Matahari bersinar sangat terik. Awan pun enggan untuk menutupi sinarnya.
Bunga-bunga bermekaran. Daun-daun kering berguguran.
Langit tidak menangis. Langit tidak menangis untuk seorang siva. Seorang yang tangguh, dan berani.
Bahkan, ketika peti mati mulai diturunkan pun, matahari tetap bersinar dengan teriknya. Seolah tidak terjadi apa-apa.
Devan memandang kosong kearah gundukan tanah yang telah memendam sahabatnya.
Pemakaman sudah selesai beberapa saat lalu. Tidak ada yang tau tentang kematian siva kecuali para keluarga kerajaan dan anggota divisi rahasia.
Pemakaman berjalan dengan hening. Bahkan sampai peti mulai tak terlihat pun, tidak ada yang mengeluarkan suara. Sekalipun Raja dan Ratu. Mereka hanya memandang sedih peti itu.
Satu persatu semua meninggalkan pemakaman. Meninggalkan mereka berdua disini.Lusi dan devan.
Mereka berdiri di depan gundukan tanah dengan terik matahari yang menyengat kulit.
Hening.
Suara kicauan burung gagak terdengar siang itu.
"Apa kakak ku akan bahagia?"
Lusi bertanya dengan hampa. Air matanya sudah mengumpul dipelupuk matanya.
Melihat sendiri bagaimana kakaknya menderita, membuat dia merasakan sakit yang sama.
Benar kata orang. Anak kembar memiliki ikatan batin yang kuat.
"Aku.... Tidak tau"
Devan menundukan kepalanya. Tidak berani melihat raut wajah gadis di sampingnya.
Semua ini salahnya. Andaikan waktu itu dia tidak lari. Tapi, bisa apa dia?
Walupun dia tidak lari, ujung-ujungnya dia hanya akan menjadi penghalang saja.
Sebuah tangan mungil menggengam tangganya. Devan reflek memandang lusi dengan terkejut.
"Kita harus menjadi kuat, untuk melindungi semuanya"
Walaupun tersenyum, matanya tetap meneteskan air mata.
Devan balas menggenggam erat tangan itu, dan menarik sudut bibirnya untuk membuat sebuah senyum kecil.
"Kau benar, tuhan sedang menguji kita"
Lalu mereka berpelukan. Didepan sebuah makam baru yang menyimpan perasaanya dalam diam.
________________________________"Aku merasa sedih"
Rean menyandarkan punggungnya di pohon depan dekat gerbang pemakaman.
"Tidak hanya kau, kami pun juga" stevan menimpali. Walaupun raut wajahnya terlihat biasa, jauh didalam hatinya dialah yang merasa paling kehilangan.
Padahal baru kali itu dia bisa merasakan yang namanya senang. Senang karena ada yang lebih kuat darinya, senang karena ada yang bisa membuatnya mengeluarkan emosi, senang karena ada yang bisa membuat dunia yang dilihatnya bukan sekedar hitam putih, senang karena........
Entahlah, stevan tidak tau. Terlalu senang sampai-sampai sedihnya terasa sampai tulang nya.
"Yang penting, kita harus tetap menjalankan perintahnya" ujar stevan tegas. Mereka bertiga mengangguk.
"1 minggu lagi, kumpulkan semuanya. Sekarang, bubar!!!!"
Lalu semuanya menghilang. Stevan tetap berdiri di depan gerbang pemakaman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue rose
FantasíaMereka hanya mengira itu sebuah nama saja. Blue rose, bunga ajaib yang katanya bisa mengabulkan 1 permintaan kalian. Orang jaman dulu menganggap itu adalah hal yang tabu. Jaman sekarang, legenda itu sudah menghilang seiring dengan berjalanya waktu...