8#the reaper

710 50 0
                                    

"Kok serem gitu ya" ujar austin sambil bergidik ngeri. "Alah, paling cuma nama doang yang nyeremin, tapi mental nya kayak anak bayi" balas devan dengan nada meremehkan. "Oh ya, kita lihat aja nanti" ujar siva dengan senyum misterius membuat semua orang penasaran. "Jalan jalan yuk aku sudah selesai makan nih" ajak lusi.

"Ayo" ujar semua minus siva. "Duluan aja aku gak mau jadi obat nyamuk" ujar siva sambil menulis sesuatu di kertas laporan. "Dasar jones" ejek devan. Yang lain hanya bisa menghela nafas.

'Bentar lagi perang dunia nih' batin ketiga nya.

"Terserah, aku masih mau nulis laporan buat di serahin kepala sekolah" balas siva dengan ketus. "Yaudah ayo, udah gak sabar nih" ajak riana antusias. Mereka pun berbalik dan mulai melangkah pergi.

"Tunggu!!" Seru siva membuat mereka menghentikan langkahnya. "Apaan mau ikut" ujar austin kesal. "Jam 8 kalian harus kembali, atau terima hukuman ya" peringkat siva dengan suara seram.

"Iya iya dasar bawel" ujar devan sambil memutar bola matanya malas. Setelah mereka pergi siva pun juga mulai beranjak pergi untuk mengantar laporan ke kepada kepala sekolah.
.
.
.
Jam sudah menunjukan pukul 8 malam. Lusi, devan, austin, dan riana sudah pulang dari acara berkeliling nya 1 jam yang lalu.

"Nih anak kemana sih, suruh pulang jam8 eh dia nya yang gluyur dasar" gerutu devan. "Lagi ngumpul sama temen ya tadi" ujar riana tiba tiba. "Tau dari mana?" Tanya lusi. "Tadi itu..."

Flashback

Riana dan austin sedang berjalan menyusuri kelas untuk melihat kelas yang akan mereka tempati. Tiba tiba suara gaduh di kelas D membuat mereka penasaran.

"Apaan tuh" ujar riana penasaran. "Gak tau samperin aja yuk" ajak austin. Mereka pun menghampiri asal suara itu.

"Woy kitsune, kau curang"
"Kitty, inilah permainan"
"Khukhukhu, bisa diam gak nanti ku makan lho khu khu khu"
"Aaaa, kartu ku habis"
"Princess blue rose, lebih baik kita mulai dari awal"
"Oke"

Mereka yang melihat itu hanya bergidik ngeri. Apalagi melihat seorang laki laki berwajah seperti pisikopat.

"Oke aku gak mau berurusan sama the reaper" bisik riana dan mulai melangkah pergi. "Sama aku juga, apa lagi laki laki itu, wajah nya seperti pisikopat" balas austin.

Flashback off

"...dan aku udah menanamkan sebuah peraturan, bahwa jangan pernah membuat masalah dengan mereka" cerita austin.

Tiba tiba pintu di buka dan menampilkan siva yang berdiri di ambang pintu.

"Sorry telat, tadi ada urusan" ujar siva dengan watados. "Urusan apa main" balas devan kesal. "Dua dua nya" ujar siva polos membuat yang lain kesal.

"Oke gak usah basa basi" ujar siva serius. Membuat yang lain menjadi serius. "Aku gak akan mengulanginya 2 kali, jadi dengarkan baik baik" peringat siva. "Dan jangan menyela" tambah siva ketika devan akan membuka mulut.

"Peraturan sekolah, jangan terlambat masuk kelas, dan jangan bolos" ujar siva sambil memandang tajam ke arah devan. "Aku mengerti" ujar devan cepat. "Makanan akan ada di meja makan pada jam 7 pagi, 12 siang, dan 8 malam" ujar siva sambil menghela nafas. "Di pagi Hari kalian akan belajar menggunakan teori, semua teori yang di pelajari akan di praktikan bersama ku" lanjut siva.

"Baiklah itu saja, sekarang mari makan" ajak siva menuju ruang makan.
.
.
.
Hari pertama sekolah telah di mulai. Mereka sekarang sudah berada di ruang kelas. "Ada yang aneh dengan kelas ini" guman devan namun masih bisa di dengar oleh lusi. "Ada apa?" Tanya lusi.

"Kau lihat meja bundar di pojok ruangan" tunjuk devan. "Ya kenapa?" Tanya lusi yang masih bingung. "Kenapa ada meja bundar di sini, dan siapa yang akan menduduki nya?" Tanya devan penasaran. "Mungkin itu akan menjawab pertanyaan kalian" ujar austi sambil memandang ke depan.

Di depan pintu berdiri, lima orang anak dengan penampilan yang berantakan. Siva memakai baju seragam namun tidak di masukan, rambut yang di ceool asal asalan, lengan seragam yang di gulung sebatas siku, serta jubah putih yang di sampirkan di bahu.

Di sebelah kirinya seorang perempuan yang lebih normal dari yang lain. Di memakai baju seragam berwarna merah di balut jubah putih, serta tangan kanan yang selalu memegang cermin. Merlina dengan nama julukan kitty.

Di sebelah kanan siva, seorang laki laki dengan rambut acak acakan berdiri sambil membawa belati kecil, selalu menyeringai kecil. Dia adalah felix dengan nama julukan psyco.

Di sebelah kiri Merlina, seorang laki laki yang selalu tersenyum licik berdiri. Dia bernama rean dengan nama julukan kitsune.

Merek berempat berjalan menuju meja bundar itu dan duduk melingkar, bersamaan dengan itu seorang guru memasuki ruanga.

"Selamat pagi" salam guru itu. "Pagi" jawab anak anak. "Perkenalkan nama saya adalah bara" ujar mr bara. Dan pelajaran pun di mulai. Selama beberapa saat suasana hening hanya ada suara benda tipis yang di lempar. Sampai....

"Ih~ kau curang" ujar Merlina dengan suara cempreng. "Aku tidak curang, aku hanya berfikir cara terbaik" sangat rean. "Jika aku menang akan ku potong kalian khi khu khu" ujar felix dengan tawa seorang pisiskopat.

"Diamlah, lihat kartu ku habis nih" ujar siva. Semua orang di sana hanya bisa menjaga lebar kecuali untuk para senior yang sudah mengenal mereka.

"KALIAN!!!"

"KELUAR SEKA-"

'kring kring kring'

"Untuk tem blue rose ikuti aku" perintah siva sambil berlalu pergi diikuti the reaper.

"Wah, lihat adik mu siva, pasti darahnya sangat manis khu khu khu" ujar felix sambil melihat kearah lusi membuat lusi bergidik takut. "Kau sentuh dia, ku potong tangan mu" ancam siva.

"Apa kalian tidak punya murid untuk di bimbing?" Tanya austin. "Bukan tidak punya tapi tidak boleh" jawab Merlina.

"Kenapa?" Tanya riana. "Oh ayolah, apa kalian mau memiliki senior yang suka membunuh, berdandan, dan berfikiran licik, tidak kan" jawab siva sekenanya. "Kau menyindir kami" ujar Merlina dengan nada mengintimidasi. "Kenyataan" jawab siva santai.

"Baiklah kita sampai, persiapkan diri kalian" ujar siva.

"Karena aku akan membuat team kalian, berjaya seperti the reaper"

Blue roseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang