Rambut perak dengan semburat birunya berkibar dengan lembut. Wajahnya yang kecantikannya tidak bisa di bandingkan dengan mahluk apapun sangat mempesona di bawah sinar matahari. Bibirnya yang berwarna pink pucat itu menyunggingkan senyum dingin. Mata birunya bekilat kejam, namun masih ada sedikit kehangatan di sana. Sungguh pahatan yang sempurna.
Gadis itu menaikan tudung jubahnya sampai menutupi seluruh wajahnya yang sempurna. Menutup semua aura dingin dan hangat yang tadi keluar dari tubuhnya, dan menyisakan aura dingin yang mencekam.
Seperti, malaikat kematian
________________________
Devan hanya mengigiti kukunya seperti orang frustasi. Semua orang juga sibuk memutar otaknya untuk masalah ini.
"Emm, bagaimana kalau cari jalan memutar saja?" usul lusi sambil memandang sekitar tanpa menoleh kebelakang.
"Memangnya kau tau ini di mana?" austin menanggapi dengan balik bertanya. Padahal, seharusnya dia tau dimana dia.
"Daya observasi mu kurang sekali" devan mengejek. Austin mendelik sebal. "Um, sebenarnya aku juga tidak tau ini di mana" cicit riana sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal.
"Kalian cocok sekali jadi pasangan seumur hidup" lusi menanggapi sambil tersenyum manis. Bukan bermaksud mengejek, tapi hanya memuji. Lihat saja dirinya dan devan, tidak ada sifat yang bisa di miripkan.
"Ini di gedung sekolah, tepatnya di kelas 3-E" ujar devan menjelaskan. Riana menganguk mengerti.
"Tapi, jalan memutar jika dari sini sangat jauh, 2 atau 3 koridor lagi" ujar austin memberikan opininya. "Lagipula, jika kita meninggalkan kertas itu disini, aku takut akan ada yang mengambilnya, kesempatan sudah di depan mata lho!" sahut riana.
Akhirnya, semua tidak mendapat solusi yang Bagus untuk mengambil kertas itu. Padahal itu hanya sebuah kertas lho! Mungkin jika itu devan yang dulu, sudah pasti akan mengabaikannya, tapi semua orang bisa berubah kan? Satu kertas dapat mendamaikan Negara perang jika isinya surat perdamaian. Satu kertas berisi ultimatum dapat memukul mundur para-
Tunggu dulu!
Tiba-tiba devan menjentikan jarinya. Semuanya menoleh. Devan tersenyum sangat lebar.
"Aku punya ide!" serunya bahagia. Semua memandang devan penasaran. Mendapat tatapan penasaran dari semuanya, devan merasa bangga di dalan hati. Tidak sia-sia dirinya menjadi wakil ketua osis selama 1 tahun.
Apa hubunganya?
"Bagaimana kalau kita berjalan mundur saja?!" usul devan. Semua saling berpandangan. Lalu, austin mengajukan pertanyaan yang membuat devan merasa bangga karena-
"Tapi kan, kita tidak boleh menengok kebelakang?"
-merasa dirinya dapat berpikir jauh ke depan.
"Makanya, kita jalan mundur saja!" sekali lagi, devan berucap dengan bangga.
"Tapi kan-"
"Dengar, " potong devan. "Dia bilang, kita tak boleh menengok kebelakang, bukan berarti kita tidak boleh berjalan mundur kan?" jelas devan.
"Kau memang hebat" lusi memberi pujian. "Jadi, siapa yang ingin mencoba berjalan mundur?" tanya austin. Semua memandangnya dengan tatapan penuh arti.
"A-apa?"
"Ayolah, kau pasti sudah tau yang ku maksud" riana memutar bola matanya malas. "Tapi, jika nanti terjadi sesuatu padaku bagaimana?"
"Tenang saja," devan memberikan tatapan simapati yang di buat-buat. "Aku akan memberimu tiga tetes air mata dan satu buket bunga setiap hari di makam milik mu" setelah itu devan tertawa keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue rose
FantasyMereka hanya mengira itu sebuah nama saja. Blue rose, bunga ajaib yang katanya bisa mengabulkan 1 permintaan kalian. Orang jaman dulu menganggap itu adalah hal yang tabu. Jaman sekarang, legenda itu sudah menghilang seiring dengan berjalanya waktu...