03 : Awal dari Kekesalan

808 33 4
                                    

Hey guys
Check my other story in my profile called
'Rainy'
You will love it

"Itu yang masih diem cepetan cari kakaknya biar bisa dapet kelas, jangan bengong gitu!" teriak anak OSIS menggunakan pengeras suara yang berbentuk seperti bangun kerucut itu.

Alice dan Alicia yang belum mendapatkan kelas segera mencari kakak kelas mereka agar dapat masuk kelas. Alicia menghampiri kakak kelas yang sedang duduk dan langsung mengetahui bahwa itu kakak kelasnya yang OSIS karena pita merah yang ada di lengannya.

"Kak bolehkah saya meminta kakak untuk mau memasukkan saya ke kelas?" kata Alicia pada kakak kelas.

"Belom dapet daritadi?" jawab laki-laki yang menjadi kakak kelas Alicia dan Alice itu dengan nada sedikit sinis.

"Belum kak," rintih Alicia.

"Kenapa belum? Kamu tu daritadi ngapain?!" bentak orang itu lagi.

"Ma--maaf Kak, tadi saya lambat," jawab Alicia pelan.

"Aku mau masukin kamu ke kelas, tapi kamu harus ngitung jumlah piala di lemari itu," kata kakak kelas Alicia dan Alice itu sambil menunjuk lemari kaca yang terletak di sudut ruangan yang berukuran 4m × 5m ×3m yang penuh dengan piala.

"Baik, Kak," jawab Alicia lalu ia menghitung piala di lemari itu.

Alice yang daritadi belum mendapat kakak kelas untuk memasukkannya ke kelas itu berjalan kesana-kemari. Alice melihat Alicia yang sedang menghitung piala.

Kakak kelasnya jahat amat sampe nyuruh Licia ngitung piala. Tapi keknya gue pernah ketemu, tapi dimana ya?, batin Alice.

Alice hanya duduk dan tak tau harus berbuat apa. Tiba - tiba ada perempuan yang duduk disebelahnya dengan wajah yang bingung dan sangat gelisah.

"Hai," kata Alice pelan pada perempuan itu.

"H--hai juga," jawab perempuan itu dengan sedikit malu.

"Namamu siapa?" kata Alice pada orang itu.

"Namaku Cindy. Kalo kamu namanya siapa?" jawab Cindy, teman baru Alice itu.

"Nama aku Alice," jawab Alice sambil tersenyum tipis.

"Kamu belum dapet kelas ya?" lanjut Alice.

"Iya nih aku belum. Gimana nih? Aku takut," kata Cindy.

"Aku juga belum dapet nih," kata Alice sambil sedikit menundukkan kepalanya. Ia mulai melihat Alicia bercakap-cakap dengan kakak kelas tersebut dan kakak kelas itu membawanya masuk ke kelas.

Aduh, Licia udah dapet. Gue gimana nih?, batin Alicia.

"Alice, aku mau cari kakak kelas dulu ya. Aku takut kalo nanti nggak dapet kelas," kata Cindy pada Alice.

"Oh, yaudah. Semoga cepet dapet kelas ya," kata Alice pada Cindy.

"Iya semoga kamu juga," kata Cindy.

"Bye," lanjut Cindy sambil melambaikan tangan pada Alice dan pergi meninggalkannya. Alice menjawabnya dengan senyum tipis.

Alice melihat Cindy dan Alicia yang sudah pergi. Alice merasa kesal pada kakak kelas yang mengerjai Alicia tadi. Ya walaupun dia tahu jika Masa Orientasi Siswa semua seperti itu, tapi tetap saja ia jengkel.

Alice kembali berjalan dengan perasaan takut pada kakak kelasnya yang semuanya terlihat garang tersebut.

"Loh, Dek, kamu 'kan harusnya udah masuk kelas. Kenapa masih disini?" kata kakak kelas yang tadi berbincang dengan Alicia.

Alice melihat name tag kakak kelas yang berbicara dengannya.

Jason Anggara. Namanya bagus, kata Alice dalam hati.

"Oh maaf, Kak, yang tadi kakak bawa ke kelas itu mungkin bukan saya, tapi kembaran saya," kata Alice.

