di sini siva lah yang lebih senior.
"Berisik!" Umpatku sambil terus menyerang. Saat ini aku sedang melakukan adu pedang dengan siva, anggota yang lain sedang mengasah kemampuan yang lain.
"Pertahanan mu di bagian perut, kaki, dan tangan masih kurang!" Teriak siva lagi sambil terus menyerang. "Reflek mu harus lebih di tingkatkan!!" Teriak siva lagi, lagi dan lagi.
Susah!! Bagaimana mungkin dia masih sehat walafiat, sedangkan aku sudah terkena gores sana sini? Pantas saja lusi sangat mengagumi kembaranya ini.
Tanpa sadar aku menengok ke arah lusi yang sedang berlatih memanah. Memandangnya dari jauh saja, sudah cukup buat ku.
"Jangan hilang fokus, bodoh!!!"
Entah perasaan ku saja, atau memang mood siva sangat buruk hari ini??
"Sudah kubilang berkali kali, lengah sedikit bisa membunuhmu tau!!!"
Lihat? Bahkan pedangnya itu hampir saja memenggal kepala ku. "Untuk hari ini sudah cukup" ujarnya tiba tiba.
Padahal latihan ini, baru di mulai 30 menit yang lalu. Aneh, biasanya kami berlari maksimal 3 jam sehari. Padahal, team yang lain tidak sekeras itu.
"Semua berkumpul!!!" Perintah siva. Kami berkumpul membentuk garis lengkung. "Ada apa?" Tanya austin.
"Hari ini kalian latihan sendiri"
Eh? Tidak biasanya. "Kenapa?" Kali ini lusi yang bertanya. "Aku ada janji. perintah ku sekarang, Kembangkan serangan elemen kalian, baik serangan jarak jauh atau jarak dekat, asah kemampuan kalian dalam bersenjata, dan otak kalian. Percayalah itu akan sangat berguna untuk event kalo ini" cercosnya sebelum berbalik meninggalkan kami di lapangan.
Hening.
"Jadi, apa maksud dari asah kemampuan otak kalian itu?" Suara austin memecah keheningan itu. Bodoh, begitu saja tidak tau.
"Itu artinya, dalam event tahun ini, terdapat teka teki untuk menang. Iya kan, riana?" bukan aku yang menjawab tetapi lusi. Memang, diantara kami, dialah yang paling berkepala dingin.
"E-eh, ah! Iya"
Entah perasaanku saja atau, riana jadi lebih pendiama sejak kita berhenti latihan.
"Apa kalian merasakannya?" Tanya riana tiba tiba. Eh! Merasakan apa?. "Merasakan apa?" Tanya austin balik. "Aku merasakan bahwa, emosi siva meluap sejak adu pedang dengan Devan tadi" jawab riana. Jujur, aku juga merasakan hal yang sama.
"Menurutku dia seperti biasa" austin dan ketidak pekaanya. "Melihat dia membentak Devan, dan cara nya menyerang Devan yang terkesan emosi, kurasa kakak memang sedang ada masalah" jawab lusi.
Benar, dia pasti sedang dalam masalah. Apalagi, event yang akan datang sebentar lagi, pasti dia sangat pusing.
Dan dari yang ku dengan dari lusi, dia itu ketua divisi khusus penjaga semua kerajaan. Semoga dia tidak mati muda.
Devan pov end
.
.
.Siva pov
Masalah? Ya! Aku punya banyak sekali masalah pribadi yang membuat ku frustasi. Apalagi tadi, dia memandang adiku, padahal dia sedang bertarung dengan ku!

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue rose
FantasyMereka hanya mengira itu sebuah nama saja. Blue rose, bunga ajaib yang katanya bisa mengabulkan 1 permintaan kalian. Orang jaman dulu menganggap itu adalah hal yang tabu. Jaman sekarang, legenda itu sudah menghilang seiring dengan berjalanya waktu...