14 : Migrasi Latihan

583 25 0
                                    

Ariana Grande - Dangerous Woman

Luke dan Alice berjalan bersama menuju ruang musik. Ia melihat teman - temannya menunggu di depan pintu.

"Kok nggak masuk?" tanya Alice pada mereka.

"Ruang musiknya dipake ekskul paduan suara, Al," kata Nate.

"Trus gimana?" tanya Luke pada temannya itu.

"Ke rumah gue aja. Gue ada alat musik kok dirumah," kata Jovin.

"Beneran?" tanya Josh pada Jovin.

"Iyelah Josh. Lo pikir gue ngelawak apa?" kata Jovin pada Josh sambil sedikit menyipitkan mata.

"Yuk cabut," kata Jovin mengajak temannya.

"Yoi," jawab mereka bersamaan.

Mereka pergi ke parkiran. Dan Alice belum boleh membawa mobil sendiri sedangkan Alicia sudah pulang duluan.

"Gue sama siapa nih?" tanya Alice pada temannya.

"Lo nggak bawa mobil?" tanya Jovin.

"Belom boleh. Yang bawa sopir," kata Alice dengan nada sedikit melemah.

"Bareng gue aja, Al," ajak Nate pada Alice sambil menunjuk mobilnya menggunakan ibu jarinya.

"Thanks, Man," kata Alice sambil saling menonjokkan kepalan tangannya dengan kepalan tangan Nate seperti Baymax.

"Yuk berangkat," kata Jovin. Teman - temannya mengikuti Jovin. Mobil Jovin melaju paling di depan lalu kedua mobil Josh, Luke, dan Nate bersama Alice. Rentetan mobil yang seperti ada acara pernikahan saja. Di sepanjang perjalanan Alice memutar lagu rock di mobil Nate dan bernyanyi seperti di rumahnya. Nate hanya geleng - geleng kepala.

David dan Aron sangat bersemangat untuk melihat adik kelasnya berlatih. Ya walau lebih banyak bermain. Sebenarnya ekskul ini tampil pada acara sekolah saja. Tapi mereka latihan hanya untuk mengisi waktu senggang saja. Latihan mereka tiap hari.

David dan Aron lalu segera membuka pintu ruang musik dengan cepat. Dan lalu,

"HAI KALIAN!" teriak mereka bersamaan.

Hening.

Dilihatnya sekelompok orang sedang berbaris dan memegang kertas not dan menyanyi. Seketika itu nyanyian mereka berhenti.

Aron dan David bingung.

Ia lalu melihat wanita yang memegang tongkat kayu seperti semaphore yang lebih tipis kayunya menunjuk saat paduan suara dan untuk memberi aba - aba. Lalu orang yang memgang tongkat itu menatap tajam ke arah Aron dan David.

"Maaf, Bu," kata mereka sambil tertawa kikuk dan garuk - garuk kepala. Dan langsung terbirit - birit keluar dari ruang musik.

"Awas aja ya mereka," geram Aron pada adik kelas bandnya itu.

Rentetan mobil itu memenuhi rumah Jovin. Bukan penuh, sih. Rumah Jovin sungguh luas. Mempunyai kolam renang, seperti rumah Alice. Bak dunia khayalan tetapi ini bukan fiksi.

"Yuk, masuk," ajak Jovin pada teman - temannya.

"Wuih lo punya kolam renang? Kita bisa renang gratis dong," kata Luke pada Jovin.

"Boleh. Ah kita main musik bentar abis itu main aja lah. Kan festival sekolah masih lama," kata Jovin pada temannya.

"YUHUU!" teriak mereka semua.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang