19#light

558 43 2
                                    

Siva membuka matanya perlahan. Matanya memandang langit-langit kamarnya yang Indah cukup lama.

"Ternyata sudah bangun"

Tubuh siva sedikit terlonjak kaget ketika mendengar suara laki-laki disekitarnya. Dia menolehkan kepalanya ke arah kiri.

"Semua sedang berpesta dibawah, sedangkan aku harus menungguimu di sini"

Stevan menghela nafas pelan. 3 jam yang lalu, siva pingsan dengan tubuh yang sepanas magma di gunung berapi.

Bahkan, stevan juga kesulitan membawanya kekamar karena suhu tubuh siva yang panas.

"Pergi saja"

"Huh?"

Siva merubah posisinya menjadi duduk lalu menghela nafas. "Sudah kubilang kan, pergi saja. Aku tidak perlu dijaga, memangnya anak kecil? Dasar!"

Stevan bertepuk tangan dua kali. "Melihat mu sudah mulai marah-marah begini, kurasa kau memang sudah sembuh"

Siva melirik stevan dengan tatapan tajam. "Aku tau kalau aku tampan, tapi jangan melirikku seperti itu"

"Dasar narsis"

"Ayo keluar, semua sudah menunggu di tengah hutan" ajak stevan sambil tersenyum tipis.

Siva menggeleng. "Kenapa aku harus ikut? Mereka kan sedang merayakan berakhirnya event, aku tidak ada hubunganya" tandasnya.

"Yah, terserahmu lah, aku cuma mengajak"

Stevan bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju pintu.

"Hey"

Langkahnya terhenti ketika mendengar suara serius di belakangnya.

"Siapa... "

Stevan membalikan badanya dan melihat siva menatapnya dengan tatapan tajam.

".....nama aslimu?"

Tubuh stevan menegang. Nama aslinya. Dia tidak pernah berfikir bahwa suatu saat akan ada orang yang menanyakannya.

Bukan berarti nama lamanya tidak berharga, tapi nama yang sekarang adalah nama pemberian Raja dari clover kingdom.

Sebuah nama yang sama dengan milik Raja dari crystal kingdom. Dia tidak pernah menolak nama itu dan juga tidak bisa melupakan nama lamanya.

"Kenapa kau bertanya tentang itu?"

Siva mengalihkan pandangannya kearah jendela sambil tersenyum kecil. Senyuman yang mampu membuat stevan terpaku sejenak.

"Hanya ingin tau"

Stevan membalikan badanya lalu berjalan lagi menuju pintu. Tanganya sudah akan menyentuh gagang pintu itu. Tapi berhenti. Tangan itu hanya mengambang di tengah jalan.

"Namaku....."

Stevan mengatur nafasnya supaya lebih tenang. Lalu dengan yakin membuka pintu itu.

"......nathan"

Lalu pintu itu tertutup dengan debuman pelan.

Ruangan itu kembali hening. Siva masih saja menatap kearah jendela.

"Habisnya.... "

Siva menutup kedua matanya. Perlahan air mata mengalir dari kedua bola matanya.

"....aku ingin menjadikanya kenangan yang Indah"

Siva menghapus air mata yang mengalir lalu tersenyum kecil seperti biasa.

"Nathan ya?" guman siva pelan.

Blue roseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang