16#gadis misterius

522 37 1
                                    

Semua meneguk ludahnya masing-masing. Aura gadis itu sangat berbeda dari yang lainya. Sangat dingin dan mencekam.

Gadis itu tidak menurunkan pedangnya. "Ber-bertarung?" gagap austin.

Gadis itu memiringkan kepalanya, lalu tertawa sarastik. "Kenapa? Kalian takut?" ejeknya.

"Enak saja!" bentak devan sambil melemparkan bola-bola api yang sangat panas.

"Whoa~ bermain api itu bahaya lho" wanita itu dengan mudah menghindarinya.

"Awas kau ya!!" teriak devan kesal. "Tunggu, devan!" cegah riana. "Tidak bisakah kita bicarakan dengan baik-baik?" usul lusi.

Gadis itu malah terkikik geli. "Lihat! Dia malah menertawakan kita" kesal devan. Austin mengangguk setuju. "Masa bodoh, toh ini sudah memasuki event kedua kan" ujar austin menimpali.

"Sudah selesai diskusinya? Di sini aku mulai kesemutan lho"

Devan menyeringai senang. "Akan ku layani kau sekarang"
Gadis itu menyeringai seram. "Maju saja" tantangnya.

Devan berlari kearah gadis misterius itu. Pedang beradu dengan pedang.

'Trank! Trank!'

Devan mengayunkan pedangnya secara horizontal, namun gadis itu dengan mudah bersalto kebelakang. Sebelum gadis itu mengambil nafas, devan sudah menyerangnya dengan tendangan kaki kanan yang mengarah pada perutnya.

Namun, gadis itu dapat berkelit dengan cara menunduk. Devan kembali menyerang, dengan mengayunkan pedangnya vertikal.

Gadis misterius itu ingin melompat ke belakang, tapi kakinya tiba tiba saja di tahan oleh tanah di sekitarnya.

Serangan devan hampir mengenai gadis itu, jika saja gadis itu tidak menjatuhkan tubuhnya ke belakang. Dengan sekuat tenaga gadis itu membebaskan kakinya, lalu menendang dagu devan hingga devan terpental kebelakang.

"Jangan lupakan kami!" teriak austin. Di sekelilingnya terdapat 10 belati kecil yang terbuat dari angin.

'Wush!'

Belati angin itu melesat dengan cepat menuju wajah gadis misterius itu. Dengan cepat pula, gadis itu memiringkan kepalanya. Namun, tudung jubahnya tersobek sedikit.

Serangan tidak berhenti sampai di situ. Belati angin milik austin menyerang dengan cepat, ditambah dengan api dari devan yang menyelimuti belati angin itu.

Gadis itu berkelit dengan Indah, sesekali pedangnya membelah belati angin itu.

Gadis itu mendarat dengan sangat Indah di atas pohon.

"Coba tangkap aku kalau bisa" ejeknya. Semua memandangnya geram.

"Daritadi, yang kau lakukan hanya menghindar saja!" teriak devan kesal.

"Dasar pengecut"

Gadis misterius itu mulai sedikit kesal. "Enak saja!" sentak gadis itu. Semua kaget. Mereka kira, gadis itu tidak akan bisa kesal dengan ejekan murahan seperti itu.

"Oh, bisa marah juga ternyata" dalam hal membuat orang kesal, serahkan saja pada devan.

"Memangnya kau pikir, aku itu bukan manusia?" sekarang aura dingin mencekam itu sedikit demi sedikit mulai menghilang.

"Tadinya sih, kupikir begitu" devan mengendikan bahunya cepat.

"Sialan!"

Gadis itu sudah akan turun dan menyerang, namun dia urungkan.

"Haaah, seandainya peraturan itu tidak ada, aku sangat menyesal" desisnya kesal.

"Lagipula, kau itu siapa? Seenaknya saja mendiskualifikasi kami dari event ini!" riana berteriak kesal. Dari tadi, ternyata mereka belum tahu siapa mereka hadapi.

Blue roseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang