"Baiklah aku akan mengetes kemampuan kalian" ujar siva. "Caranya?" Tanya lusi. "Lawan aku bersama sama" jawab siva santai. Semua melotot mendengar itu semua. "Hoy, itu tak adil, masa 1 lawan 4 kalah jumlah" protes devan. "Kau terlalu meremehkan ku, ingat aku bisa mengendalikan semua elemen tanpa terkecuali" ujar siva dengan sebal.
"Ingat tanpa pedang" tambah siva semua pun mengangguk. Semua mengambil posisi untuk menyerang. "Dan.......... MULAI!!"
Devan menembakan bola api sangat banyak ke arah siva. Siva hanya menyeringai. Dengan sekali ayunan tangan bola tersebut membeku menjadi kristal es.
"Mustahil, bagaimana bisa es membekukan api" ucap austin tak percaya. "Itu bukan es melainkan elemen kristal" jawab lusi. Yaitu adalah elemen kristal. Elemen yang hanya di miliki oleh keluarga kerajaan kristal.
"Akan ku coba" ujar lusi. Lusi merentangkan tangan ya dan muncul lah naga kristal yang sangat besar menerjang kearah siva. Karena tidak bisa menghindar siva melompat ke atas. Tanpa di duga dari atas sudah menunggu tornado angin yang di buat austin.
Mata siva membola melihat itu. 'Tidak ada cara lain' batin siva. Dan akhirnya siva pun terperangkap dalam tornado angin. Namun perlahan tubuh siva berubah menjadi kelopak mawar biru.
Membuat semua orang terkejut. "A-apa yang terjadi?" Tanya devan terkejut. "Aku sudah tau, tidak mungkin dia dijuluki princess blue rose tanpa alasan" jawab riana yang sudah pulih dari rasa terkejut.
"Aku punya ide" ujar riana. Semua mendengarkan baik baik apa yang di bisikan riana. "Mengerti?" Tanya riana. Semua mengangguk.
Kelopak mawar yang berterbangan berkumpul membentuk tubuh siva. "Ayo" ajak devan. Mereka mulai berlari ke arah siva dan membentuk bola melingkar dengan siva di tengah tengah nya.
Riana di depan siva, lusi di belakang, devan di samping kanan, dan austin di samping kiri.
"Ayo kita mulai" ujar mereka bersamaan diiringi dengan keluarnya elemen mereka bersamaan.
Bagai slow motion siva bisa melihat semua gerakan itu. Dengan cepat di merentangkan ke dua tanganya di kanan dan kiri. Mulutnya mulai meniupkan hawa dingin es. Siva menhentakn kaki nya membuat tanah sedikit bergetar. Perlahan namun dengan pasti serangan itu melesat kearah siva membuat debu debu berterbangan
"Apakah berhasil?" Tanya austin. Bukan jawaban yang di terima namun sebuah berada runcing yang dingin menyentuh tenggorokanya begitu juga dengan yang lain.
Mereka melihat ke arah depan. Air yang di tembakan riana menjadi es, api dari dengan menjadi kristal, bola tanah yang di tembakan lusi menjadi lumpur, dan angin dari austin habis tak bersisi.
"Menyerah?" Tanya siva sambil menaikan satu alisnya. "Ya kami menyerah" ujar riana pasrah. Perlahan es yang di leher mereka berubah menjadi salju.
"Aku rasa kemampuan kontrol sudah hampir sempurna hanya kurang 2%" jelas lusi. "Apa bedanya hanya kurang 2% saja" ujar dengan cuek. 'Sabar' batin siva. "Datanglah ke kamar ku hari ini, maka kalian akan tau apa perbedaanya" ujar siva diiringi dengan menghilangnya dia menjadi kelobah bunga mawar biru.
.
.
.
.Makan malam di iringi adu mulut antara devan dan siva.
"Baiklah ku tunggu di kamar jam 8" ujar siva sambil melangkah masuk menuju kamarnya. Sekarang masih jam 7 itu artinya masih ada 1 jam untuk bersantai.Dengan mengajak lusi untuk berjalan jalan di sekitar asrama. Sekarang mereka sedang duduk di kursi taman. "Makan mu hebat ya" puji devan. "Memang andai dia bisa sedikit rapi mungkin banyak laki laki yang suka" balas lusi sambil menyandarkan kepalanya di bahu devan. "Sekarang aja banyak yang ngantri" ujar devan. "Kamu gak ngantri kan" ujar lusi menatap tajam devan. "Enggak dong, cintabku hanya untuk mu" ujar devan sambil menggombal.
"Dasar gombal" ujar lusi sambil tersipu malu. "Ayo balik udah jam 8 kurang 15 nih" ajak lusi sambil berdiri. Devan ikut berdiri dan mereka pun pulang bersama sama.
Dari jendela siva memperhatikan semuanya. "Semoga bahagia, maaf jika suatu saat aku tak bisa melihat kalian" ujar siva sambil tersenyum kecut.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 8. Mereka semua sekarang sudah berada di depan pintubkamar siva.'Tok tok tok'
"Masuk aja pintu gak di kunci" ujar suara dari dalam. Mereka pun masuk dan alangkah terkejutnya mereka melihat kamat siva.
"Bagaimana bisa" bukan riana sambil berjongkok dan mengetuk ngetuk lantai. "Indah nya" kagum lusi sambil mendongak menatap langit.
Sementara devan dan austin hanya terpaku melihat siva. Di depan jendela siva duduk di temani secangkir teh dan buku tebal. Memakai kemeja yang lengan ya di gulung dan rok putih selutut di tambah dengan kacamata dengan frame putih. Sekarang siva sudah terlihat lebih feminim dengan rambutnya yang tergerai.
"Cepat duduk aku akan menunjukan sesuatu" suara siva menyadarkan mereka dari kesibukan masing masing.
"Sejak kapan kau memakai kacamata?" Tanya devan. "Sekarang" jawab siva asal. " lihat ini. Siva mengjentikan jarinya membuat ruangan itu menjadi gelap.
Namun kemudian ruangan itu bercahaya. Lantai bergambar snowflakes itu memancarkan cahaya dan mulai berputar pelan. Tirai yang mengelilingi rajang juga mulai bersinar. Snowflakes yang di atas juga bersinar seperti bintang di langit. Tak sampai di situ tiba tiba di sekeliling mereka terdapat bunga mawar biru yang bersinar biru dan melayang layang.
"Indah" ujar mereka bebarengan. "Sudah ku bilang bukan, kontrol yang sempurna dapat merubah apa pun" ujar siva dengan bangga. "Kau membuatnya sendiri?" Tanya austin tak percaya. "Tentu saja, karena semua di tangan ku harus sempurna" ujar siva sambil tersenyum. "Dasar miss perfect" cibir devan. "Aku memang menyukai kesempurnaan, dan mulai besok kalian akan ku didik untuk menjadi yang terhebat" ujar siva dengan semangat 45

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue rose
FantasyMereka hanya mengira itu sebuah nama saja. Blue rose, bunga ajaib yang katanya bisa mengabulkan 1 permintaan kalian. Orang jaman dulu menganggap itu adalah hal yang tabu. Jaman sekarang, legenda itu sudah menghilang seiring dengan berjalanya waktu...