"Oh sorry," kata Jason.

"Trus kamu belom dapet kelas? Saudaramu aja udah laku tuh," kata Jason yang membuat Alice jengkel. Orang yang sedari tadi Alice kesali sekarang dengannya.

"Laku? Emangnya kitkat green tea?" kata Alice tidak sadar.

Haduh tadi gue ngomong apaan?, batin Alice panik.

"Haha emang dia bukan kitkat green tea," jawab Jason. Alice bingung karena kakak kelasnya itu tak marah sama sekali padanya.

"Kayanya aku pernah ketemu kamu, Dek. Dimana ya?" kata Jason sambil berpikir dan mengingatnya. Alice juga mencoba berpikir.

"Kamu bukannya yang di Jepang numpahin green tea di bajuku bukan sih?" kata Jason pada Alice. Dan Alice mulai mengingatnya.

"Eh iya itu saya, maaf, Kak," kata Alice pada Jason.

"Gapapa, kalo gitu aku kasih yang gampang deh. Kamu cinta kebersihan kan?" kata Jason

"Iya, Kak," jawab Alice.

"Kalo gitu buang sampah yang di lapangan itu," kata Jason sambil menunjuk lapangan yang sedang dikotori dengan sampah oleh kakak kelasnya.

"Iya, Kak," jawab Alice dan langsung menuju lapangan memunguti sampah yang bertebaran.

Ngeselin amat sih, gumam Alice dalam hati.

"Eh dia ngapain sih," kata kakak kelas Alice yang sedang memunguti sampah.

"Keknya kita dapet clinic service baru deh," jawab teman kakak kelas Alice tadi.

Mereka tertawa terbahak-bahak bersama.

Alice yang mendengarnya hanya terdiam dan tetap memunguti sampah yang ditebar oleh kakak kelasnya tadi. Alice bersumpah serapah dalam batinnya.

Kalo aja itu bukan kakak kelas gue pasti udah gue gecek-gecek tuh lama-lama, batin Alice.

Alice lalu langsung membuangnya ke tempat sampah. Lalu menemui Jason, kakak kelasnya.

"Kak, saya sudah membersihkan sampah di lapangan seperti yang kakak suruh," kata Alice formal. Adik kelas diaturan MOS harus berkata dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apaan coba?

"Tapi masih kotor tuh," kata Jason sambil melihat lapangan.

"Kamu bersihin lagi sampai bersih," lanjutnya.

Alice hanya mengangguk dan membersihkannya lagi. Kakak kelas yang tadi menaburkan sampah lagi ke lapangan. Ia lagi-lagi membersihkannya dan kembali menemui Jason.

"Sudah, Kak," kata Alice pada Jason.

"Yaudah aku anterin ke kelas kamu" kata Jason pada Alice.

Kenapa nggak dari tadi sih?, gumam Alice dalam hati.

Jason mengantarkan Alice ke dalam kelas. Alice memasuki kelas dan bertemu Sem yang sedang duduk sendirian. Alice duduk di samping Sem.

"Lama banget, lo," kata Sem pada Alice.

"Iya lah, kakak kelasnya kek nenek sihir semua," jawab Alice pada Sem. Sem hanya tertawa.

Laki-laki dengan kulit putih serta rambutnya yang agak coklat dan memiliki wajah tampan itu bercanda gurau dengan Alice.

"Temenin gue terbang yuk, Al," kata Sem.

"Ke awan biar dapet cotton candy kesukaan lo itu," lanjutnya.

"Berisik, diem aja lo," kata Alice ketus. Sem yang mendengarnya hanya tertawa terbahak-bahak seakan tak pernah bosan tertawa dengan tingkah Alice semasa mereka kecil.

"Ampun Al, jangan marah gitu ke gue dong," kata Sem dengan tawa terbahak-bahaknya.

"You wish, Sem," kata Alice sambil memutar bola matanya.

A/n

Halo
Semoga suka yaa
Aku lumayan cepet update nih
Kan besok udah weekend
Jangan lupa vomment yang banyak ya..

Happy Saturday,
Delia

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang