Stevan pov.
Orang ini berbahaya.
Saat pertama kali aku melihatnya, kupikir itu siva. Tapi, dia berbeda. Dia lebih berbahaya dari siva. Dia lebih hebat dari siva.
Dulu, sewaktu aku bertemu siva, sebenarnya aku tidak benar-benar berfikir bahwa dia adalah musuh. Aku hanya ingin menguji kemampuanya.
Aku masih bisa mengimbanginya, walau dia sedikit lebih kuat dari aku. Tapi orang di depan ku ini, levelnya berbeda sangat jauh dengan ku.
Tidak mungkin aku menyerangnya. Karena sudah pasti, hasil akhirnya adalah kekalahan ku.
"Itu, buku milik ku"
Aku terkejut ketika mendengar suara dinginya. Pandanganku tertuju pada buku tua yang berada di gengamanku.
"Bagaimana aku tau kalau kau tidak membohongiku?"
Aku menatapnya dengan penuh selidik. Luanth–gadis di depanku–terkekeh pelan. Suaranya sangat Indah jika saja dia tidak dingin.
"Di halaman pertama tertulis namaku"
Aku membuka halaman pertama. Di sana namanya tercetak jelas dengan huruf latin yang Indah.
"Oh, benar"
Aku mengulurkan buku itu. Dia dengan pelan mengambil buku itu. Aku merasa, setiap gerakan yang dia ambil selalu penuh dengan kehati-hatian.
"Aku menjatuhkannya di event tadi, syukurlah kalau ada yang menemukanya"
Aku mengganguk mengerti. Mungkin, dia adalah pengawas tambahan yang di maksud siva.
Tiba-tiba luanth terkikik geli. Kedua pipinya membentuk lesung yang manis.
"Aku akan pergi duluan" ujarku tidak mau berlama-lama disana. Lagipula aku merasa tidak nyaman dengan suasana ini. Walaupun dia memiliki sifat santai tapi sifat dinginya lebih mendominasi dirinya.
Aku berjalan menuju pintu keluar. Lalu menutup pintunya dengan pelan. Sangat pelan.
Stevan pov end.
Luanth menatap pintu yang tadi ditutup oleh stevan dengan senyum kecil. Lalu berbalik menuju jendela tempatnya tadi.
"Waktu ku tinggal sedikit"
Luanth mendengus geli.
"Kau tidak menyadarinya, huh?"
Angin dengan lembut mengibarkan rambut perak kebiruanya.
Matanya memandang jauh ke hamparan hutan didepanya. Luanth memandan kedua tanganya yang putih seperti kertas.
"Bagaimana mungkin kau begitu Indah.... "
Air mata menetes dari bola mata sedingin es itu.
"....setelah kau membunuh ribuan orang?"
Air matanya kembali menetes. Satu tetes, tiga tetes dan kali ini semakin deras.
Luanth menangis tanpa suara. "Jika pada akhirnya aku hanya akan menjadi mesin pembunuh, untuk apa aku di lahirkan?"
"Kau dilahirkan untuk membersihkan dosa di dunia ini. Kau dilahirkan untuk dihormati bukan dibuang"
Luanth mengerjapkan matanya cepat. Setiap kali dia bertanya apa artinya dia hidup, kata-kata neneknya selalu terngiang di telinganya.
"Nenek benar, jika bukan aku, siapa lagi?"
Luanth tersenyum tipis. Lalu kembali menaikan tudung jubahnya sampai menutupi seluruh wajahnya.
"Saatnya bertugas"
________________________

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue rose
FantasyMereka hanya mengira itu sebuah nama saja. Blue rose, bunga ajaib yang katanya bisa mengabulkan 1 permintaan kalian. Orang jaman dulu menganggap itu adalah hal yang tabu. Jaman sekarang, legenda itu sudah menghilang seiring dengan berjalanya waktu...