11 : Akhirnya Terjadi

689 25 1
                                    

Hei guys!
Check my other story in my profile called
"Rainy"
You will love it.

Alicia telah pulang duluan seperti biasa. Hal itu karena Alice selalu latihan dengan band nya.

Satu setengah jam sudah berlalu. Alice sembari pulang karena orang yang disukainya itu, Ken sudah menunggunya di gerbang sekolah.

Seraya berjalan ia mengambil helai kertas yang telah teremas olehnya di saku roknya. Ia membacanya dari yang baru ia dapatkan tadi.

Hai Alice,
Ini hari yang ketiga ya gue kasih ini ke lo. Nggak usah dipikir ini dari siapa. Pasti lo bakal tau kok. Semangat terus Alice :)
- unknown

Dan ia juga membuka LINE nya yang dikirim oleh orang yang belum ia kenal. Tak lupa dengan dn 'unknown'.

Unknown: hei Alice

Mungkin cepat atau lambat dn itu akan berganti jika orang itu lupa atau memang sengaja agar Alice tahu. Alice merasa sangat paranoid.

Ya, kalian benar. Kalian pasti akan sedikit merasa paranoid jika mempunyai, uh secret admirer. Alice segera memasukan kertas itu dengan meremasnya dan benda itu kembali masuk ke saku roknya.

"Alice!" teriak Ken dari kejauhan dengan senyum yang mengembang dari bibirnya. Alice yang sedang tersipu hanya dapat melambaikan tangan malu.

Alice menghampiri Ken dan lelaki itu membukakan pintu mobil bagi Alice. Alice hanya bisa blushing seperti biasanya.

"Jadi, lo ikut ekskul band?" tanya Ken pada Alice seraya mengendarai mobilnya untuk menghilangkan keheningan.

"Iya, gue suka main musik. Kata Fani lo masuk ekskul basket?" tanya Alice pada Ken dengan nada yang sedikit ragu.

"Iya. Secret admirer banget nih sampe tau gituan, Al?" balas Ken dengan tawanya yang renyah.

"Nggak gitu juga kali, Ken," kata Alice sambil sedikit tertawa renyah.

Di setiap perjalanan selalu saja Ken yang memulai obrolan, tetapi Alice seperti biasa, selalu salah tingkah dan hanya menjawabnya dengan malu.

Ya, salah satu sisi Alice yang baru kita ketahui adalah :
》Selalu salah tingkah dengan her crush

Mereka sampai ke tempat tujuan mereka. Tempat itu sepi.

Ke sekolah Ken?, batin Alice.

Sekolah Ken begitu sepi dan tak ada siapapun di situ. Kecuali pak bon. Ya, tentu.

Alice kali ini dengan suasana ini. Apalagi dengan Ken. Ia hanya saja tak ingin 'pertahanannya' runtuh. Tapi ia yakin Ken tak akan berbuat macam-macam padanya.

"Naik yuk, gue pingin ngajak lo ke rooftop," kata Ken sambil menggandeng tangan Alice dan menariknya menaiki tangga untuk sampai ke rooftop. Agak sedikit sulit untuk menuju ke sana. Karena Alice tahu, Ken tahu, dan kalian pun tahu jika rooftop adalah tempat rahasia yang biasanya disembunyikan jalannya.

Bagi seorang junior seperti Ken adalah orang yang cukup beruntung karena mengetahui tempat itu.

Mereka menaiki anak tangga demi anak tangga untuk mencapai rooftop tersebut. Alice dipenuhi rasa penasaran ingin tahu apa yang akan dilakukan Ken dan apa yang akan dikatakan Ken.

Langit yang biru kini dapat dilihat dengan bebasnya oleh mereka. Awan juga dapat jelas terlihat sedang terbang kesana-kemari.

Badan mereka condong ke depan untuk bersandar pada batasan rooftop yang terbentuk dari semen.

"Al," kata Ken sambil menatap awan-awan yang sedang bergerak.

"Iya?" jawab Alice. Rambutnya sesekali terbang karena terkena hembusan angin.

"Lo tau nggak, g -gue sebenernya dari dulu itu emm suka sama lo. Dari kelas 8 sih sebenernya," kata Ken dengan terbata-bata karena gugup dan sesekali ia menggigiti bibir bagian bawahnya. Refleks, hal itu membuat jantung Alice berdebar dengan ritme yang tak beraturan. Ia sekarang merasakan kakinya melunak seperti marshmallow, tak tahan untuk berdiri. Alice tak percaya dengan apa yang dikatakan Ken barusan. Karena Alice selalu berpikir,

Bukannya yang paling susah waktu lo suka sama orang itu bikin dia juga punya perasaan yang sama kek perasaan lo?

"Cuma g -gue takut buat ngomong. Apalagi kita 'kan nggak saling nggak kenal. Gue daridulu cuma diem dan takut kalo lo ternyata nggak suka sama gue," lanjut Ken sambil sesekali menatap Alice. Ia tak kuat harus menatap mata Alice langsung.
Alice sesekali menggigit bibir bagian bawah dan melepaskannya kemudian menggigitnya lagi. Ia sangat salah tingkah. Apalagi ia blushing. Hal itu sangat memperlihatkan bahwa ia sangat salah tingkah.

"G -gue tau kalo gue itu mungkin bukan yang kaya lo mau, nggak romantis, dan lo lebih pinter dari gue, tapi," kata Ken seraya memalingkan tubuhnya ke arah Alice dan memegang kedua tangan Alice kemudian berkata,

"Will you be mine, girl?" kata Ken sambil menatap dalam mata Alice untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang ia berikan.

Alice mulai tertunduk sambil tersenyum. Hatinya semakin berdebar-debar mendendengar perkataan itu. Itulah kata-kata yang ditunggu sejak lama oleh Alice. Wajahnya mulai melihat wajah tampan milik Ken seraya tersenyum dan mengangguk. Tak lupa juga ia masih blushing.

Wajah Ken berubah 180 derajat menjadi wajah bahagia. Bahkan sangat bahagia. Ia melompat-lompat sendiri. Alice yang melihatnya sedikit terkikik melihat kelakuan pacar barunya itu.

"Al, ke restoran yang kemarin yuk. Apa namanya? Moshi Sushi?" tanya Ken pada Alice sambil kegirangan.

"Iya namanya itu," jawab Alice sambil tersenyum. Ia tak bisa menyembunyikan rasa yang sangat bahagia itu.

Alice sangat bahagia dan seakan tak percaya. Ini seperti mimpi baginya.

"Lunch ke situ aja yuk," ajak Ken kepada Alice.

"Oke," kata Alice yang tak bisa berhenti tersenyum. Tersenyum bahagia.

"Aduh, ada yang ganti status LINE sama BBM pake nama pacar nih," kata Alicia sambil tersenyum-senyum sembari melahap menu sarapan pagi bersama keluarganya.

"Alice pacaran?" tanya Reza dan Rena bersamaan.

"Iya. Tapi nilainya nggak turun-turun. Ngeselin banget 'kan?" kata Alicia sambil menghembuskan napas sedikit kesal.

"Sama siapa, Al? Kok nggak cerita ke Mama?" tanya Rena. Rena dan Reza membolehkan anaknya pacaran. Mereka membolehkannya karena mereka juga pernah muda.

"Sama Ken yang kemarin itu, Ma. Barusan aja sekali ngedate langsung jadian," kata Alicia menimpal.

"Oh Ken yang kemarin pergi sama Alice itu. Coba papa liat foto pacarnya Alice," kata Reza pada Alicia. Alice yang mendengarnya hanya bisa menunduk disertai rasa jengkel pada Alicia serta malu. Alicia lalu menyodorkan foto Ken dari handphonenya.

"Oh ganteng juga ya, tapi gantengan papa sih," kata Reza dengan senyumnya yang khas. Sifat 'ke-geer-an' nya ini menurun pada Alice. Memang mereka sangat cocok.

"Ih Alicia, udah ah! Berangkat sekarang yuk. Sudah cukup lama waktu untuk menggosipkan pacar baru Kendall Jenner ini, kebanyakan gosip entar jadi telat berangkat," kata Alice lalu segera menghabiskan segelas susu dimeja dengan cepat.

"Ih Kendall Jenner masaan," kata Alicia mengejek Alice.

"Ya lo mau nggak gue samain sama Kendall Jenner?" kata Alice dengan nada agak kesal.

"Oh iya, aku lupa kalo kita kembar. Mau deh mau," kata Alicia sambil menepuk dahinya. Alice geleng - geleng kepala melihat tingkah saudari kembarnya yang aneh itu.

A/n
Hai guys!
Semoga suka chapter ini ya. Ayo buruan vommentnya. Aku selalu nungguin comment dari kalian. Maaf ya kalo ada typo - typo yang menjamur di chapter ini. Hahaha

Happy Sunday all!

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang