34 : Patah Lagi

121 21 0
                                    

Hello guys!
Let's check my new story in my profile called
'Untouchable Words'
About Alice's cousin and you can get the reason why Alice so smart in school.

And don't forget about my new short story
'Unbroken Reachable'

You will love it.

Ariana Grande feat. Nicki Minaj - Side to Side

Alice menjatuhkan badannya dengan bebas ke kasurnya. Ia lelah setelah belajar dari rumah Audrey, sepupunya.

Mereka berdua sangat ambisius tentang pelajaran omong - omong, sayangnya mereka tidak satu sekolah.

Jika kita berbicara tentang kepintaran, Sem kalah jauh dengan Audrey, sepupu Alice.

Alice mulai melirik jarum jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Karena telinganya mulai gusar mendengar desingan gerak jarum jam yang mengisi udara di atmosfer yang sepi.

Jam setengah lima.

Alice menelingkupkan badannya menghadap arah samping.

Ia masih berpikir apa yang dilakukan Alicia di rumah Sem.

Faktanya, Alice mengetahui jika Alicia sedang di rumah Sem lewat jawaban yang dilemparkan Rena saat Alice bertanya keberadaan Alicia saat Alice pulang dari rumah Audrey.

Ia mulai merasakan hatinya terasa sempit dan sesak. Membuatnya susah bernapas. Ia memukul - mukul ranjangnya. Sehinga tangannya terpantul ke atas mengikuti irama.

Ia mulai bangun dari ranjangnya dan duduk pada pinggiran kasur. Alice mencoba berpikir sesuatu. Apakah ia harus menelpon Jovin dan mengatakan seluruh penat dan lelah di hatinya?

Alice mulai mengambil ponselnya yang ada di saku rok seragamnya. Dan mulai mengetik nama Jovin di kolom pencarian kontak. Foto dan nomor Jovin kini terpampang jelas di layar ponselnya.

Tangannya mulai ragu untuk menyentuh ponselnya dan menelpon Jovin. Ia menunggu beberapa saat sambil berpikir. Ia tak jadi menelponnya. Ia mematikan ponselnya dan melemparnya ke atas ranjang.

Ia memejamkan matanya sejenak. Memejamkannya dengan kuat. Berusaha merasakan bagaimana dalamnya sesak yang ia rasakan sekarang. Begitu pedih. Pedih karena ia menyangka jika Sem menyukai Alicia.

Ia lalu memandang foto yang terbingkai di arah angka sebelas arah jarum kamarnya. Terdapat lelaki yang merangkul Alice dan Alicia sambil menunjukkan wajah sangat gembira. Lelaki itu adalah Sem. Alicia di dalam foto terlihat sangat gembira. Sedangkan Alice, ia terlihat sedang melirik tajam wajah Sem karena kesal.

Ia masih memikirkan bagaimana peringkat satu paralel Ujian Nasional SMP di sekolahnya adalah Sem, dan bukan dirinya. Ia waktu itu kesal pada Sem. Tetapi, Alicia nampaknya menerima - menerim saja peringkatnya walaupun tak begitu semelejit Alice dan Sem.

Alice tersenyum masam.

Ia menghampiri letak foto yang telah terbingkai itu. Ia mengambil foto itu dan menatap manik mata lelaki yang ada di foto yang sedang ia perhatikan. Alice mengelus - elus gambar lelaki itu menggunakan ibu jarinya sambil tersenyum tipis.

Pandangannya lalu beralih pada bola tenis berwarna hijau agak kekuningan yang ada di sebelah letak bingkai foto. Ia mengingat kejadian itu.

Kejadian di saat Alice lupa membawa bola tenis untuk penialaian Penjasorkes waktu SMP. Lalu ia meminjam sebuah bola dari Sem karena kebetulan, kelas Sem barusan melaksanakan pelajaran Penjasorkes. Dan Sem memberikannya pada Alice. Sampai sekarang, Alice masih menyimpannya.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang