Airmata ini telah mengering. Malam ini aku menangis lagi. Ya, Menangis dalam kesunyian adalah pelampiasanku untuk meringankan beban di dadaku yang terus menumpuk dan semakin menumpuk. Aku tidak punya tumpuan saat ini. Setiap saat aku menangis pada keadaan yang selalu menyakiti hidupku yang menyedihkan.
Aku merasa berada dalam kurungan yang kecil dan pengap. Aku tidak bisa terus seperti ini. Setiap saat selalu ditekan oleh suatu keadaan. Kadang aku merasa tuhan tidak adil padaku.
Ibuku menekanku untuk memenuhi egonya sedangkan ayahku tak pernah melakukan apapun untuk membelaku. Akhirnya, yang bisa kulakukan hanyalah mengucapkan ya, baik, dan hal - hal yang menurutnya positif.
Aku mengorbankan perasaanku demi kebahagian mereka. Aku mencoba untuk tak memperdulikan ejekan teman sekelasku di kampus karena setiap malam bekerja di sebuah klub malam.
Dari pekerjaan malam ini, aku sering melihat pria hidung belang keluar masuk dengan wanita berbeda dengan dandanan yang sama. Orang - orang diluar yang menganggap dirinya sempurna tanpa dosa menyebut mereka sebagai wanita murahan. Tapi aku tahu, di dunia ini kita sama statuslah yang bisa membuat seseorang berbeda.
Aku memang bekerja di klub malam tapi aku tidak menjajakan tubuhku seperti wanita itu. Aku hanyalah pelayan yang selalu diperlakukan layaknya wanita murahan. Itulah yang orang - orang pikirkan mengenai diriku, begitupun teman - temanku. Masih pantaskah aku menyebut mereka teman?
Ayahku pengangguran yang suka berjudi dan mabuk - mabukan. Ibuku seorang ibu rumah tangga yang selalu berkeluyuran di malam hari dan kadang membawa laki - laki lain ke rumah. Saat dilerai, dia akan marah dan berkata " kamu bisa apa, bisanya ngurusin diri sendiri. Kuliah itu gak ngehasilin apa - apa. Buktinya, lihat banyak sarjana yang pengangguran." ujarnya.
Aku bingung menghadapi ini semua. Aku sempat berpikir mungkinkah aku tertukar saat bayi di rumah sakit, atau mungkinkah mereka bukan orang tua kandungku, atau yang mengerikan aku adalah anak haram. Entah dari laki - laki mana. Jika melihat kegiatan ibuku yang selalu membawa banyak pria ke rumah. Tapi, aku yakin itu tidak mungkin.
Entah kapan itu terjadi, kupikir saat umurku 5 tahun. Saat ayahku di PHK dari pekerjaannya. Kehidupan keluargaku jadi kacau. Ibu yang selalu berkata kalau dia adalah tulang punggung keluarga. Dia menekanku untuk bekerja di salah satu klub malam, tapi saat yang kudapat tidak sesuai keinginannya. Dia memarahiku dan menganggap aku tidak berguna.
Tapi, aku selalu mencoba percaya kalau semua ini akan berakhir, kami akan hidup normal kembali dan membuat sebuah keluarga bahagia. Walaupun entah kapan dapat terealisasikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang terluka
RomanceSetiap orang memiliki beban dan masalah di hidupnya. Begitupun aku, ini masalah dan hidupku.