40 : Terakhir Kali

19 2 0
                                    

Setelah Prom,

sekolah Alice libur panjang karena kenaikan kelas.

Alice yang bosan di rumah akhirnya mengeluarkan sepedanya yang berwarna hitam dari garasi. Ia mengayuh santai sepedanya menuju danau buatan yang ada di komplek rumahnya.

Kakinya mengayuh sepeda melewati jalan aspal yang lebar dan disambut oleh pepohonan rimbun dan asri yang begitu meneduhkan hati. Alice sangat menikmati waktu bersepedanya.

Setelah sampai di danau, ia menaruh sepedanya di bawah pohon. Ia memanjat pohon tersebut dan akhirnya tubuh Alice bisa menggapai rumah pohon yang ada sejak ia kecil.

Ia duduk dan memandang danau dari rumah pohon yang begitu nyaman ini. Sesekali angin sepoi meniup rambutnya dan menghela wajah Alice.

Alice lalu mulai membayangkan bagaimana jika seandainya Sem akan benar-benar bersama Alicia.

Alice masih tidak tahu harus sanggup menerimanya atau tidak.

Yang di benak Alice, mengapa Sem tidak menyukai Alice saja. Alice dan Alicia adalah kembar, apa yang membedakan mereka berdua sehingga ia lebih memilih Alicia?

Mengapa setiap ia jatuh cinta, pasti akan datang rasa kecewa?

Alice mulai kesal terhadap hal itu.

Ia merasakan bagaimana sesaknya hati ketika melihat Sem dan Alicia bersama, tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

Alice benci menjadi orang yang kalah.

Ia turun dari runah pohon melewati tangga yang terpaku di pohon tersebut. Ia berjalan menuju ke pinggiran danau dan mulai duduk di sana. Merasakan ketenangan danau yang bisa membuatnya damai sesaat.

Ia mengambil batu yang ada di sekitarnya dan mulai melemparkan sejauh-jauhnya ke tengah danau.

"Kenapa sih Sem, lo nggak suka sama gue aja?" Lemparan batunya melesat dan menimbulkan riuh air di danau.
Ia mengambil kembali batu kedua dan bersiap melemparkan, "Gue tuh sayang sama lo Sem," batu tersebut kembali melesat jauh.

"Gue pingin lo tahu kalo gue sayang sama lo, Sem."

Alice kembali melempar batu dan mengucapkan seluruh kata-kata hatinya yang tidak bisa tersampaikan. Sampai akhirnya ia lelah, ia berhenti melempar dan meletakkan batu yang ada pada genggamannya.

Ia menekuk kakinya dan menenggelamkan kepalanya pada lututnya. Menenangkan keluhan hatinya sejenak dan mulai terdiam. Perlahan, kesesakkan dihatinya mulai menghasilkan bulir air mata.

Menyadari cintamu bertepuk sebelah tangan,

Itu adalah hal yang menyakitkan.

Dan Alice sangat terluka karena hal tersebut.

Alice kembali bangkit mengambil sepedanya sambil mengayuh menuju rumahnya yang sepi. Orang tuanya sedang tidak ada di rumah karena menghadiri acara kolega. Alice lelah dengan sepi yang dirasakannya.

Ketika ia sampai di rumahnya, ia langsung terkejut dengan apa yang ia lihat.

Lelaki dengan kemeja berwarna hitam tersebut sedang berdiri di sebelah mobil audi hitamnya. Ia tampak sedikit lesu, tetapi ia mengembangkan senyumnya ketika bertemu dengan Alice.

Jason?

Alice menuruni sepeda yang ia kayuh dan mulai menuntunnya. Ia bertanya-tanya kenapa Jason ada di sini? Dahinya menunjukkan kerutan pertanyaan.

"Alice?" Jason menyapa dengan mengembangkan senyuman teduhnya.

Alice menghampiri Jason yang datang ke rumahnya, "Jason? Lo kenapa dateng ke sini?" Alice mulai berhenti berjalan ketika menghampiri Jason dan mulai menarik standar dari sepedanya untuk menyenderkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang